Vely menari di lantai dansa dengan keadaan mabuk tak ingat apa-apa. Dia bahkan tak sadar dengan apa yang dia lakukan. Ternyata, segelas San Miguel mampu membuat kesadarannya hilang total. Bahkan, dia tak akan mampu menerka apa yang akan terjadi dengan dirinya beberapa menit selanjutnya.
Suara musik yang keras tidak membuat Vely pusing sekarang. Dia malah dengan senang hati meliukkan tubuhnya mengikuti irama musik. Rambutnya yang di urai ikut bergoyang mengikuti gerak tubuhnya.
Tak di sadari oleh Vely, ada sepasang netra hitam yang memperhatikannya sejak tadi. Netra itu berkilat tajam dan terlihat begitu dingin. Matanya tak lepas melihat tarian Vely yang erotis. Membuat si pemilik netra hitam penasaran akan sosok Vely.
***
Sean masuk ke dalam club malam yang sering dia kunjungi dengan penampilan sedikit acak-acakan. Jas kerja tidak dia pakai dan hanya dia sampirkan di bahu kiri. Dasinya sudah tidak berada di tempat dan entah ke mana. Dua kancing kemejanya terbuka membuat para wanita mengedip nakal merasa tergoda dengan penampilan Sean.
Sean merasa lelah setelah seharian bekerja. Apalagi, dia tadi sempat bertemu dengan klien yang menjengkelkan. Bertambahlah kekesalannya hari ini.
Sean tak mempedulikan para wanita malam yang menggodanya. Bahkan, ada yang sengaja dengan terang-terangan mengajak Sean untuk bermalam di hotel. Sean menolak karena sedang tidak bernafsu. Sekarang, dia hanya ingin minum dulu. Berharap rasa pusing yang menderanya sedikit hilang.
"Vodka." Suara beratnya terdengar begitu indah dan seksi. Paras wajahnya begitu sempurna bak pangeran dalam dongeng. Rahangnya begitu kokoh dan alisnya tebal. Bibirnya juga menggiurkan. Warna bibirnya sedikit kehitaman sebagai tanda kalau dia adalah seorang perokok.
Seorang bartender berjenis kelamin laki-laki menyuguhkan segelas vodka pada Sean. Dia sudah lumayan kenal Sean. Jelas, karena Sean adalah salah satu pelanggan tetap.
"Kau mengabaikan mereka, Sean?" tanya si bartender bernama Hery. Sean hanya diam dan tak menjawab.
"Lihatlah ke lantai dansa. Ada seorang gadis muda yang baru masuk ke sini. Tubuhnya indah sekali," ucap Hery seraya menatap lantai dansa. Penasaran, Sean mengikuti arah pandang Hery. Dia bisa menemukan seorang gadis berambut hitam dengan pakaian ketat berwarna coklat melekat di tubuh indah gadis itu.
"Gadis?" tanya Sean memperjelas ucapan Hery. Hery mengangguk.
"Ya. Adikmu yang membawa gadis itu ke sini. Kuyakin, dia baru pertama kali masuk ke club dan minum," jawab Hery. Alis Sean berkerut bingung mendengarnya. Dia menatap lurus pada gadis berbaju coklat itu. Matanya menyipit berusaha memperjelas pandangan matanya.
"Siapa dia?" tanya Sean penasaran pada dirinya sendiri. Mata Sean tak lepas dari gadis yang dimaksud oleh Hery. Tatapannya tak henti melihat gerakan erotis gadis itu yang membuat Sean sedikit terhibur dan tertarik.
"Sean, aku yakin dia masih virgin. Kau beruntung sekali jika menjadi yang pertama baginya," ucap Hery lagi. Entah kenapa, hati terdalam Sean membenarkan ucapan Hery. Dia langsung bangkit berdiri dan memakai jasnya lagi. Tangannya bergerak merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan.
Dengan langkah tegap, Sean berjalan mendekati lantai dansa. Matanya masih tak lepas dari sosok gadis yang kata Hery, datang bersama adiknya. Namun, Sean juga belum melihat keberadaan adiknya.
Sean semakin mendekati gadis itu. Posisi gadis itu yang membelakanginya membuat Sean tak bisa mengenalinya. Setelah dekat, Sean langsung berdiri di belakang gadis itu. Tangannya bergerak menyentuh pinggang gadis itu yang ramping. Dan saat gadis itu berbalik, Sean membelalak kaget.
"Vely?" tanya Sean kaget. Dia pernah beberapa kali bertemu dengan Vely di kantornya. Jelas, saat Senna mengajak Vely untuk mendatangi Sean.
Karena mabuk, Vely tak mengenali Sean. Dia hanya tertawa tidak jelas. Kedua tangannya mengalung di leher Sean. Matanya sayu dan dia masih saja tersenyum tidak jelas pada Sean.
