1. Hari Ini Juga

702 90 44
                                    

"Siyeon!"

Gadis bersurai hitam panjang itu menoleh ke kanan. Ia agak tersentak mendengar sahutan berbisik dari teman sekelasnya yang duduk di meja sebelah.

"Lo melamun lagi." bisik gadis yang memanggilnya tadi dengan sebal. Gadis berambut cokelat yang dicepol satu ke atas itu menunjuk diam-diam guru yang sedang mengajar di depan.

"Sorry, Hina." ucap Siyeon lalu tersenyum pada temannya. Ia memang melamun tadi. Padahal Ms. Kim sedang menjelaskan materi bahasa inggris tentang tenses. Ia malah memandangi langit biru yang cerah di luar sana. Sangat indah dan nyaman pagi menjelang siang ini. Beruntung posisi mejanya ada di baris ketiga dekat jendela kelas yang lebar, pikirnya.

"Akhir-akhir ini lo sering melamun." bisik Hina, gadis berambut dicepol tadi, dengan hati-hati. Ia takut mengganggu penjelasan gurunya.

"Ada masalah?" tanyanya khawatir.

Siyeon enggan menjawab pertanyaan teman dekatnya itu. Ia tidak tau bagaimana menjawabnya karena ia merasa aneh pada dirinya. Yang jelas perasaannya saat ini sangat kacau, entah kenapa. Seperti perasaan gelisah yang mendebarkan.

Tok! Tok! Tok!

Semua mata siswi di kelas tertuju pada sumber suara. Pintu itu terbuka dan menunjukan sosok perempuan paruh baya dengan blazer merah muda dan celana bahan panjang dengan warna senada. Ia tersenyum hangat pada guru yang sedang mengajar di kelas Siyeon.

"Ms. Kim maaf mengganggu. Saya ingin memanggil Park Siyeon. Ibunya menunggu di lobby." ucap wanita itu dengan ramah.

"Sure, Ms. Kang."

Siyeon mengerjapkan matanya. 'Mengapa Mama datang?' pikirnya. Ia pun berdiri dan sedikit merapihkan roknya. Diliriknya Hina sekilas menyampaikan kebingungannya.

"Semangat!" ucap Hina memberikan senyumannya.

Siyeon membalas senyuman Hina. Lalu ia pamit pada Ms. Kim dan pergi keluar kelas mengikuti Ms. Kang yang ada di depannya.

Dan perasaan Siyeon makin gelisah.

"Mama?" panggil Siyeon saat melihat mamanya yang duduk di sofa lobby sekolahnya. Ia mendekati mamanya yang terlihat sangat pucat.

"Ada apa, Ma?" tanya Siyeon yang khawatir melihat wajah pucat mamanya. Meskipun mamanya tetap memberikan senyuman cantik, ia tetap tak bisa menyembunyikan kepucatan di wajahnya.

"K-kamu ikut sama mama, ya? Kita ke rumah sakit sekarang," ucap mamanya. Suaranya bergetar namun ia tahan.

Raut wajah Siyeon menjadi panik seketika. "K-kakek kenapa, Ma?" tanyanya lagi dengan suara bergetar. Ia merasa matanya mulai berkaca-kaca.

Mamanya langsung memeluk Siyeon. Ia menangis pelan. Siyeon pun ikut menangis. Perasaan gelisah yang akhir-akhir ini sering ia rasakan pun terjawab. Dan Siyeon belum rela menerima kenyataan itu.

"Kakek kamu kritis."

⛵⛵⛵

Ceklek.

Pintu kamar rawat terbuka, menampakkan Siyeon dan mamanya. Kedua mata mereka masih memerah meskipun sudah tidak menangis. Siyeon menatap kakeknya yang sedang terbaring lemah di kasurnya. Ia langsung berlari mendekati kakeknya dan menggenggam tangan kirinya yang hangat itu.

"Siyeon," ucap kakeknya dengan lemas. Ia tersenyum pada cucunya. Siyeon membalas senyuman kakeknya. Ia mengelus tangan kakeknya dengan ibu jarinya.

A Boat Needs Something | Jeno X SiyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang