Part 4

5.2K 492 59
                                    

"Teman lama sudah seharusnya saling menyapa?" ucapnya. Matanya memandang mataku, senyum kecil terlukis diwajahnya. Aku memundurkan kepalaku, berusaha menjauh darinya. Namun Jungkook kembali mendekatkan wajahnya ke wajahku.

"Bukankah begitu Soo Ji-shi?" sambungnya seraya tersenyum lebar.

"Apa yang kau bicarakan?" ucapku seraya memundurkan kepalaku, merasa tidak nyaman dengan posisi yang terlalu dekat. "Lagipula, pertemanan kita saat kecil tidak seakrab itu".

Jungkook masih tersenyum, entah apa yang ada di pikirannya.

"Baiklah kalau begitu menurutmu" Jungkook kembali berbicara.

Aku memang mengenal Jungkook, dia seseorang dari masa laluku. Kami bukan teman dekat, karena sejak dulu, aku tidak menyukainya. Terlepas dari kepopulerannya dan ketampanannya, maksudku cukup tampan, aku pikir tidak ada hal lain yang baik dalam dirinya. Menurutku, selama ini dia berpura-pura menjadi anak yang ramah, baik dan penurut. Tidak mungkin ada anak sebaik itu pada seusia kami.

Aku ingat pertama kali saat bermain dengan Jungkook, bisa dibilang itu kemauan teman-temanku yang lain. Semua anak dikelasku ingin menjadi teman Jungkook yang terkenal sebagai anak baik, tampan, pintar, atau apapun itu, kecuali aku. Hari itu kami bermain bersama, Jungkook menjadi dokter dan kami semua menjadi pasiennya. Tentu semua teman-temanku memilihnya menjadi dokter, dia adalah murid terpintar dikelas kami. Kami memainkan peran kami dengan sangat baik, hingga saat Jungkook berniatan untuk menyuntikku, karena aku takut dengan jarum suntik, saat itu kakiku dengan begitu saja bertemu dengan wajah Jungkook, membuatnya menjerit kesakitan kemudian menangis. Walau aku memang tidak menyukainya, tapi aku merasa bersalah karena sudah menyakitinya.

Keesokan harinya, nenek mengantarkanku ke sekolah seperti biasa. Aku bertemu dengan ibu Jungkook, karena takut dimarahi, aku langsung bersembunyi dibelakang tubuh nenekku, seolah nenekku adalah perisai yang siap selalu dalam melindungiku. Anehnya, ibu Jungkook memberikan senyum hangatnya padaku, kemudian memberikan sebuah mainan kepadaku dan mengatakan hari itu Jungkook tidak masuk ke sekolah karena sakit. Mungkin ibu Jungkook tidak tahu mengapa Jungkook memiliki luka di bibirnya. Aku tidak tahu. Sungguh aku masih tidak tahu alasan ibu Jungkook memberikanku mainan.

_____

Malam ini nenek kembali dari Jeju. Nenek membawakanku dan Taehyung beberapa pakaian baru. Itulah nenek, selalu ingat pada cucunya kemanapun dia pergi. Jika bisa dibilang, aku lebih dekat dengan nenek dibanding dengan ibuku. Itu karena sejak kecil, aku lebih sering bersama dengan nenek dan ibu sibuk bekerja. Nenek lebih mengetahuiku dari siapapun, dia benar-benar luar biasa.

Terdengar ketukan yang berasal dari luar pintu kamarku.

"Silahkan masuk", kataku sembari bermain handphone.

Terlihat nenek berdiri di depan pintu kamarku, "mau berjalan mencari udara segar dengan nenek?" tanyanya.

Aku tersenyum kemudian mengangguk.

Udara malam itu cukup sedikit dingin, beberapa jam lalu hujan mengguyur kota Seoul. Aku dan nenek berjalan beriringan sambil berpegangan tangan, tidak berkata apapun hanya memandang ke depan. Suasana yang hening namun terasa nyaman.

"Nenek ingat Jungkook?" tanyaku memecah keheningan.

Nenek mengerutkan keningnya, berusaha mengingat-ingat nama itu. "Jungkook teman masa kecilmu, benarkan?"

Aku mengangguk membenarkan.

"Ada apa dengan Jungkook? Sudah lama sekali nenek tidak mendengar kabarnya" nenek menatapku sesaat kemudian kembali menatap ke depan.

"Dia pindah ke sekolahku dan Taehyung" jawabku. "Dan yang lebih mengejutkannya, dia adalah teman Taehyung, mereka bertemu di game" ucapku melanjutkan.

YouphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang