sinar mentari menyeruak di celah-celah gorden kamar Agatha. jam dinding pun sudah menunujukkan pukul 6 pagi. Agatha yang setengah sadar pun berjalan menuju kamar mandi. tapi suara berisik dari bawah membuat Agatha mengurungkan niatnya untuk mandi pagi. "lah itu pada gak sekolah apa?" gumam Agatha sambil melihat teman-teman abang nya yang bercanda gurau di bawah sana.
"princess..." panggil seseorang dari belakang Agatha. ya siapa lagi yang memanggil Agatha dengan 'princes' kalau bukan mamanya, ya mamanya yang datang setelah beberapa tahun melakukan perjalanan bisnisnya.
"eh iya m-ma"jawab Agatha sedikit gugup ketika dia mengatakan mama. dia saja lupa kapan terakhir dia mengatakan kalimat mama itu. Agatha menatap mamanya dengan tatapan yang sulit diartikan, tatapan bahagia tapi sedikit menyiratkan luka. dengan cepat dia meninggalkan mamanya yang sedang berdiri didekat pembatas tangga. dia akui dia merasa rindu terhadap mamanya tetapi disisi lain dia merasa terluka, bagaimana bisa seorang mama melewatkan masa pertumbuhan anaknya. meninggalkannya seorang diri dengan seorang pembantu rumah tangga yang selalu mengajarkan dia membaca,menghitung,menulis ketika masih kecil. Agatha sempat malu terhadap teman-temannya karena setiap pembagian rapor kelas selalu mbok yem lah yang mengambil, padahal ia ingin sekali mamanya yang mengambil rapornya dan mengajaknya jalan-jalan serta liburan setelah itu seperti teman-teman Agatha yang lain. namun itu hanya sebagai angan-angan saja, bahkan ketika dia sampai kelas 1 SMA dia tidak pernah melihat mamanya datang kesekolahnya. akhirnya dia memilih mandi untuk menghilangkan penatnya dan dia pun baru sadar kalau sekarang hari minggu, Agatha akan menghabiskan liburannya dengan Filga saja mengajaknya berjalan-jalan ria.
setelah 30 menit Agatha berendam dia memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dan mengganti pakaian dengan gaya casual. Agatha memutuskan mengabari Filga terlebih dahulu memastikan Filga bersedia atau tidak ia ajak jalan-jalan
"halo Tha" jawab Filga disebrang telfon
"lo bisa gak aiang ini jalan ke mall bareng gue, gue lagi suntuk nih"
"aduh sorry banget Tha gue lagi liburan nih kepuncak sama keluarga gue"
"ah.. gitu ya" jawab Agatha kecewa
"iya Tha sorry banget"
"gue juga pengen kalik ke puncak bareng-bareng keluarga, tapi lo taukan keadan keluarga gue" tutur Agatha dengan nada sedihnya
"lo yang sabar ya Tha. pasti lo nanti bisa kayak gue, mungkin mereka lagi berusaha ngebuat lo bahagia. yaudah ya Tha gue tutup duluu telfonnya. bye see you beb"
"okeh bye" jawab Agatha, tanpa dia sadari ada sebuah pasang telinga yang mendengar pembicaraannya ditelepon tadi, orang itu merasa bersalah dengan Agatha dan baru menyadari jika uang saja tidak cukup membuat Agatha bahagia, dia juga membutuhkan seorang mama yang mendampinginya
tok tok tok. suara ketukan pintu membuat Agatha menoleh "Mama boleh masuk sayang?" tanya mama Agatha yang berdiri didekat pintu
"boleh"
mama Agatha seakan kaku melangkah kearah anaknya, dia menatap kamar anaknya sekilas banyak yang berubah setelah sekian lama dia tak menginjakkan kakinya di kamar ini. warna cat dinding yang dulu berwarna pink beserta tempelan berbie sekarang berubah dengan warna biru, kamar yang dulu berbau strowberry sekarang berubah dengan bau lavender. banyak sekali piagam penghargaan yang tertempel di dinding itu, ia merasa bangga bahwa Agatha bisa menjadi seorang yang berprestasi
"ada yang mau bicarain sama Atha, didengarkan baik-baik ya sayang" hanya anggukan sekilas yang ia dapatkan dari anaknya
"setelah SMA kamu mau nerusin kuliah dimana? jurusan apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGraTha
Teen FictionAgra: Lo Pergi!!!! Agatha: Gue bertahan! Agra: Hidup Lo emang gak ada kerjaan selain gangguin Gue?!! Agatha: IYA Agra: Gue benci sama Lo! Agatha: Gue sayang dan cinta sama Lo! Sikap dingin Agra membuat Agatha semakin gencar untuk mendapatkan hati Ag...