2. Rencana

113 11 0
                                    

Author's POV

Pagi mendatangi Kota Kecil untuk kesekian kalinya. Menyinar pelan nan hangat pada deretan dinding bata. Tanpa lupa untuk menyusupi celah-celah kecil yang ada. Menembusi lembaran kaca-kaca jendela.

Termasuk pula, pada seonggok sosok yang setia menggulung diri dalam hangatnya selimut. Bergerak gelisah tatkala cahaya pagi menyinarinya.

Tangannya menjulur lantas menutup cepat segala celah yang ada, tak membiarkan cahaya pagi masuk dalam areanya. Usaha yang sia-sia.

Kamar mungil yang di tempatinya berada tepat menghadap pada asal cahaya. Jajaran jendela kaca terbuka, memantulkan cahaya tanpa ampun.

"Hng!"

Mendesah lemah, sosok itu lantas membalik badan, kian mengatupkan perisai selimutnya lantas memejam kembali. Begitu malas untuk bangun di pagi ini.

Tok!

Tok!

Ketukan pintu berulang-ulang sampai di telinganya. Sosok itu hanya mendecih pelan. Tak ingin menanggapi siapapun yang tengah berusaha membangunkannya

"Bangun! Bangun pemalas! Leyro!" Teriakan melengking dari balik pintu berusaha mengusik si sosok.

"Bangun atau kau tidak akan mendapatkan sarapan pagi."

"Cukup sudah!" Leyro membatin geram. Dilemparnya selimut yang begitu ia pertahankan. Menguap pelan lantas berjalan membuka pintu.

Dengan rupa kacau Leyro melotot seram pada sosok gadis yang telah mengusik tidurnya.

"Aku bangun, puas?" Leyro berucap sinis seraya melenggang menuju dapur yang tengah ramai oleh tawa anak-anak.

Si gadis bersedekap, melirik ke dalam kamar Leyro lantas menggeleng.

"Padahal kamarmu sudah terang benderang. Masih tidak mau bangun juga." Setia, si gadis menggerutu sembari mengikuti langkah Leyro.

"Diamlah, Luca! Berhenti mengikutiku!" Leyro berteriak geram.

Menghentikan langkahnya, pemuda itu menatapi Luca, gadis yang setiap pagi mengusik tidurnya, geram. Tanpa peduli keduanya yang menjadi tontonan bagi penghuni rumah yang lain.

Luca membalas pandangan Leyro. Melipat tangan, gadis itu menaikan sebelah alis, menantang.

"Apa?"

"Aku tidak bisa tidur nyenyak semalam, dan kau membangunkan ku pagi-pagi seperti ini?!" Leyro memulai dialog paginya.

"Hah, dasar bodoh! Aku sudah muak dengan adegan ini. Pergi! Aku harus memasak."

"Apa! Aku belum selesai! Luca!"

Tak menghiraukan Leyro, Luca segera berlalu. Bergabung bersama seorang wanita lansia yang sibuk mengolah makanan.

Gadis itu tersenyum. Mengusapi kepala anak-anak mungil yang tersebar dalam dapur sebelum menghampiri si wanita tua.

Menyapa ramah lantas menenggelamkan diri dalam pekerjaan paginya.

Gerak-gerik Luca masih dipantau Leyro. Pemuda itu tak kunjung beranjak dari posisinya. Menangkupkan tangan, memangku kepalanya, dan berdiri menjulang di anak tangga ketiga. Menguap berulangkali.

"Tidakkah kau segera mandi, Leyro?" Sapaan lembut berseru di balik punggung Leyro.

Leyro berbalik. Mendapati seorang gadis bersurai hitam tersenyum padanya. Kedua lengannya memegangi dua orang anak kecil yang terus bergerak-gerak.

"Malas." Leyro menjawab singkat. Pemuda itu dengan cepat mencubiti pipi chubby kedua makhluk kecil di sisi Thanathos.

"Airnya masih tersisa. Kalau kau tidak mandi sekarang kau harus menunggu sampai siang hari." Sang gadis, Thanathos, melerai tangan jahil Leyro. Takut membuat adik-adiknya menangis lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crystal Series 2: The Legend of Seven Ghosts (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang