Pagi ini sangat indah, langit cerah matahari bersinar terang serta tak lupa burung-burung berterbangan meninggalkan sarang yang telah menemaninya semalam. Menyenangkan. Andai kehidupan Qilla seindah kehidupan di langit. Qilla tersenyum meyakinkan diri bahwa ia bahagia dengan kehidupannya. Bersyukur adalah pilihan terbaiknya saat ini.
~*~
" hai,,," sapa seseorang yang duduk di samping bangkunya sambil tersenyum.
"eh hai" sahut Qilla dengan senyum kaku dan terkesan... dipaksakan. Qilla tau sapaan itu hanya bentuk basa-basi saja yang menurut Qilla sudah basi. Hanya sebuah formalitas dengan sesama manusia. Dan ia tau senyuman ramah yang didapatkannya itu hanyalah senyuman palsu jadi tak perlu lah terlalu diladenin. Qilla menghela nafas sejenak lalu mengeluarkan beberapa buku sambil menunggu guru datang.
*****
Suasana kantin sangat ramai setelah bel bertanda istirahat berbunyi. Mereka berbondong-bondong datang ke kantin layaknya semut-semut yang mengerubungi remahan roti. Meja-meja yang berada di penjuru kantin pun hampir dipenuhi beberapa makanan dan minuman yang mereka pesan. Lalu mereka memakan pesanan mereka dengan sesekali diselingi canda tawa. Betapa bahagianya mereka.
Sedang di pojok kanan, tampak seorang gadis duduk tenang sambil memakan semangkuk bakso serta sesekali menyeruput es jeruknya tanpa ada huru hara seperti di meja-meja lain. Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba arsal datang dengan semangkuk bakso di tangan kanan dan segelas es teh berada di tangan kiri. Tanpa aba-aba ia langsung menarik kursi dan duduk di depan Qilla. Membuat Qilla berjengit kaget. Dan tanpa rasa bersalah Arsal langsung melahap baksonya.
"siapa sih? ngagetin tau gak," dumel Qilla
Yang didumelin pun hanya menyengir kuda "heheheh sori. Boleh kan gue duduk sini? Gak ada tempat laen ni penuh semua?,"
"terserah," sahut Qilla cuek.
"jutek amat dah, oh iya kenalin nama gue Arsal,"
Kening Qilla mengkerut "emang ada yang nanyain nama lo?"
Arsal tertawa, "hehehe ga ada sih sebenernya. Kan gue inisiatif sendiri memperkenalkan diri duluan sebelum lo nanya nama gue. Brilian bukan?"
"hais lo bener-bener ya, ya kalik gue gak tau nama temen kelas sendiri?!" Qilla memutar bola matanya jengah.
Arsal hanya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Jujur ia kaget, ternyata cewek kuper seperti Qilla bisa jutek juga. Ia pun tersenyum. Senangnya Arsal hari ini bisa mendengarkan banyak sekali kosakata dari mulut Qilla, si cewek kupernya 11 bahasa 2. Biasanya ia hanya bisa mendengarkan beberapa kosakata yang keluar dari mulut gadis itu saat di dalam kelas. Begitulah Qilla. Ia akan menjawab bila ditanya, dan akan diam ketika tak ada pertanyaan. Yah suara Qilla bagaikan emas bagi mereka. Dan Arsal berjanji akan berterima kasih kepada kedua sahabatnya, Putra dan Adi yang dengan sangat amat teganya meninggalkan Arsal seorang diri demi menggoda adek kelas yang kelasnya berada ujung sekolah.
"sendirian Qill?" Tanya Arsal mencari obrolan.
Qilla menyahut santai, "enggak. Gue lagi sama setan, setannya lagi gangguin gue"
Arsal lalu menggebrak meja kantin "hah mana Qill mana??!!! Biar gue tabok setannya. Biar tau rasa tuh setan genit amat si setan pakek acara gangguin lo segala,"
Sontak para penghuni kantin pun menoleh ke arah meja Qilla dan Arsal setelah mendengar gebrakan meja serta teriakan Arsal yang menggelegar, tak sedikit pula yang langsung berbisik-bisik membicarakan Qilla dan Arsal yang tidak ada angin tak ada hujan apalagi ada badai tiba-tiba makan di kantin berdua. Qilla pun langsung menutup muka menahan malu. Sialan Arsal gara-gara dia Qilla di ghibahin para penghuni kantin itu. Sedangkan Arsal masa bodo dengan mereka.
"lo gila gebrak-gebrak meja sambil teriak-teriak gak jelas gitu hah??!" geram Qilla.
"ya sorry Qill. Gue kan reflek tadi" jawab Arsal tanpa ada rasa bersalah. "kan gue Cuma nanya di mana setan yang udah gangguin lo itu biar gue kasih pelajaran.
"lo mau tau di mana setannya?," Qilla menahan kesal.
Arsal pun mengangguk mantap dengan mata penuh harap menanti jawaban Qilla.
"okelah. Jadi setan yang lo tanyain itu lagi ada di depan gue, yang lagi duduk sambil makan bakso,"
"lah yang ada di depan lo sambil makan bakso kan gue Qill?"
"sykurlah lo nyadar,"
Arsal menatap Qilla cengo. Dan beberapa detik kemudian dia baru menyadari,"anjir,, jadi maksud lo gue setan gitu??!"
Qilla menyeruput es jeruknya sambil memasang tampak jutek, "ya gitu deh,"
Arsal langsung terdiam dengan memasang tampang masam.
Qilla pun tertawa, "hahahha... gak kok ar gue cuma bercanda kok,"
Sedangkan Arsal hanya tertegun melihat Qilla tertawa. Selama ia kenal Qilla, baru kali ini ia melihat Qilla tertawa lepas. Bagi Arsal tawa Qilla itu.. sungguh menggoda imannya. Arsal tersenyum. Ada rasa bahagia yang menjalar di hatinya. Sungguh kesenangan tersendiri bagi Arsal bisa melihat tawa Qilla apalagi lengkungan itu disebabkan oleh dirinya.
"Sedih gue Qill, gue terdzolimi. Gue ni gak bisa diginiin. Sakit tau gak Qill, sakitnya tuh di sini," sahut Arsal sambil memegang dadanya dengan suara yang dibuat sedih mendramatisir suasana.
Sedangkan Qilla menatap Arsal jengah, "Alay"
"bodo yang penting gue ganteng."
"serah lo Ar, serah" Arsal tertawa melihat Qilla kesal. "udah ah gue mau balik kelas dah mau bel"
"ikuuuttt Qill"
Arsal membuntuti Qilla. Mereka berjalan beredampingan melewati koridor kelas 10 kemudian menaiki tangga , karena kelas mereka berada di atas tepatnya di lantai 2. Selama perjalanan menuju kelas, mereka terlihat asyik mengobrol membicarakan hal-hal yang sebenarnya unfaedah. Ah bukan, lebih tepatnya hanya Arsal yang sedari tadi berbicara sedangkan Qilla hanya mendengarkan sambil sesekali bergumam menanggapi Arsal. Setelah sampai di kelas, mereka berpisah dan menduduki bangku masing-masing.
~~~~
Seisi kelas bersorak ria setelah mendengar bel tanda pulang berbunyi. Sontak seisi kelas langsung berhamburan keluar kelas, setelah bu erni, selaku guru matematika mengakhiri kegiatan belajar mengajar sore ini. Ya peajaran matematika di jam terakhir, menyegarkan sekali bukan?.
Kelas sepi, menyisakan Qilla seorang diri. Entah apa yang sedang Qilla lakukan. Teman sekelasnya sudah pulang sejak 1 jam yang lalu. Begitupun Arsal yang batang hidungnya sudah tak tampak lagi. Mungkin ia sudah pulang atau pergi nongkrong bersama 2 sahabatnya, Putra dan Adi.
Qilla menatap kosong ke luar jendela, terlihat beberapa murid berlalu lalang. Mereka terlihat sedang bercengkrama dengan teman-temannya. Mungkin mereka habis kumpulan eskul atau mengerjakan tugas kelompok. Entahlah Qilla tak tahu dan memang tak mau tahu. Qilla pun menelungkupkan kepalanya di atas meja. Kenapa Qilla berdiam diri di kelas setelah pulang sekolah begini? Entahlah Qilla pun tak mengerti dengan apa yang dilakukannya ini. Ia sering melakukannya.
Qilla pun tertidur. Entah sudah berapa lama ia tertidur dengan posisi seperti itu. Ia pun mengerang lalu mengangkat kepalanya. Namun saat ia mendongak ia dikejutkan dengan kehadiran Arsal yang sudah berdiri di depannya dengan pandangan lurus ke depan sambil bersedekap dada. Qilla mengerjapkan matanya, tak percaya dengan apa yang di lihat oleh matanya.
"Ar..sal" ucap Qilla gugup. Namun Arsal tetap tak bergeming. Sedangkan Qilla kembali mengerjapkan matanya. Mungkin ini hanya halusinasinya, tapi nyatanya Arsal yang ada di depannya ini nyata. Dan lagi kenapa kali ini Arsal terlihat begitu.... Tampan. oh tidak, pikiran macam apa ini Qill???!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Cares?
Teen FictionNamanya Kanaya Aqilla Azzahra. Si kupernya XII bahasa 3. Pendiam, tertutup, selalu sendiri dan sepertinya memang tak ada yang mau berteman dengannya. Tak jarang yang menilainya aneh dan itu tak disangkalnya, menurutnya dirinya memang aneh. ...