Sean menatap Vely dengan lekat. Wajah Vely sepertinya diberi sedikit riasan. Rambut panjangnya begitu lembut dan harum.
Mereka tak bicara dan tetap menari mengikuti musik. Kulit halus Vely bersentuhan langsung dengan kulit Sean membuat Sean meremang. Berkali-kali juga, pinggul Vely menyentuh barang pusaka Sean. Membuat gairah Sean bangkit dengan cepat. Payudara ranum Vely terlihat belahannya. Membuat Sean berusaha mati-matian menahan tangannya untuk tak menjamah dua gundukan menggiurkan itu.
Dengan berani, Sean memeluk tubuh Vely dari arah belakang. Tarian Vely terhenti sesaat karena pelukan Sean. Matanya terpejam saat bibir Sean menyentuh lehernya dengan lembut. Harum tubuh Vely begitu menyenangkan bagi Sean. Dengan paksa, dia membalikkan tubuh Vely hingga berhadapan dengannya. Setelah itu, dengan cepat Sean memagut bibir Vely. Vely awalnya terkejut. Tetapi, lama-lama dia menikmati.
Beberapa saat kemudian, pagutan bibir mereka terlepas. Nafas mereka terengah-engah. Kening mereka menyatu. Dan tatapan Sean tak lepas sedetik pun dari Vely.
"Ikuti aku."
***
Matahari mulai terbit diiringi dengan kicauan burung di pagi hari. Embun menetes dari dedaunan dan udara terasa begitu segar. Cahaya matahari masuk melalui celah gorden dan menyinari wajah seorang gadis yang terbaring di atas ranjang dengan tubuh di lilit selimut.
Mata gadis itu mengerjap. Merasa tidurnya terganggu karena cahaya matahari yang menyorot persis ke wajahnya. Dengan perlahan, gadis yang semalam sudah berubah status menjadi seorang wanita muda itu bangkit duduk dan bangun dari tidurnya.
"Hm," wanita muda itu bergumam pelan. Matanya terbuka dengan perlahan. Raut bingung terlihat jelas di wajahnya. Matanya melihat sekeliling kamar yang tak ia kenali.
"Di mana aku?" tanya Vely pada dirinya sendiri. Merasa ada yang aneh, Vely pun melihat ke bawah, pada tubuhnya. Matanya membelalak kaget melihat tubuhnya hanya dibungkus selimut. Dengan cepat, dia menarik selimut itu untuk menutupi dadanya yang terbuka.
"A-apa yang terjadi?" tanya Vely dengan suara bergetar. Dia bergerak menuju pinggir ranjang dan matanya membelalak kaget melihat ada bercak darah di sprei putih itu. Tanpa bisa di tahan, air mata mengalir membasahi pipinya kala dia sadar kalau sekarang dia sudah tidak suci lagi.
"Tidak," ucap Vely dengan suara bergetar. Tangisnya pecah detik itu juga. Rasa menyesal memenuhi dirinya karena telah mau mengikuti saran Senna dan Jordy yang akhirnya malah menghancurkan hidupnya. Tubuhnya bergetar karena tangisannya sendiri.
Tangannya mencengkeram selimut di dadanya dengan kuat. Dia bangkit berdiri dan berusaha memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Namun sayang, baju milik Senna yang semalam dia pakai sudah robek menjadi dua bagian.
Vely kebingungan. Dia tidak tahu sedang berada di mana. Dan dia tidak tahu siapa laki-laki yang sudah membawanya ke kamar itu dan merenggut kehormatannya saat dia sedang tidak sadar. Dia juga ingin segera pergi dari sana. Tetapi, bajunya sudah tidak layak pakai.
"Kau sudah bangun rupanya." Sebuah suara yang berasal dari arah belakang membuat Vely terkejut. Dengan cepat, dia berbalik dan menatap orang yang barusan berbicara. Dari suaranya yang jelas adalah suara laki-laki, Vely yakin laki-laki itulah yang sudah merenggut kehormatannya.
Vely membalikkan badan dan melihat laki-laki yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang menutupi pinggul sampai paha. Mata Vely membelalak kaget melihat laki-laki itu. Dia memang tidak terlalu mengenal laki-laki itu. Tetapi, dia tahu siapa laki-laki yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi seraya menatap ke arahnya.
"Kak Sean."
_______________________________________
Hai hai...
Bagaimana????
Jangan lupa vote dan komennya ya..Btw, menurut kalian, apakah Sean akan jadi sosok pahlawan buat Vely? Atau, malah sebaliknya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Unconcious Love
RomantikaSean William, seorang pria berusia berusia 29 tahun yang bekerja sebagai pimpinan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan. Hidup bersama dengan kedua orangtuanya di sebuah rumah megah nan mewah. Walaupun hidup dikelilingi kekayaan, Sean m...