Meraki-4

2.3K 381 47
                                    

Sepanjang hari, yang Doyoung lakukan hanya duduk di depan meja counter, memerhatikan Winwin yang sibuk ke sana kemari mengarahkan tiga orang karyawannya. Ia ingin membantu, namun pergerakannya ditahan pemuda manis itu.

"Hyung duduk saja, Tae-hyung bilang kalau Doyoung-hyung tidak boleh capek dan banyak pikiran."

Dia mendengkus. Dasar! Lee Taeyong itu benar-benar pintar membuatnya merasa bersalah dan tidak enak.

Tangannya memainkan tangkai ester yang sudah dipotong, siap dirangkai tangan terampil Winwin yang sekarang mencari plastik bening. Pikirannya melanglang buana ke negeri seberang.

Tempat kelahirannya. Tanah leluhurnya.

Di sana, seseorang yang harusnya dipanggil ayah oleh sang anak nanti mungkin tengah sibuk mengurusi istrinya yang juga hamil. Bibirnya mengulum senyum tipis, tak ada harapan untuk bersama dengan pria itu.

Seo Johnny sudah memilih Chittaphon Leechaiyapornkul sebagai dunianya.

Kim Doyoung hanyalah serpihan debu yang tak tampak di mata mereka.

Winwin berhenti membungkus kue saat melihat mata Doyoung meredup sedih, dia menyuruh karyawannya untuk melanjutkan pekerjaan kemudian menghampiri pemuda itu. Tangannya merangkul Doyoung dengan lembut, mencoba memberi kehangatan sebisanya.

"Hyung, jangan stress, kasihan baby."

Yang lebih tua tertawa kecil, "Aku tidak stress, Winwin. Hanya memikirkan sesuatu."

"Bisakah aku tahu?" matanya menyorot penuh tanya, Doyoung meneguk ludah, "Kalau hyung tidak keberatan untuk bercerita," tambahnya saat melihat gelagat Doyoung yang tampak tidak nyaman.

"Aku hanya memikirkan bagaimana hidup kami nanti saat dia lahir. Menjadi orang tua tunggal itu tidak mudah, apalagi bagiku yang tidak pernah terikat pernikahan. Aku takut anak ini dianggap aib."

"Apa hyung menganggapnya aib?"

Alis Doyoung bertaut marah, "Bagaimana mungkin aku menganggapnya aib!? Dia anugerah bagiku, Winwin."

Bahu Winwin mengedik, "Ya sudah, masalah selesai. Orang di luar sana tidak mengerti kisahmu hyung, jadi jangan hiraukan mereka. Oke?"

Tepukan penyemangat di lengan atas membuat hati Doyoung dibanjiri kehangatan yang luar biasa. Winwin adalah teman yang begitu pengertian.

***

Saat sore turun dengan bias kemerahan yang begitu megah, Taeyong pulang, tangannya menenteng dua kantong putih berlogo salah satu supermarket yang cukup terkenal. Winwin membantunya membawa ke dalam, Doyoung yang saat itu sedang menata makanan hanya mengedipkan mata, heran melihat salah satu kantong dipenuhi kotak susu khusus ibu hamil.

"Ini ... apa?" tangannya mengacungkan salah satu kotak berwarna merah muda.

Taeyong mengedik, "Susu untukmu. Aku tidak tahu mana yang cocok jadi kubeli saja masing-masing satu."

Doyoung tersedak kaget, dia berjongkok, membongkar kantong tersebut dengan terburu dan nyaris berteriak melihat dua belas kotak dengan label berbeda memenuhi lantai.

"Aku tahu kau punya banyak uang Lee, tapi kau tak perlu menghamburkannya untuk membeli sesuatu yang tidak penting seperti ini."

"Itu penting," sanggahnya, "Susu selama masa kehamilan itu penting agar calon anakmu kelak tak sebodoh dirimu"

Doyoung melemparnya dengan buah jeruk yang menggelinding dari kantong sebelah, "Aku tidak bodoh. Asal kau tahu, aku juara umum tiga tahun berurut-turut."

Bibir Taeyong tercebik acuh, "Mana ada orang pintar yang menyerahkan dirinya untuk dihamili oleh pria yang sudah berkeluarga."

"YA LEE TAEYONG! JAGA UCAPANMU, SIALAN!"

Yuta memijit kening, "Bisakah kalian berhenti? Lama-lama kalian akan kujadikan tokoh dalam komik!"

Keduanya beradu tatap, Doyoung membuang muka, mengambil salah satu kotak susu lalu membawanya ke dapur. Tubuhnya berhenti di ambang pintu lalu berbalik, menatap tajam ke arah Taeyong yang membereskan kekacauan di lantai.

"Lee Taeyong," yang dipanggil mengangkat kepala, "Aku dulu meminum ini tapi yang cokelat."

Bola mata Taeyong berotasi malas, "Iya, Kim. Sama-sama, besok aku akan membelikanmu yang putih."

Winwin mendengus keras.

Rumah mendadak ramai karena Lee dan Kim entah kenapa serupa Tom and Jerry. Sulit akur tapi membutuhkan satu sama lain.

***

enjoy?

merakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang