Chapter 4

15 4 0
                                    

Kantin lumayan sepi, wajar sih karena waktu istirahat masih kurang 15 menit lagi. Saat ini kebanyakan pengunjung kantin adalah teman sekelas Arsal dan Qilla.

"mau apa?" tanya Arsal sesampainya di kantin.

Qilla berpikir sebentar lalu menjawab, "mie ayam sama jus jeruk" Arsal mengangguk "oke. Lo duduk duluan gue pesen dulu."

5 menit kemudian Arsal datang membawa 2 mangkok mie ayam, 1 jus jeruk,dan 1 es teh tawar.

"lo suka teh tawar? Gak manis lah" tanya Qilla.

"iya. Gak papa, gue gak perlu yang manis-manis karena guenya udah manis." Jawab Arsal sambil senyum pepsodent, Qilla hanya mengiyakan saja biar cepet.

"ar"

"hm"

"kenapa lo mau temenan sama gue?" tanya Qilla penasaran.

Arsal menatap Qilla lekat "gak papa. Lo kan anak sekolah sini, semua murid di sini temen gue. Kalau bisa anak sekolah lain juga gue jadiin temen. Gue gak suka punya musuh"

Qilla hanya tersenyum menanggapi. Semuanya memang dianggap teman oleh Arsal. Arsal bukan tipikal cowok dingin yang irit omong seperti di cerita novel, Arsal sangat ramah dengan semua orang. Tak jarang banyak cewek-cewek yang menyukainya namun tetap saja tak ada yang membuat hatinya bergetar.

~~~~~~~~

Bagi Qilla hari jum'at adalah hari yang membosankan. Ah rasanya Qilla tak ingin ada hari jum'at,bukan karena harinya tetapi kegiatan yang dilaksanakan di hari jum'at itu. Apalagi kalau bukan kegiatan eskul. Kalau dulu ia muak dengan kakak tingkat yang tiap eskul selalu memarahi adik tingkat tanpa alasan, maka yang terjadi sekarang ini adalah ia sangat malas melihat teman-temannya yang selalu memarahi adik tingkatnya dengan gaya sok berkuasanya itu.

Ternyata eskul sudah disalahgunakan oleh mereka, itulah asumsi Qilla. Lihat saja saat adik kelas yang harus mengikuti pelantikan sebelum resmi menjadi anggota. Di saat Qilla menjadi adik tingkat barulah ia tau apa itu pelantikan, Qilla tak habis pikir ternyata pelantikan itu dimana ia harus berangkat ke sekolah jam 6 pagi, berjalan jongkok dari gerbang sekolah sampai lapangan basket, tali rapiah dengan bandul bengkoang diikat di leher, keliling kompleks perumahan dengan meneriaki yel-yel karangan sendiri bak orang gila. Manfaatnya apa? Oh mungkin kita harus jadi orang gila dulu sebelum diresmikan menjadi anggota eskul.

yang membuat Qilla semakin heran adalah teman-temannya yang sepertinya sangat menikamati kegiatan tersebut. Hanya Qilla sajakah yang mendumel tak jelas tak rela mengikuti kegiatan ini?

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring,membuat Qilla tambah tak bersemangat.

Arsal yang melihat wajah lesu Qilla pun menghampiri, "lo eskul?". Yang ditanya hanya menganggukan kepala tak minat.

"oke, nanti pulang bareng Qill"

"lo latian basket?"

"iya, gue sekarang latian tiap hari, seminggu lagi ada turnamen" balas Arsal.

"oh oke. Hati-hati ar"

Arsal hanya tersenyum sambil menganggukan kepala lalu berjalan keluar kelas.

~~~~~~~

Waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Qilla berjalan lunglai menuju lapangan basket. Arsal yang baru saja selesai latihan melihat kedatangan Qilla pun tersenyum, Qilla sangat menggemaskan. Arsal sudah hapal, setelah pulang dari eskul Qilla akan seperti ini, memasang muka masam dengan bibir yang dimajukan beberapa senti dan berjalan terseok-seok.

Setelah Qilla sampai di hadapan Arsal, dengan gampangnya Arsal mengacak-acak rambut Qilla gemas, "kenapa?" tanyanya.

Qilla mentapnya kemudian bersuara "capek Ar".

"capek ngapain? Lo Cuma duduk diem kan tadi cuma dengerin temen-temen lo marahin adik tingkat? Harusnya gue yang bilang capek?" tanya Arsal.

