Bagian:2

42 15 10
                                    

Tampak sebuah taksi yang terparkir di depan kediaman keluarga Handoko. Penghuni rumah mengah itu keluar ke terasa dan menyambut kedatangan Klara. Perlahan pintu taksi itu terbuka, klara mulai turun dari mobil dan seketika mata tertuju ke sepatu yang dikenakannya.

"Siapa dia?"bisik nenek klara

"Klara"ucap megan, ibu klara.

Kini wajah Klara sudah terpampang jelas di hadapan mereka. Klara langsung berlari kearah keluarganya dan memeluk Ayahnya, Ayah yang selama di London sangat ia rindukan. Klara memang terbilang sangat manja dengan ayahnya bahkan diusianya yang tidak lama lagi menginjak 1/4 abad.
(1/4 abat itu maksudnya 25 tahun ya😅😅)

"Aku rindu ayah"

"Ohh begitu, dia hanya merindukan ayahnya dan melupakan ibunya ini."sindir Megan.

Handoko hanya tersenyum melihat tingkah putrinya yang beralih memeluk Megan.

"Sepertinya aku sudah sangat tua, saking tuanya bahkan tidak dikenali cucu sendiri" kata nenek sambil menunduk lesuh, tingkahnya itu sontak membuat tawa pecah di tengah tengah keluarga Handoko.

Kini Klara beralih memeluk neneknya dan kemudian menggoda sang nenek.

"Ohhh nenek ku sayang, nenek masih terlihat sangat muda, sehat , kuat dan sangat cantik, bahkan melebihi cantiknya menantu nenek"

"Ha..ha..ha.. aku tidak hanya lebih cantik dari ibumu, bahkan aku jauh lebih cantik darimu Klara, tapi.. dulu"

Tawa kembali pecah, mereka kemudian berjalan memasuki rumah. Klara berjalan sambil satu tangan menarik kopernya dan satunya lagi merangkul bahu neneknya.

***
Di tengah terik matahari yang cukup membakar, Klara berkendara keliling kota Jakarta menggunakan mobil sporty kesayangannya. Macet tidak menjadi penghalang baginya, karena kemacetan ibu kota ini juga merupakan salah satu hal yang ia rindukan selama di London.

Setelah perjalanan yang cukup menguras waktu, akhirnya Klara tiba di sebuah mall. Dia mengunjungi hampir semua penjual jam tangan dan tas. Klara memang tipikal orang yang suka mengoleksi , bahkan dia memiliki ruangan khusus untuk menyimpan barang barang koleksinya.

Tak berselang lama, tanpa sengaja sepasang matanya melihat sosok yang tak asing lagi.

"Tunggu-tunggu" teriak klara sambil berlari, ia tampak kesusahan berlari akibat kantongan belanjaan yang kini memenuhi tangan mungilnya.

Revano berdecak kesal "dia lagi, sepertinya Jakarta memang benar benar sempit"

"Lo kenal?" tanya Brian, adik laki-laki Revano. Revano hanya menggeleng kepalanya singkat.

"Akhirnya aku menemukanmu" ucap Klara kemudian menarik tangan Revano.

"Apa apaan sih" bentak Revano sambil menghempaskan tangannya, seketika kantongan belanjaan Klara terjatuh.

"Jangan kasar begitu dong bro" Brian kemudian mengambil kantongan belanjaan Klara . "butuh bantuan" tawarnya.

Klara tersenyum mengangguk tanda setuju.

"Kenalin nama gue Brian, saudara kandung Revano." ucap Brian sambil mengulurkan tangannya.

Klara terdiam sejenak kemudian membalas uluran tangan Brian "Klara" dia tampak sedikit bingung " saudara kandung, memangnya kalian punya saudara tiri atau saudara angkat mungkin" sambung Klara.

Brian tertawa sambil mengacak rambut Klara " ngga lah, keluarga gue masi harmonis"

Klara yang merasa risih dengan cara Brian memperlakukannya memundurkan badannya agar menjauh dari Brian.

"Maaf" sesal Brian yang menyadari tingkahnya. Sebenarnya Brian juga spontan melakukan hal itu, menurutnya Klara sangat imut dan polos.

"Auu" rintih Klara yang kini kembali merasakan pusing dan terlintas bayangan dimana seoarang pria mengacak acak rambutnya, persis seperti yang dilakukan Brian.

"Kamu ngga apa apa?" tanya Revano yang tampak khawatir.

"Ngga kok" kata Klara yang kini berusaha menstabilkan posisinya.

Brian merangkul bahu Revano " kaku-kaku begini, brother gue perhatian loh" puji nya.

Klara hanya cengengesan ngga jelas menanggapi ucapan Brian. " ehh, sepatu" Klara teringat akan sepatu Revano yang ia pinjam.

***
Kini mereka telah berada disamping mobil Klara. Klara mengambil sepatu Revano dan menyerahkannya pada sang pemilik.

"Terima kasih" satu kata tulus yang keluar dari lisan Klara.

"Hmm" singkat namun sudah cukup untuk mengembangkan senyum di bibir Klara.
Brian yang merasa suasana terlalu kaku berusaha mencairkan kekakuan yang sungguh membosankan baginya.

"Kita jalan-jalan yuk. Hitung-hitung PDKT"
mendengar perkataan Brian, Revano memicingkan matanya tanda kesal dan tak setuju sedang Klara hanya menunjukkan raut yang penuh tanda tanya.

"Hey...kalian itu kenapa sih, PDKT itu perlua tau. Bukan hanya untuk sepasang insan yang memulai hubungan, tapi juga untuk sekelompok makhluk yang memulai pertemanan"

"Why not" ucap klara sambil menunjukkan jempolnya.

"Kalau gitu kita pake mobil loh ya" tawar Brian.

Revano yang kurang setuju mulai angkat bicara dengan tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Kalian saja, aku mau pulang"

"Ayo dong Revan, biar lebih seru" bujuk Klara.

"Iya Revan, ayo dong" Revano lagi lagi memicingkan matanya saking kesalnya kepada Brian yang juga memanggilnya Revan, ditambah lagi nada mengejek yang disematkan Brian.

"Aku mau pake mobil sendiri" ucap Revano dengan datar.

🎶Harta yang paling berharga
Adalah keluarga
Istana yang paling indah
🎵Adalah keluarga
❤👨‍👩‍👧‍👦👨‍👩‍👧‍👦👨‍👩‍👧‍👦❤

Bersambung.....

~~~
Mohon maklumi karakter Brian ya, hehehe rada lebay gitu.😬 jujur gue aga risih sih nulis cerita yang gendrenya kaya gini, secara gitu gue masih polos banget🤣🤣 jadi tolong dimaklumi ya jika ada part yang agak mengganjal di benak kalian. ohh iya guys "thankq", tolong tinggalkan kritik dan saran kalian ya "love u😘"
~~~

Kali ini gue ngga minta kalian vote, tapi kalau di vote ya alhamdulillah🙏 eitsss satu lagi, contoh si Klara tuh👉kalau pinjam sesuatu ya dibalikin jangan niatnya pinjam tapi tau-tanya ngadopsi🤫

Kabut 1GBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang