Part 11

78 9 0
                                    

Udara pagi yang biasanya terasa sejuk kini menjadi dingin, hujan yang baru berhenti beberapa jam yang lalu menjadi penyebab menurunnya tingkat suhu pagi hari dibanding satu minggu terakhir.

Gadis itu mengusap lengannya beberapa kali berusaha menghangatkan tubuhnya, merutuk dalam hati karena lupa membawa jaket, kemudian meniup-niup ramyeon miliknya dan memakannya dengan lahap.

Di depannya masih ada banyak makanan yang menunggu untuk dimakan. Kimbap keju mozzarella, perut babi asap, sosis,  onigiri tuna mayo, sandwich, susu pisang dan dua botol air mineral.

Sudah lama sejak terakhir Sooji makan seperti orang kelaparan, tapi gadis itu justru senang karena setidaknya cacing di perutnya sudah tidak lagi berdemo.

Jika kembali diingat, semalam Sooji melewatkan makan malam. Walaupun perutnya lapar, gadis itu enggan meninggalkan kamarnya dan malah asyik menonton tayangan Mukbang, alhasil gadis itu hampir tidak bisa tidur karena perutnya yang terus berbunyi.

Sejurus dengan pepatah "kalau perut kenyang, hatipun ikut senang", Sooji menepuk tangan girang setelah memakan ramyeonnya yang ia padukan dengan perut babi asap dan sosis. Baginya itu adalah perpaduan yang luar biasa, seperti makan ramyeon dari restoran mewah. Cuaca yang masih cukup dingin dan rasa laparnya membuat makanan yang ia santap beratus kali lipat lebih lezat. 

Ide Sooji untuk membolos hari ini tentu salah satu keputusan terbaik yang diambilnya. Seharusnya sekarang Sooji sedang mendengarkan gurunya bercerita tentang sejarah Korea, seharusnya tadi ia berangkat sekolah dengan Taehyung namun sebelum Sooji menaiki bus, ia berpura-pura sakit perut dan mengatakan akan menyusul Taehyung dengan bus selanjutnya. 

Beberapa saat sebelum Sooji memasuki toserba 24 jam, ia mengirim pesan singkat pada Taehyung, memberitahu Taehyung bahwa ia tidak mau pergi ke sekolah dan meminta tidak mengadukannya pada guru, ibu maupun nenek. 

Sooji tahu tindakannya salah tapi ia benar-benar butuh waktu sendiri untuk menyembuhkan dirinya tanpa membuat ibu dan nenek khawatir. 

Sooji sesekali memperhatikan jalanan di depannya melalui kaca jendela toserba sembari memakan sisa makanannya. Tidak banyak orang yang berlalu lalang, kemungkinan besar karena banyak yang pergi bekerja atau sekolah lebih awal saat hujan mereda beberapa jam lalu, khawatir kalau hujan kembali turun dan menghambat aktivitas. 

Tak berselang lama, perhatian Sooji terpecah saat mendengar sebuah suara yang familiar. Matanya melotot lalu berkedip, hampir saja ia tersedak saat melihat Jungkook yang berjalan ke arahnya, membawa semangkuk ramyeon panas sambil meniup asap tipis yang keluar dari ramyeonnya. 

"Yah, apa yang kau lakukan?" Sooji memekik, entah kenapa ia selalu bertemu dengan Jungkook.

Walaupun tampak terkejut, Jungkook kemudian tersenyum dan mengambil tempat kosong di sebelah Sooji. 

"Kau juga bolos hari ini?" Jungkook sekilas tersenyum lalu mengaduk ramyeonnya dan menyeruputnya dalam sekejap.

Sooji mengangguk ragu. Bagaimana bisa mereka berdua membolos di hari yang sama dan berakhir di tempat yang sama?

"Apakah kau memasang pelacak di ponselku?" tanya Sooji curiga.

"Untuk apa aku melakukannya?"

"Apakah menurutmu tidak aneh? kita membolos di hari yang sama dan bertemu secara kebetulan seperti ini?" 

"Tidak aneh" Jungkook menggeleng acuh.  "Pernah dengar yang namanya takdir?" tambahnya.

"Apanya yang takdir?" Sooji memukul lengan Jungkook yang membuat lelaki itu tertawa. "Berhentilah bicara aneh" katanya ketus. 

Keheningan terjadi beberapa saat sampai Jungkook berdeham, ujung matanya melirik Sooji sekilas kemudian menunjuk ke makanan di meja Sooji. "Itu semua punyamu?".

YouphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang