"Aksa," panggil Levina ketika Aksa sibuk berkutat dengan ponselnya.
Yang dipanggil menoleh, Aksa menaruh ponselnya ke dalam saku. "Apa?"
"Kenapa namanya kopi jos?"
"Soalnya ditaruh arang panas gitu, terus kalo dimasukin bunyinya jos."
Levina tertawa pelan sembari ia menyerngitkan dahinya. "Hah apaan? Ngaco lu, Bambang."
"Namaku Aksa, Lev. Bukan Bambang."
"Bambang."
"Lev, main 10 questions yuk."
"Yaelah, basi lu anjing kepo sama gue mah ngomong."
"Mau gak?"
"Boleh deh."
Aksa tersenyum tipis dan Levina menangkapnya, bisa dikatakan bahwa ternyata... cowok ini ganteng juga. Astaga, tubuh Aksa itu lumayan tinggi sampai Levina hanya sedagunya saja, kulitnya putih, giginya berpagar, sekarang ia memakai kaus berwarna hitam yang memamerkan dada atasnya sedikit, walaupun begitu Levina tahu jelas bahwa dadanya pasti cukup bidang.
Belum lagi senyuman tipis Aksa yang membuat Levina terbuai, cowok itu daritadi selalu bicara namun ia tidak pernah menampakkan senyuman tipisnya yang mematikan itu. Gila, mimpi apa Levina kemarin malam?
"Levina, kirik!" umpat Aksa. "Jangan liatin aku gitu terus toh, aku memang ganteng tapi ya mbok jangan di pantengin terus."
"Dih, najis," cecar Levina sambil memutarkan bola matanya. "Jadi gak?"
"Kamu hardcore banget sih, jangan-jangan kamu yang kepo sama aku."
"Berisik," ujar Levina gusar. "Ya udah, gak usah."
"Ehh, ayo main. Aku dulu ya?"
"Iya."
"Satu, nama Instagram kamu apa?"
"Pertanyaan macam apa bangsat?"
"Jawab aja lah."
"Levina94. Oke gue ya, kenapa lo mau banget nyelamatin gue tadi?"
"Karena aku tau rasanya mau bunuh diri. Aku gak pengen mati, tapi aku pengen beban berakhir. Iya kan? Sekarang aku lagi. Kamu kenapa mau bunuh diri?"
"Gue muak sama hidup gue, bokap gue selalu jadiin gue pelampiasan kalau lagi banyak masalah di kantor. Gue kuliah di Jakarta, masih tinggal sama mereka. Selalu gitu, dimarahin. Gue diisolasi, gue harus mengikuti kemauannya dia. Dia selalu ngatain gue, anak gak guna, bikin malu, gak pernah banggain, gak pernah bikin bahagia. Dua hari yang lalu, dia marah sama gue karena gue pake ripped jeans. Gitu doang, ketika gue cabut, nyapa dia, dia malah bilang 'Mau mangkal dimana? Baju gak senonoh, lipstick warna seperti itu. Mau jadi apa diluar?' dan ya gue down."
Sekarang jemari Aksa mulai merambat menelusuri jemari Levina, jempolnya mengusap pelan ibu jari milik Levina. "Lev, I'm here."
"I know, thank you so much," ucap Levina, matanya sudah berkaca-kaca namun ia cepat-cepat menghapusnya. "Sorry though, you're supossed to be home by now. Tapi gara-gara gue lo malah keliling-keliling."
"Gak apa-apa, aku kelelawar," kata Aksa yang membuat Levina tertawa dan memukulnya sekilas. "Sakit tau, kamu itu kena sindrom wanita super ya? Pukulannya sakit banget, kayak cowok."
"Ngaco," jawab Levina. "Nadine siapa lo?"
"Mantan."
"Kenapa putus?"
"Next question, sekarang aku lagi. Kenapa penasaran sama Nadine?"
"Ya, penasaran aja. Kok nelfon kamu mulu. Kenapa udah jadi mantan?"
"Karena dia pindah desa ke Melbourne. Terus gak mau LDR, ya udah."
Levina menepuk-nepuk pundah Aksa dengan kencang hingga membuat Aksa terbatuk. "Sabar ya."
"Ah, manusia bangsat itu emang," umpat Aksa. "First impression kamu ke aku?"
"Aneh kronis. Sumpah ya, mana ada stranger yang mau berbuat sebaik lo. First impression lo ke gue apa?"
"Kamu tuh keras kepala banget. Gak bisa dibilangin orangnya. Coba manut aja."
Levina menyengir. "Ya, sorry. Lagian lo aneh tiba-tiba nyuruh gue masuk ke mobil lo, gue kira lo mau perkosa gue."
"Kenapa kamu mikirnya gitu?"
"Dude, cowok jarang banget bisa sebaik lo. Wait, is that counted as a question?"
"Iya kali. Giliranmu sekarang."
"Lo pernah ke Jakarta?"
"Pernah lah, sering," Aksa tertawa. "Kenapa nyasar di Jogja?"
"Entah, gue lagi butuh hiburan aja."
"Terus kamu mau mati di sini?"
"Iya. Bego ya?" Levina tertawa sebentar. "Oke, sekarang gue ya. Lo masih sayang gak sama Nadine?"
"Move on itu lebih baik, Lev. Sekarang aku, kamu punya mantan gak?"
"Enggak pernah pacaran, duh. Kenapa mobil lo ada dua boneka di belakang?"
"Boneka kesayangan dari kecil. Nama panjangmu?"
"Indiana Levina. Lo?"
"Aksaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa."
"Bambang?"
"Aksara Bintang Samudra."
"Gue kira Bambang."
"Kenapa nama IG kamu pake 94? Kamu tua banget anjir, aku aja baru umur 20. Kamu maba ya? Mahasiswa abadi."
"Ngaco lo, Bambang. 94 itu tahun lahirnya Harry. Aku juga 20. Kita samaan," Levina mengambil kopi susunya lalu menyesapnya kembali. "Gila kopi jos juara banget dah. Btw, lo suka 1D gak?"
Aksa tertawa. "Musik mereka enak. Tapi gak terlalu into it," katanya, masih tak percaya bahwa masih aja ada yang suka 1D pada jaman sekarang. "Last question nih. Kamu mau temenin aku?"
"Mau. Gimana caranya?"
"Karena aku udah putus, kamu girlfriend dan aku boyfriend."
Lalu Aksa mendapat sebuah toyoran dari Levina.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogja
Novela JuvenilTentang Aksa yang baru saja putus dari kekasihnya malam itu dan menemukan seorang cewek yang berusaha bunuh diri. Lalu mereka berakhir menghabiskan waktu bersama sampai pagi, meninggalkan serpihan memori yang akan mereka simpan di kotak memori masin...