2. Dunia Ini Sempit

225 34 55
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم
.
.
.
Kita tak akan pernah bisa memilih untuk bertemu dengan siapa, karena semua itu sudah ada yang mengatur.
Sudah, nikmati saja. Mungkin pertemuanmu dengannya adalah sebuah berkah.

🍁🍁🍁

HEMBUSAN sejuk yang dipancarkan tiga AC dalam perpustakaan, membuatku betah untuk berlama-lama di tempat ini. Rasanya nikmat menghabiskan waktu free di sini sambil membaca.

Aku dan kedua sahabatku duduk di meja bundar yang berada di pojok ruangan. Tempat yang strategis untuk sekedar memejamkan mata sejenak, tanpa harus khawatir ketehuan pengawas perpustakaan. Sebab tempat ini terhalang oleh sebuah rak buku besar.

Perpustakaan di sekolahku cukup besar dan luas, ada banyak sekali rak buku di sini dengan berbagai genre buku. Tak heran jika setiap jam istirahat kedua, banyak siswa atau siswi pecinta novel menjadikan perpustakaan sebagai tongkrongan mereka, hingga bel masuk berbunyi.

Aku bosan dengan buku yang kubaca, tidak terlalu menarik. Kuletakkan buku itu di atas meja, dan merogoh kantong celana—mengambil handphone. Kulihat Ali dan Fadhlan masih setia dengan bukunya masing-masing. Jari-jemariku menjelajahi instagram, sekedar melihat-lihat postingan orang lain di beranda.

Saat sedang asik menonton video penampilan 'PETERPEN', Ada notif WA dari Kak William.

"Justen, nanti sore jadi datang ke cafe 'kan?"

Oh iya, nanti sore ada jadwal kerja di cafenya Kak William. Segera kubalas chat kakakku itu.

"Iya Kak, nanti sore aku kesana."

Send. Sial, cuma dibaca doang. Dia adalah Kakak kedua ku, namanya Christian William Gilbert. Umurnya baru 20 tahun, mahasiswa ITB jurusan Arsitek, Perencanaan dan Pengbangan Kebijakan. Sejak SMA kelas 3, dia sudah membangun sebuah cafe sederhana dengan bantuan dana dari Daddy, yang sekarang mungkin sudah diganti olehnya.

Setelah selesai membalas pesan Kak William, kumatikan handphone dan memasukkannya kembali ke kantong. Kembali kulirik Fadhlan dan Ali, mereka masih saja membaca.

Huffh. Kuusap wajahku, kalau begitu lebih baik aku mengambil buku lain yang menarik untuk dibaca.

"Teman-teman, aku ke sana dulu ya. Mau mencari buku yang lain." Ujarku sambil berdiri, mereka hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Hah, sudah lah. Mereka memang paling tidak bisa diganggu kalau sedang serius membaca, menurut mereka buku itu lebih menarik jika dibandingkan denganku.

Kususuri rak demi rak, namun tidak ada buku yang berhasil mencuri perhatianku. Tiba-tiba ada yang menabrakku, membuat tubuhku oleng dan terjatuh bersama dengan buku-buku yang berserakan.

Aku mendongak, menatap orang yang baru saja membuatku terjatuh. Gadis itu lagi! Dunia ini sempit ya. Aku berdiri dan merapikan seragamku, sedangkan gadis itu hanya menunduk dan beberapa kali meminta maaf.

"Maaf Kak, aku tidak sengaja," ucapnya yang kesekian kali.

Aku menghembuskan napas, kasar. "Sudah lah, lagian kalau jalan itu pakai mata."

Gadis itu hanya mengangguk. Dia berjongkok untuk merapikan buku-bukunya yang berserakan di lantai. Saat aku hendak membantunya, tiba-tiba dia berdiri sehingga kepalanya membentur kepalaku dengan cukup keras.

WELCOME to ISLAM (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang