Siyeon tidak suka.
Sangat tidak suka.
Siyeon memutar kedua bola matanya dengan malas. Bibirnya sedikit ia kerucutkan. Ia menopang kepalanya dengan kedua tangannya di atas meja taman, dekat dengan lapangan futsal sekolah. Sudah sekitar dua jam ia menunggu Jeno latihan futsal. Dan sebenarnya latihan ini sudah selesai karena beberapa anggota sudah pulang. Namun ia masih di sini.
'Mereka itu hanya sahabat atau gimana, sih?!'
Siyeon melirik malas pada Jeno. Suaminya itu sedang asik bercanda dengan Nancy, perempuan yang baru ia kenal beberapa jam lalu. Mereka tampak bahagia sekali. Sepertinya Siyeon belum pernah melihat Jeno yang seperti itu.
"Cemburu?"
"Eh?"
Siyeon mengangkat kepalanya. Ia melihat Jaemin yang sedang tersenyum jahil padanya. Dan pemuda berambut pink itu semakin melebarnya senyuman jahilnya ketika melihat wajah bete Siyeon. Ia pun mendesah pelan.
"Sebenarnya Nancy itu siapanya Jeno?" tanya Siyeon. Ia begitu penasaran.
Jaemin duduk di sebrang Siyeon. Lalu ia menjawab pertanyaan Siyeon dengan malas. "She was ... our friend."
"Was?"
"Yup."
"Why?"
Jaemin diam. Ia menatap Siyeon dengan ragu. Detik berikutnya ia tersenyum tipis. Ia mengalihkan kontak mata dengan Siyeon. Ia menggeleng pelan.
"Sorry, Yeon. Lupain aja." Jaemin menopang kepalanya dengan tangan kirinya. Ia menatap lurus pada Jeno dan Nancy di lapangan.
"Gak masalah, Jaem." Siyeon mengangguk sambil tersenyum tipis. Meskipun ia sangat penasaran akan hal yang Jaemin bicarakan.
Jaemin melirik Siyeon yang terlihat melamun. "Yeon, gue mau nanya sesuatu," ucapnya membuat Siyeon penasaran.
"Apa?"
"Temen lo yang orang jepang itu siapa namanya? Yang galak itu! Gue lupa."
Siyeon tertawa kecil. "Maksud lo Hina?" ucapnya lalu membetulkan posisi duduknya. "Dia gak galak tau, Jaem. Maksud gue, dia lagi panik aja makanya begitu," jawab Siyeon.
"Tapi asli, Yeon! Galak banget!" ucap Jaemin lagi.
"Dia baik banget, kok. Pengertian juga sebagai temen," balas Siyeon. Ia tersenyum tipis saat mengingat kelakuan Hina yang selalu mengerti tentangnya. Menurutnya, Hina benar-benar teman terbaiknya.
Jaemin ikut tersenyum. "Kelihatan, sih. Kenalin dong!" pintanya jahil.
Siyeon mendelik. "Tiba-tiba? Tadi bilang galak, sekarang minta dikenalin," ucapnya.
"Soalnya dia cakep, Yeon. Manis-manis gimana gitu," balas Jaemin yang membuat Siyeon tertawa.
"Kenalin, ya, Yeon!" ucap Jaemin dengan wajah memelas.
Siyeon senyum jahil. Ia hendak membalas Jaemin, namun matanya tidak sengaja melirik ke arah lapangan. Senyumannya memudar. Ia menatap sendu pada Jeno dan Nancy yang sempat ia lupakan. Rupanya mereka masih bersama.
'Gak capek, ya, main terus?'
Jaemin peka akan perubahan mood perempuan yang ada di seberangnya itu. Lelaki itu menghela napas pelan. "Yeon," panggilnya.
"Ya?"
"Tenang aja. Jeno bukan playboy kayak gue, kok."
Siyeon menatap Jaemin dalam diam. Ia tidak mau dirinya tertangkap basah sedih karena Jeno. Sebisa mungkin ia menyikapi rasa tidak sukanya ini dengan datar. Ternyata ia tidak bisa. Jaemin peka. Maka, perlahan senyuman Siyeon mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Boat Needs Something | Jeno X Siyeon
FanfictionMari kita karungi lautan ini bersama. Meskipun kapal kita masih kecil. Tapi percayalah! Berjalannya waktu, kita akan menemukan hal-hal yang dibutuhkan kapal ini untuk menjadi kuat. Mungkin sebenarnya sudah kita temukan. Hanya saja kita belum sadar. ...