Best Of Me

36 3 0
                                    

Luna's POV

Selama jam pembelajaran di kampus, aku tidak bisa fokus. Hanya memperhatikan dosen dengan tatapan mata kosong dan pikiran yang terbang ke sana ke mari sambil bertopang dagu.

Untungnya, dosen itu datang ke kelas hanya untuk menjelaskan tugas yang akan diberikannya. Jadi dia tidak terlalu memperhatikan mahasiswa mahasiswi nya. Kalau tidak, pasti aku sudah ditegur karena tercyduk sedang melamun.

Makalah -> PowerPoint -> Presentasi -> Repeat.

Begitu terus hingga aku bisa mengumpulkan lima bola dragonball 😑

"Minggu depan dikumpulkan. Langsung taro di meja Bapak. Yang telat, nilai dikurangi. Paham?" tegasnya kepada kami semua.

Dengan serentak kami menjawab, "Paham Pak."

Seperti biasa, kami akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Dan seperti biasa pula, aku tidak kebagian kelompok.

Hm. Sudah biasa.

"Boleh gak aku gabung di kelompok kalian?" tanyaku kepada kelompok yang sepertinya kumpulan orang-orang baik.

"Sorry Lun. Udah full. Cari yang lain aja ya. Sorry banget." Jawab Ken si ketua kelompok.

"Oh ya udah gak apa-apa." balasku dengan senyum sedih sambil beranjak pergi ke kelompok lain.

Haduh. Tinggal satu kelompok itu yang masih kurang satu. Kalau aku ikut ke sana, pasti aku yang disuruh ngerjain semua. Kalau gak ikut, gak dapet nilai.

Dengan langkah gontai, terpaksa aku gerakkan kaki ini untuk menghampiri kelompok mereka.

Ya. Mereka adalah kumpulan anak-anak hits. Yang bisanya cuma nongkrong-nongkrong, shopping, menghabiskan uang, demi untuk update instagram, mempercantik feed, agar bertambah followers nya.

"Ekhm, permisi. Aku boleh gabung ke kelompok kalian gak?" tanyaku.

Ku lihat mereka ber-lima, Laras, Boy, Chintya, Jerry, dan Farhan berbisik-bisik sambil memandang ke arahku.

"Masa dia masuk ke kelompok kita sih? Kan nggak banget." Celetuk Laras dengan wajah merengut. Dia cewek yang paling cantik di kelas. Mungkin se-fakultas.

Bisik-bisik kok kedengeran.

"Eh beb. Biarin aja. Kita manfaatin dia aja buat ngerjain semua tugas. Kan enak tuh. Kita gak repot-repot bayar orang lagi. Gimana?" Jawab Boy. Yang aku lihat, sepertinya dari tingkat satu, Boy selalu mengejar-ngejar Laras. Tapi Laras tidak pernah menggubrisnya.

Ya Allah. Padahal udah tingkat tiga lho. Sebentar lagi mau lulus. Masa masih aja mikirin kasta. Kayak anak SMA aja. Mana manfaatin aku lagi. Duh. Sabar. Yang penting nilai.

"Nah betul tuh Ras. Lumayan kan bisa hemat duit." seru Jerry.

"Iya. Kan dia cuma gabung kelompok belajar aja. Gak akan nongki sama kita juga." tambah Chintya.

"Ya udah urus sana." Jawab Laras sambil mendelik ke arahku.

Apa salahku sampe diginiin orang.

Boy melirikku dengan wajah datar, "Hm. Boleh, asalkan kamu yang ngerjain semua tugas."

Dengan terpaksa aku meng-iyakan, menuruti mereka seperti anak anjing.

~

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Kegiatan kampus telah usai lima menit yang lalu.

Seperti biasa aku langsung bergegas untuk pulang ke rumah.

LOVE YOURSELF | JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang