Vely Anastasia. Anak kedua dari pasangan bernama Victor Ralf dan Rose Meiditina. Kedua orangtuanya sama-sama blasteran. Karena itu, Vely pun menuruni wajah bule kedua orangtuanya.
Dia mempunyai kakak bernama Virna yang sudah berusia 26 tahun. Kakaknya itu mempunyai penyakit leukimia. Vely juga punya adik bernama Veana. Berusia 16 tahun dan mengidap penyakit jantung. Karena kedua saudaranya penyakitan, maka Vely harus mengorbankan perasaannya saat pilih kasih dilakukan orangtuanya.
Diusia 13 tahun, Vely sempat mempunyai pemikiran untuk mengakhiri hidup. Namun, setelah dipikir-pikir, itu hanya akan membuat adiknya kegirangan. Jelas, adiknya memang ingin selalu berusaha menyingkirkannya dari rumah.
Setiap pagi, Vely akan mendapatkan bentakan dari orangtuanya. Berbeda sekali dengan kedua saudaranya yang disayang-sayang. Iri jelas dia rasakan. Namun, apa daya. Dia tak bisa melakukan apapun. Selain menerima semuanya dengan lapang dada.
Hari ini, Vely sudah siap dengan seragam sekolahnya. Di bahunya tersampir sebuah tas selempang berwarna hitam polos. Rambutnya yang panjang dia urai membuatnya terlihat cantik. Vely tersenyum kecil menatap pantulan dirinya di cermin. Ah, dia bersyukur menjadi yang tercantik di antara kedua saudaranya. Ya, itu adalah kelebihan yang dia miliki.
Setelah siap, Vely pun mengambil kunci motor maticnya dan keluar dari kamar. Sebelum turun ke lantai satu, Vely menyiapkan hati dan dirinya terlebih dahulu. Jelas, di lantai bawah, pasti semua keluarganya sedang berkumpul dan bercanda ria. Hanya dia yang tersisihkan.
Setelah beberapa saat, Vely pun berjalan menuruni tangga. Tidak, dia tidak mampir dulu ke ruang makan. Dia memilih untuk segera pergi ke sekolah saja. Beruntung, Bi Asih, pembantu di rumah itu mengerti situasi. Dia selalu menyiapkan bekal untuk sarapan Vely.
"Non, ini bekalnya." Bukan Bi Asih yang memberikan bekal itu. Tetapi, Pak Karman. Satpam yang bekerja di sana. Memang, Bi Asih selalu menitipkan bekal yang dia buat untuk Vely pada Pak Karman. Karena, kalau orangtua Vely tahu itu, bisa-bisa Bi Asih di pecat dan Vely semakin dibenci.
"Terima kasih, Pak," ucap Vely dengan senyuman manisnya. Dia segera memasukkan kotak bekal itu pada tas selempangnya. Tak mau menunggu lama, Vely langsung mendekati motor maticnya dan menjalankannya dengan kecepatan sedang.
***
SMA Pelita Kasih terlihat begitu ramai walaupun hari masih pagi. Vely yang baru masuk langsung memarkirkan motornya di parkiran. Ya, walaupun anak orang kaya, dia hanya memakai motor. Karena hanya itu yang diberikan orangtuanya. Vely masih sedikit beruntung karena walaupun diabaikan, orangtuanya rajin mentransfer uang ke rekeningnya. Ya, walaupun tetap tak sebesar kedua saudaranya.
Selesai memarkirkan motor, Vely turun dan berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya. Sebagian, ada yang tersenyum ramah pada Vely. Sebagian lagi, ada yang tertawa sinis seolah menertawakan semua yang ada dalam diri Vely. Mereka adalah sahabat-sahabat Veana yang jelas tahu bagaimana Vely diperlakukan.
Jika ada kekuatan, Vely ingin membalas. Tetapi, dia sadar. Tak ada orang yang mampu membelanya. Walaupun dia benar, dia tetap akan berada dalam posisi yang salah dan sulit.
"Vel, nanti malam ke club yuk!" Senna, sahabat Vely, langsung mengatakan rencananya malam nanti pada Vely. Vely yang baru duduk di bangku hanya diam dan berpikir.
"Nggak. Aku belum pernah datang ke sana," balas Vely. Dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
"Iya, aku tahu. Makanya ikut. Gaul lah," balas Senna. Vely terdiam sesaat dan berpikir. Bersenang-senang ke club? Sekali-kali, bolehkan?
"Oke deh. Nanti kau jemput saja aku ke rumah," putus Vely. Senna tertawa dan mengangguk.
"Oke. Nanti aku dan Jordy jemput kamu."
***
Malam harinya, Vely sudah siap untuk pergi ke club. Dia sudah memakai gaun pendek dan ketat milik Senna yang memang sengaja Senna pinjamkan pada Vely. Vely sedikit risih melihat pantulan tubuhnya di cermin. Dia terlihat begitu seksi dengan pakaian minim seperti itu.
