Hukuman

96 6 3
                                    

Walau gelap malam ini,
Walau angin berhembus kencang dan dingin,
Hal itu tidak pernah mengurangi indahnya.
Cahaya mu bulan..
Jika boleh ku ibaratkan kehidupanku,
Maka hidupku seperti langit malam.
Dan bolehkah juga ku katakan, bahwa mimpiku,
seindah bulan dan seterang cahayanya..

_dia carissa_

Sepulang sekolah biasanya carisa akan langsung mengerjakan PRnya agar dia bisa menemani bi asih membereskan rumah sore hari.

"non caris" panggil bi asih sambil mengetuk pintu pelan.

Segera ica membukakan pintu dan mendapati bi asih dengan raut wajah yang gelisah

"ada apa bi, baru aja caris mau cari bibi ke dapur?" tanya ica bingung

"gini non, nyonya_"

"oh mama sudah pulang yaa bi"
Potong caris, tepat sebelum bi asih melanjutkan kata-katanya.

Sekarang caris paham mengapa bi asih terlihat gelisah. Pasti karena kejadian tadi pagi bersama nana

"mama dimana bi" tanya carissa dengan senyumnya yang lebar

Walau caris selalu tersenyum dihadapannya tapi bi asih tahu dibalik senyum itu, terdapat luka yang menganga setiap harinya.
Entah kapan tuan kecil kesayangannya itu mendapatkan kebahagiaan.

"ayo bibi anterin. nyonya berada di ruang keluarga" jawab bi asih

"caris sendiri aja kesana, lagian sudah biasa kena hukuman gini bi" ucap carissa seraya meraih tangan kurus bi asih dan menggenggamnya seolah menyakinkan bi asih bahwa dirinya baik-baik saja

"baiklah non." jawab bi asih pasrah. Tetapi dalam hati ia berdoa semoga tidak terjadi apapun.

"bi asih tahu tempat ternyaman bagiku?" tanya ica dengan senyumnya yang polos

"dimana non?" jawab bi asih

"disini. Dipelukan bi asih." ujar caris seraya memeluk tubuh bi asih, tanpa sadar setetes cairan bening yang selalu ia tahan lolos begitu saja membasahi pipinya.
Segera ia hapus dan kembali memejamkan matanya, menikmati kehangatan pelukan bi asih. Pelukan yang tak pernah ia dapat di dalam keluarga.

"yaudah bibi istirahat aja yaa" ucap carissa pelan

Bi asih mengangguk dan terseyum lalu pergi menuju kamarnya. Bi asih kembali membuka surat yang ia terima beberapa hari yang lalu. Tiba-tiba ada yang mengirim paket untuk dirinya. Isinya adalah belasan kodok mati dan ada surat peringatan jika dia ikut campur masalah carissa maka dia akan mati.
Bi asih pikir itu hanya ulah orang iseng tapi untuk berjaga-jaga dia akan menghubungi sahabat lamanya untuk menggali informasi.

-----------------------------

Setibanya di ruang keluarga,
Sepasang mata cantik itu tidak berkedip sebab menahan air mata.
Carissa bingung apakah itu air mata bahagia? Jika iya, mengapa hatinya terasa sakit.
Bukankah harusnya dia bahagia, melihat orang tuanya yang super sibuk itu berada dirumah dan saat ini berkumpul diruang keluarga bersama kakaknya nana, walau tanpa dirinya.

"mama" sapa carissa kepada mamanya yang tengah memangku nana kakaknya, nana nampak terlihat semakin cantik malam ini dengan gaun warna pink membalut tubuhnya.

"caris kamu tahu alasan mama memanggil kamu?

"iya ma" jawab ica pelan. Menundukkan kepala tak berani menatap mata ratna mamanya. Bagi ica tatapan benci ratna membuat hati kecilnya terasa sakit.

"caris minta maaf karena sudah berangkat sekolah bersama kak nana"

"kamu tahu hukumanmu kan?" tanya ratna ketus

Separuh BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang