Em-pat

8 4 0
                                    

"Kak makasih banget ya kak, makasih udah mau bantu gendong nanas ke uks lagi." kata gue berterima kasih seperti waktu itu lagi.

Kak Tyas menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu tersenyum. "Iya, sama-sama. Untung aku ngeliat dia pingsan lagi dan karena gak ada yang mau bantu dia, jadilah aku turun tangan."

Sumpah ih, omongan Nanas yang kata dia mau pingsan jadi kenyataan.

Apa gue harus kayak gitu dulu biar gue ngerasain yang namanya pingsan? Tapi enggaklah, gue gak mau. Gue bersyukur dikasih kesehatan sama tuhan.

Bisa-bisanya gua yang dengan keadaan mental dan fisik sehat-sehat aja malah minta pingsan.

Pokoknya mah gue harus banyak bersyukur deh, karena masih diberi kesehatan. Gue masih diberi kesempatan untuk melihat dunia dan isinya.

"Kakak gak balik lanjut upacara?" tanya gue dengan tatapan tanya pada kak Tyas karena sampai sekarang belum pergi dari uks.

Kak Tyas yang tadinya asik memperhatikan wajah Nanas, berjengit kaget lalu menoleh ke gue.

Mukanya kayak anak kecil yang ketauan abis gadoin gula sampe belepotan ama emaknya.

"Enggak ah, mager. Panas mending disini aja adem." katanya, gue pun mengangguk aja.

Wuhh ternyata ada jiwa badboy di dalam dirinya.

"Hmmn, kak ngomong-ngomong ini udah yang kedua kalinya kakak gendong nanas pas dia pingsan loh."

"Eh? Ohh iya juga ya. Emangnya kenapa?"

Gue memberikan kerlingan jahil pada Kak Tyas. "Kalo nanti bakal ada kejadian yang ketiga kalinya..." sengaja ucapan gue gantung biar dia penasaran.

"Aku anggap kalian berdua jodoh!"

Iya, karena mendengar ucapan gue yang begitu melantur kak Tyas langsung terkekeh.

Tawanya manis banget tuhan, make gula gak sih?

"Do'ain aja." jawabnya sambil terkekeh, tapi seribu persen langsung membuat gue membulatkan mata dan membuka mulut gue sedikit lebar.

Gue cengo.

Dia yang tadinya ketawa sambil berkata seperti tadi, langsung berhenti karena melihat raut wajah gue.

Hening.

Gue masih gak percaya aja sama apa yang dia katakan barusan, gue sih fine-fine aja kalo Nanas sama kak Tyas.

Namun gue takutnya nanti kak Tyas gak serius sama Nanas dan cuma bakalan bisa nyakitin hati Nanas.

Dia berdehem dan menggaruk tengkuknya, mengalihkan pandangannya dari gue yang masih menatapnya cengo.

Suasana menjadi canggung sekarang, oke-oke sekarang gue harus bisa mengontrol ekspresi dan raut wajah gue.

"Em, kak aku ke kantin dulu ya? Mau beli air sama roti takutnya na-" ucapan gue teropotong karena Kak Tyas yang tiba-tiba menerobos ucapan gue.

"Eh! B-biar aku aja. Kamu mending jagain nanas, takutnya dia kenapa-napa." katanya lalu pergi berlari keluar uks.

Gue menghela nafas, baru aja gue mau duduk tapi suara langkah kaki kembali terdengar.

Kak Tyas balik lagi dengan wajah dan nafas yang terengah-engah. "Em, nanas suka roti coklat atau stroberi?" tanya kak Tyas.

"Terserah, dia mah apa aja doyan kak." Kak Tyas hanya merespon dengan acungan jempol lalu ia kembali berlari menuju kantin.

Gue melanjutkan pergerakkan tubuh gue yang mau duduk, tapi gak jadi lagi.

"Em, kira-kira minumnya air mineral aja apa teh manis hangat ya?"

You And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang