3. Bertemu Lagi

237 30 67
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم
.
.
.
Cintailah sewajarnya
dan bencilah secukupnya.
Karena segala sesuatu yang berlebihan itu, tidaklah baik.

🍁🍁🍁

TIN!! Tin!!

Pak Thomas segera membuka pintu gerbang rumah kuno dengan arsitektur Belanda di depanku, rumah ini tidak lain adalah rumah Opa. Kuanggukkan kepala, menyapa Pak Thomas yang dibalas anggukan juga olehnya.

Aku membiarkan Black terparkir di halaman rumah. Kulihat Opa sedang berada di pondok taman belakang sambil membaca sebuah koran.

Taman belakang rumah Opa memang sangat indah dan luas, sebuah pondok kecil berada di tengah-tengah taman dengan air mancur di sampingnya. Selain itu, juga ada beberapa macam pohon buah, beberapa jenis tanaman hias, tanaman obat, bahkan ada juga beberapa tanaman beracun yang mematikan.

"Hai, Opa." Ujarku riang, mendekati Opa.

Opa menoleh padaku sambil meletakkan koran yang ia baca di pangkuannya. "Sudah pulang? Biasanya pulangnya nanti sore."

"Ya, kan sekarang hari pertama sekolah, Opa. Jadi, free time gitu."

"Ya sudah, sana ganti baju dulu. Setelah itu, makan siang bersama Opa."

"Ja, klaar om het te doen."⁴

Aku balik kanan, melangkah ke kamar, meninggalkan Opa yang kembali melanjutkan kegiatan membacanya.

Kuletakkan tas di samping meja belajar, berganti pakaian, masuk ke kamar mandi sekedar mencuci muka. Ahh, segarnya. Lantas aku segera ke meja makan, cacing-cacing di perutku ini sudah menuntut untuk diberi makan.

Opa sudah berada di meja makan, menungguku. Hidangan siang ini tidak terlalu istimewa, namun cukup menggiurkan. Ada nasi merah, sayur sop, tahu dan bakwan goreng, juga tak lupa sambal terasi. Hmm, aku sudah tidak sabar ingin memakannya.

Kutarik kursi di sebelah Opa, lalu duduk dengan tenang. Sebelum makan, aku dan Opa berdo'a lantas menyantap makan siang kami dengan khikmat.

Opa selalu berpesan kepada Bibi Anne, kalau memasak jangan terlalu berlebihan. Karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Menu makanan sederhana asal membuat perut kenyang, sudah cukup bagi Opa.

"Opa, nanti sore aku mau ke cafe-nya Kak William, ya." Ujarku, lantas meneguk segelas air putih.

"Iya, hati-hati di jalan. Dan sampaikan pada Willi, kalau jadwalnya sedang longgar, main-main ke sini."

Aku mengangguk sembari tersenyum. Kak William memang jarang main ke rumah Opa, mungkin karena jadwalnya selalu sibuk. Setelah selesai makan, Opa pamit untuk beristirahat ke kamarnya.

Aku menatap Bibi Anne yang sedang merapikan meja makan.

"Bi, biar Justen saja yang membawa piring kotornya," ucapku sambil membawa dua piring kotor bekasku dan Opa ke dapur.

Bibi Anne mengekor di belakangku. "Aduh Den, padahal Aden tidak usah repot-repot membantu Bibi, loh."

Kuletakkan piring kotor itu di wastafel-tempat cuci piring.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WELCOME to ISLAM (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang