never be the sɑme

45.5K 5.7K 662
                                    

nobody said it was easy

coldplay

Sesuai kesepakatan Basari dengan Damar, pernikahan mereka digelar secara sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai kesepakatan Basari dengan Damar, pernikahan mereka digelar secara sederhana. Sederhana dalam arti tidak mengundang banyak tamu, tidak mengundang teman-teman Doyoung juga tidak mengundang teman-teman Zoya. Hanya dihadiri oleh keluarga besar kedua belah pihak.

Baik Doyoung dan Zoya, sejak ijab kabul tadi tidak ada yang saling melemparkan senyum dengan satu sama lain -sesekali hanya tersenyum jika salah satu dari mereka diajak berbincang oleh keluarga masing-masing.

"Senyum," bisik Denia tiba-tiba di sebelah Zoya. Zoya mendengus, memilih tidak menuruti kemauan Denia. "Zoya, dengar nggak Mama ngomong apa?"

"Aku capek, Ma. Pusing. Ini nggak bisa berhenti sekarang aja apa acaranya?"

Doyoung yang mendengar gerutuan Zoya di sebelahnya hanya melirik gadis itu sebentar, tidak berniat menenangkan istrinya yang sudah kewalahan dengan gaunnya sendiri.

Salah sendiri, siapa suruh menyetujui pernikahan ini — begitu batin Doyoung.

"Iya, iya, sabar. Bentar lagi juga selesai kok, abis ini kamu bisa istirahat di rumah Doyoung." Sebenarnya Doyoung bisa saja pura-pura tidak dengar dengan kata-kata Denia barusan, namun ketika Damar yang duduk di sebelahnya menyentak punggungnya maka tidak ada alasan lagi untuk Doyoung mengelak. Laki-laki itu akhirnya menoleh ke arah Denia dan Zoya yang terkejut saat melihat dirinya tersenyum.

"Nggak apa-apa 'kan malam ini tidur di rumah Papa aku dulu? Besok baru bisa pindah ke rumah kita berdua, sudah aku siapin."

Denia tersenyum sumringah saat mendengar kata-kata menantunya barusan, berbanding terbalik dengan Zoya yang wajahnya semakin suram. Tidak ada raut bahagia di sana, melainkan raut wajah gusar yang tidak ada menyadarinya. Basari sendiri sekalipun.

Akhirnya, tepat pukul sepuluh malam tamu undangan berangsur-angsur mulai meninggalkan lokasi acara sampai akhirnya kini hanya tersisa dari keluarga inti kedua belah pihak. Dengan berat hati Zoya melepaskan pelukannya dari Denia saat ia hendak dibawa oleh keluarga suaminya, matanya sembab saking tidak bisa menahan tangisnya.

"Ma?"

Denia ikut menangis, ternyata rasanya berat saat ditinggalkan putrinya menikah. Basari yang berusaha terlihat kuat segera merangkul Denia, membisikkan bahwa Zoya berada di keluarga yang tepat dan mereka tidak perlu mengkhawatirkannya.

"Udah jangan nangis, Zoy. Jelek. Gih sana masuk mobil."

Doyoung membungkuk hormat ke mertuanya, tangannya menggiring tubuh Zoya untuk segera masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan untuk mereka berdua. "Pamit duluan Ma, Pa."

"Hati-hati ya, Nak."

Doyoung mengangguk yakin sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam mobil yang sudah dihias dengan berbagai pita itu. Keduanya duduk dengan jarak yang melintang luas di antara mereka, baik Doyoung atau Zoya tidak ada yang mau membuka percakapan terlebih dahulu.

[ ✓ ] ઽᴇʀᴇɴᴅɪᴘɪᴛʏ ㅡ 도영Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang