Beberapa bulan berlalu.
Hari itu pembagian kelas untuk kelas XI. Aku kala itu sangat gugup. Aku sangat berharap bisa sekelas kembali dengan Faza. Aku juga sangat ingin sekelas dengan sahabatku lagi, Raline dan Chika.Ketika aku melihat daftar kelas XI. Aku sedih. Sangat sedih. Namaku dan Raline memang ada. Tapi nama Chika dan Faza tidak ada. Kulihat lagi nama teman-teman sekelas ku.
Fatir
Ilham
LatifAku saat itu terkejut melihat tiga nama itu. Saat itu sahabatku sudah tidak memiliki hubungan lagi dengan sahabatmu. Kami terkejut. Aku pikir mungkin kau sudah lupa. Maka aku memutuskan untuk bersikap biasa saja.
Ketika masuk ke kelas. Aku mengambil bangku yang agak jauh darimu. Kau dipojok dekat jendela. Dan aku di baris kedua dari pintu. Kau ingat ketika mata kita bertemu? Saat itu aku sangat takut. Tapi kau tersenyum dengan senyuman bodohmu. Membuatku tersenyum melihatnya.
Ketika guru masuk dan memperkenalkan diri. Guru itu membuat peraturan.
"Duduk ini gak nyaman buat saya ngajar. Boleh saya ubah?" Dan semua murid hanya mengangguk.
Ternyata guru itu tidak mengubah pasangan duduk kita. Ia hanya mengubah posisi duduk kita.
Guru itu membuat aku dan Raline berada di barisan kedua dari jendela. Dan berada di bangku ketiga dari depan. Dan ia membuat kamu dan alqi yang saat itu aku tidak tau namanya, menjadi di depanku. Aku mengumpat didalam hati.
Hari-hari pertama kita seperti teman biasa. Tidak ada yang aneh. Beberapa Minggu aku mulai terbuka begitupun kamu. Kamu jadi lebih sering menjahili ku. Dan kita menjadi lebih sering bercanda bersama.
Tapi waktu sering tidak berpihak padaku. Kau tahu? Ketika kau dan aku sedang bercanda dengan memperebutkan penghapusku yang kau ambil, Faza datang dan melihat kita. Itu membuatku seperti sedang berselingkuh. Padahal kita tidak ada hubungan apa-apa.
Beberapa bulan berlalu, kini aku sadar. Bahwa aku sudah jatuh hati padamu. Aku pun sadar kau pun begitu. Tapi jahatnya aku, hanya menganggapmu ketika Faza tidak ada. Bagaimana lagi? Aku lebih menyukai Faza.
"Penghapus gue kok telanjang?" Teriakku melihat penghapus ku yang sudah tidak berlabel.
"Anjay penghapusnya bugil woy!!!" Kau berteriak. Aku yakin kamulah yang melakukan itu.
"FATIR! INI PASTI ULAH LO LAGI?" Kau hanya tertawa. "BISA GAK SIH, SEHARIII AJA LO JANGAN NYEBELIN?"
Kau malah tertawa. Aku sangat kesal karena kau sangat jahil. Tapi aku juga senang melihatmu tertawa. Itu sangat menenangkan.
Beberapa jam kemudian bel istirahat berbunyi dan aku membuka kotak bekalku. Namun tiba-tiba kau mengambil satu-satunya daging ayam yang ada di kotak bekalku.
"Fatir!!!!! Itu punya gue woy! Balikin anjir!!!!" Tapi kau malah menggigit ayam goreng itu dan mengembalikannya ke kotak bekalku.
"Kalau mau minta, bilang." Ucapku padamu kala itu.
"Emang bakal dikasih?" Tanyamu dengan muka bodohmu.
"Ya asal Lo gak nyebelin."
"Yaudah. Ann, gue minta boleh?"
"Kan tadi udah."
"Tuh kan Lo bohong. Katanya kalau gue bilang Lo bakal kasih."
"Eh gak gitu. Yaudah nih." Aku memberikan kotak bekalku. Kamu memakannya sesuap lalu pergi meninggalkanku.
Saat itu aku melihat ada dua tatapan yang sangat membuatku risih.
"Apa sih Lo pada liatin gue?" Teriakku pada Raline dan Chika.
![](https://img.wattpad.com/cover/177914601-288-k729889.jpg)