"Udahlah. Di club, pakaian seperti itu udah biasa," ucap Senna. Senna memang sudah lumayan sering keluar masuk club dengan Jordy. Tetapi, ini pertama kalinya bagi Vely.
Setelah meyakinkan Vely, Senna pun membawa Vely keluar dari rumah. Kebetulan, orangtua Vely pergi liburan ke Bali. Jadi, Senna dengan leluasa membawa Vely keluar dari rumah.
Setelah masuk ke dalam mobil yang dikemudikan oleh Jordy, mobil pun melaju di jalanan malam yang ramai. Vely menatap ponselnya yang sepi. Ada sedikit rasa kecewa dan sedih yang menghampiri dirinya. Orangtuanya pergi berlibur hanya mengajak kakak dan adiknya. Dia sendiri, tidak diajak. Bahkan, yang memberitahu Vely kalau keluarganya pergi ke Bali adalah Bi Asih.
Tak mau terus berpikir tentang keluarganya yang selalu mengabaikan keberadaannya, Vely pun memilih mematikan ponsel. Dia mati pun sepertinya mereka berempat tak akan peduli.
"Tenang Vel. Sebentar lagi kita sampai," ucap Jordy seraya menatap Vely lewat spion tengah. Vely dan Senna memang duduk di belakang. Vely yang mendengarnya hanya mengangguk saja. Dia sedang menerka-nerka. Apa yang akan terjadi padanya saat di club nanti?
***
Suara hingar bingar musik membuat kepala Vely sedikit pusing. Maklum saja, ini pertama kalinya Vely datang ke club. Dia memang bukan anak yang cukup baik sih. Cuma, tidak terlalu jatuh juga ke dunia malam.
Warna-warni dari lampu disko membuat penglihatan Vely sedikit tidak jelas. Tetapi, dia masih bisa melihat dan tak salah melangkah. Dia mengikuti Jordy dan Senna mendekati meja bar. Di mana mereka akan meneguk minuman yang membuat mereka serasa melayang.
"Vel, coba ini. Sedikit dulu aja. Minumnya perlahan. Nikmati," ucap Senna seraya menyerahkan gelas kecil berisi San Miguel. Salah satu minuman dengan kadar alkohol rendah. Vely menerima minuman itu sari Senna. Mengikuti instruksi dari Senna, dia mulai meneguknya. Perlahan dan menikmatinya. Rasa panas yang mengalir di kerongkongan membuat Vely sedikit mengernyit tak nyaman.
"Itu minuman dengan kadar alkohol rendah. Sulit untuk membuat seseorang mabuk. Tetapi, kalau untukmu entah. Soalnya, kau baru pertama kali mencoba alkohol," ucap Senna seraya menatap Vely. Jordy juga. Mereka duduk di samping Vely, mengapit Vely. Senyum kecil terulas di bibir mereka melihat Vely yang menunduk dan memejamkan mata.
Begitu mirisnya hidup Vely. Dia sudah diabaikan oleh keluarganya sejak kecil. Menganggap kedua sahabatnya adalah sahabat sejati. Nyatanya, mereka berdua adalah musuh dalam selimut. Yang iri dengan kesuksesan Vely di sekolah dalam mengejar nilai. Itulah mengapa mereka berani mengajak Vely ke club. Karena tak disadari Vely, Senna maupun Jordy berkali-kali mengambil fotonya. Apa yang akan mereka lakukan dengan foto itu? Jelas, menyebarkannya di sekolah hingga popularitas baik Vely akan hancur dalam sekejap.
"Menarilah Vely. Bebaskan jiwamu. Malam ini, bersenang-senanglah," ucap Senna memanasi Vely. Seperti terhasut, Vely mengikuti ucapan Senna. Dia turun dari kursi bar dan berjalan mendekati lantai dansa. Lihai, dia menari seolah sudah terbiasa. Lagi, dengan liciknya Senna dan Jordy mengambil foto Vely yang sedang menari.
"Vely, Vely. Kau itu bodoh dan malang sekali. Mulai besok, tak akan ada seorang pun yang sudi memuji dan melihatmu," ucap Senna dengan seringai liciknya.
_______________________________________
Hai hai...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya...Btw, di cerita ini, Vely itu lemah dan tertindas ya. Gak sekuat dan sehebat dalam cerita Secret Affair. Biar beda aja gitu hehe...
![](https://img.wattpad.com/cover/178436600-288-k54881.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconcious Love
RomanceSean William, seorang pria berusia berusia 29 tahun yang bekerja sebagai pimpinan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan. Hidup bersama dengan kedua orangtuanya di sebuah rumah megah nan mewah. Walaupun hidup dikelilingi kekayaan, Sean m...