Bagi Riang, membuat Murung tersenyum adalah tugasnya. Dimanapun Murung berada, entah di tempat bermain-pun, ekspresinya tidak pernah berubah.
Padahal tersenyum adalah hal yang paling mudah bagi Riang. Entah bahan apa yang membuat mulut Riang selalu tertarik ke atas. Mungkin Tuhan terlalu banyak memberi permen pada mulut Riang.
Setiap ditanya, Murung apakah kamu ada masalah?
Murung hanya membentak Riang, menyuruhnya diam dan tidak usah ikut campur urusan orang lain.Riang selalu dibuat terdiam saat Murung membentaknya seperti ini, "Tugas kita masing-masing berbeda Riang. Kamu selalu membuat manusia menjadi bahagia, sedangkan aku, membuat manusia dirundung kesedihan."
Namun bagi Riang, argumen yang dikeluarkan Murung padanya ada benarnya juga, tapi 0,5%nya salah. Karena bagi Riang, tersenyum adalah kegiatan yang menyehatkan, dan bagi Murung tersenyum adalah sesuatu yang membuatnya makin terpuruk.
Hari demi hari Riang membujuk Murung untuk tersenyum. Biasanya, kata-kata kasar yang dikeluarkan Murung terdengar biasa saja bagi Riang, namun kali ini tidak. Kata-kata Murung sekarang ini membuat Riang hancur berkeping-keping.
"Seandainya kamu tidak ada dalam perasaan manusia, aku yang sekarang ini pasti bisa tersenyum lebar sekali." ucap Murung sembari meninggalkan Riang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Ombak tidak pernah Menyesal Mengikis Karang
Cerita Pendek[C e r p e n] Murung tidak pernah menyesal menyakiti Riang. [Masih berdiri kokoh walau terkikis]