"bodo yang penting gue capek" bibir Qilla makin maju kali ini, lalu Qilla menarik-narik tangan Arsal, "ayo pulang"

"iya kita pulang, tapi gue ganti baju dulu"

"jangan lama-lama" pinta Qilla.

"iya"

Tak lama kemudian Arsal kembali kemudian mereka langsung menuju parkiran dan pulang.

~~~~~~~~~

Pagi ini Arsal sudah berada di rumah Putra bersama Adi. Niatnya sih mau latihan basket tapi sampai sekarang belum berangkat-berangkat malah asyik tidur-tiduran di atas kasur.

"mau latihan jam berapa?" tanya Putra.

"terserah Arsal aja" balas Adi.

"nanti aja deh ya jam-jam 9 bilang gih sama yang lain"

Adi langsung membuka room chat memberi tahu anggota basket lain.

Arsal memejamkan matanya, biasanya hari sabtu dan minggu jam segini dirinya masih sayang-sayangan dengan kasur empuknya.

"Ar"

"hm"

"lo sama Qilla gimana sih?" tanya Putra. "iya tuh gimana lo sama dia?" tambah Adi.

Arsal bosan mendengarnya, pasalnya hampir setiap hari kedua sahabatnya menanyakan hubungannya dengan Qilla, "ya enggak gimana-giamana lah. Kalian berdua kenapa sih tiap hari nanyain itu mulu, bosen gue"

"ya elo nya sih, gak jelas Ar. Lo tu udah kek orang pacaran tau gak sama Qilla jadinya kita berdua bingung" sahut Adi yang diangguki Putra.

"iya bener. Kenapa gak lo tembak aja sih Qillanya"

"belum waktunya" jawab Arsal singkat.

"terus waktunya kapan?" tanya Putra.

"nanti di saat yang tepat" jawab Arsal logis membuat Adi dan Putra menghela nafas menahan kesal.

~~~~~

Hubungan keduanya memang membingungkan. Bahkan Qilla masih meragukan bila Arsal adalah temannya. Baginya sungguh aneh, tadinya ia selalu sendiri sekarang ada Arsal yang selalu mengikutinya.

Arsal pun sama bingungnya. Jika disebut teman, lihatlah Qilla saja masih meragukan, dibilang sahabat? Apalagi. Lalu apa? Teman tapi mesra? Tambah tak mungkin. Pacaran? Tambah mustahil. Ah bagaimana bisa, keduanya saja bingung apalagi orang lain? Tapi memang keduanya yang tak pernah ambil pusing jadi mereka biasa-biasa aja, biar waktu yang menjawab.

Lagian Qilla juga tak meminta Arsal menjadi temannya. Arsal terlalu baik, itulah yang ada di pikiran Qilla. Bahkan kalau bukan karena Arsal, Qilla tak yakin Putra dan Adi mau berteman dengannya.

Dan jangan salahkan Qilla jika nanti dirinya baper karena perlakuan Arsal yang tak biasa, huh pokoknya kalau sampai dirinya baper, Arsal harus bertanggung jawab. Enggak, bohong kok. Qilla tidak akan meminta Arsal bertanggung jawab, biar saja dirinya menyukai dalam diam. Lagian Qilla gak mau ya, tiba-tiba fans-fans Arsal yang seabrek itu membullynya karena dirinya meminta Arsal tanggung jawab atas kebaperannya seperti di novel-novel yang ia baca. Qilla korban novel.

Kalau dipikir-pikir mustahil juga. Arsal yang notebenenya adalah kapten basket kebanggaan sekolah bisa menyukai Qilla si cupu ini, itulah yang selalu Qilla ingatkan pada dirinya sendiri. Ah sudahlah kalau Qilla sampai jatuh hati dengan Arsal, sudah pasti cintanya bertepuk sebelah tangan. Jadi jangan sampai baper kalau tidak mau patah hati. Patah hati itu menyakitkan kata orang yang sudah mengalami. Kalau Qilla sih belum pernah dan jangan sampai kejadian.

Sudah dibilang, Arsal itu kapten basket kebanggaan sekolah yang sering diperebutkan oleh kaum hawa. Dirinya juga tak sombong, bahkan Arsal sering membalas chat dari cewek-cewek yang tak dikenalinya tapi bukan tebar pesona kayak Adi dan Putra ya. Pokoknya Arsal baik ke semua orang. Kalau kayak gitu siapa yang gak suka coba???

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who Cares?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang