Cabut Kuy?

264 58 11
                                    

Waktu pengerjaan essay udah selesai. Ajaibnya, lima lainnya selain Sandra, yang awalnya kertas mereka sama kopongnya dengan isi kepala, akhirnya terisi juga.

Hanif yang dapat menyelesaikan essay pun takjub karena kemampuannya. Dipikir pikir, ternyata ia pintar juga ya soal nyari nyari kesalahan sendiri.

"Virus kegoblokan si Sugih udah gerogotin sel sel otaknya kali yak, ampe kaga punya memori lagi buat nginget nginget, kita masih di sini?" Celetuk Hanif asal.

Arka mendengus. "Berat amat bahasa lu cuk,"

Jam dinding udah menunjukkan pukul dua belas lebih lima belas menit. Pak Sugiono yang terlambat, tentunya merupakan suatu keanehan mengingat guru konseling mereka yang selalu semangat urusan hukum menghukum.

"Kalo kata gua, doi karang lagi merem, palanya dangak terus mangap," Terka Saga.

"Hahaha iya kaco anjing! Jangan lupa lidahnya ngejulur!" Tambah Arka.

Yuriko yang sejak tadi cuma nyimak sambil sesekali tertawa ringan mendengar celetukan konyol mereka, akhirnya memutuskan untuk buka suara.

"Kalian laper nggak sih? Gue laper banget,"

"Hm. Lagi sekarang juga udah jam dua belas, waktunya makan siang." Balas Sandra.

Lima lainnya menatap Sandra sekian detik, agaknya masih kaget akan gadis itu yang pada awalnya nggak mau ngomong kecuali diajak ngomong, kini mau berbaur.

Sandra mulai merasa nyaman rupanya?

"Mampus euy, jadi laper edan ini. Harusnya lu kagak usah ngomong ngomong yur!" Sungut Hanif latah memegangi perutnya yang entah kenapa mulai terasa lapar.

"Cabut kuy?" Ajak Sadira.

Mendengarnya, Hanif refleks nyengir lantas nunjuk nunjuk gadis bersurai cokelat sebahu itu.

"Nah inihh, demen nih gua ama cewek kayak gini!"

Sadira mendelik. "Sorry sorry aja ye Hanip Sukma Nalendra, gue demennya sama cowok yang nggak kerdil dan nggak banyak bacot kayak lo,"

"Anjing!"

"Loh, lu demen ama gua dong dir?" Tunjuk Saga pada dirinya sendiri.

Sadira mendelik lagi. "Jujur, lo bacot ga,"

"Nggak kerdil dan nggak banyak bacot, gua banget nggak sih dir?" Kini giliran Arka yang buka suara.

"Iye lo emang nggak kerdil sama bacot, tapi jayus,"

Arka ceming.

"Yaudah sekarang gimana caranya keluar dari sini?" Interupsi Yuriko, wajahnya udah bete karena laper parah dan mereka nggak berguna sama sekali.

Arka terlihat berpikir, perutnya jadi ikut meronta ronta minta diisi makanan. Pria Daniswara itu mendekat pada pintu, mencoba mengotak atik knop sampai dorong dorong pintu kayu tersebut dengan tubuhnya.

"Kagak tau lagi gua," Ucapnya menyerah.

Saga terkekeh, beralih menuju pintu.
"Lu mundur dah mending, biar atlet sekolah yang beraksi," Suruhnya, nggak lupa menarik bahu Arka menjauh dari pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Breakfast Club - 99 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang