Yuta berlari dengan kecepatan penuh dari tempat parkir ke ruang bersalin, telepon dari Ten membuat lelaki itu panik, dia hanya menyambar dompet dan kunci mobil kemudian menyetir dengan gemetar ke rumah sakit tempat sang istri dirawat.
Ten sudah berdiri di sana dengan perut tak kalah besar. Di kursi panjang, Taeyong duduk bersama Johnny yang menikmati latte-nya.
"Winwin baik-baik saja, kan?"
Pertanyaan itu dijawab anggukan. Taeyong mengamit lengannya, meminta lelaki itu untuk duduk tenang selagi dokter mengecek keadaan Winwin.
"Tenanglah sedikit, jangan panik."
Matanya melotot garang, "Bagaimana aku bisa tenang kalau Winwin sedang berjuang di dalam sana!?"
Johnny tersedak, "Tidak perlu membentak. Aku kaget tahu."
Yuta mendesah keras, "Harusnya aku ambil cuti saja," keluhnya.
"Sudahlah, lebih baik kalian berdo'a." Kalimat Ten membuat ketiganya bungkam.
Dokter yang keluar dari pintu membuat Yuta menghampirinya dengan wajah tegang. Johnny mengekor setelah membuang cup kopinya ke tempat sampah.
"Bagaimana keadaan Winwin, Dok?"
Dokter tersebut melepas maskernya dengan wajah letih, "Kami minta maaf. Tapi, kondisi pasien memang tidak memungkinkan untuk kelahiran normal. Jadi, kami meminta persetujuan dari keluarga untuk melakukan sc."
Yuta membeku, dia sama sekali tidak menduga dokter akan mengatakan Winwin-nya harus di operasi. Selama sembilan bulan ini, mereka selalu mendengar kalimat baik.
"Kenapa harus di operasi?" tanyanya lemah.
Sang dokter menarik napas, "Bayi mengalami kondisi yang disebut nuchal cord atau terlilit tali pusar. Sebenarnya ini hal yang normal karena bayi yang terus bergerak. Tapi, keadaan Winwin-ssi sedang menurun dan itu berbahaya untuk kelahiran normal karena pergerakan selama proses kelahiran bisa membuat jantung bayi lemah dan berhenti berdenyut."
Yuta rasanya ingin pingsan saja mendengar penjelasan dokter di depannya, dia menatap ketiga sahabatnya yang ikut meneguk ludah tegang. Dengan lemah dia mengangguk.
"Lakukan apapun yang bisa membuat keduanya selamat, Dok."
Dokter tersebut menepuk bahunya, "Berdo'a untuk mereka, Yuta-ssi. Kami akan mengusahakan yang terbaik."
Setelahnya Yuta menandatangani surat persetujuan operasi, lalu mengikuti salah satu perawat untuk berganti pakaian karena akan menemani Winwin di ruang bersalin.
"Aku yakin kalian bisa. Berjuanglah untuk melahirkan calon menantuku."
Suara Jaehyun yang baru saja tiba membuat Yuta mendengkus, "Aku masuk dulu."
Keempat temannya mengangguk.
Winwin tersenyum lemah melihat Yuta masuk ke ruang operasi bersama dokter dan perawat yang akan membedah perutnya, lelaki itu langsung menggenggam tangannya dengan erat, mencium dahinya begitu lembut. Winwin mendesah pelan, tekanan di bawah sana semakin kuat membuat sakitnya semakin menjadi.
"Kau akan baik-baik saja. Percaya padaku."
Itu kalimat terakhir yang ia dengan sebelum perawat membentangkan tirai dan melakukan anestesi epidural, sehingga membuat daerah perutnya menjadi mati rasa. Genggamannya di tangan Yuta semakin menguat.
Hanya butuh waktu tiga puluh lima menit sampai mereka mendengar helaan napas lega dari dokter dan perawat yang membantu persalinan Winwin. Dahinya mengerut saat tidak mendengar suara tangisan seperti kelahiran pada umumnya.
Dia membuka tirai pembatas, jantungnya mencelos saat dokter sedang berusaha membersihkan jalan napas anaknya menggunakan benda berbentuk bola yang tidak dia ketahui namanya. Genggaman Winwin ditangannya semakin erat. Dia menoleh, memberi senyum kecil yang meyakinkan.
Yuta akhirnya bisa menghela napas panjang saat suara tangis menggema begitu kencang, dia bisa melihat Winwin menyeka air mata di sudut mata.
"Terima kasih," bisiknya, tak henti menciumi punggung tangan sang pujaan hati.
"Aku juga berterima kasih, ge."
"Jenis kelamin laki-laki, lahir dua puluh tiga maret pukul dua lewat empat menit. Beratnya dua ribu dua ratus gram dengan panjang empat puluh tiga sentimeter," kata dokter seraya menaruh sang bayi ke dada Winwin.
Dia menitikkan air mata, melihat bayinya yang begitu kecil dan rapuh.
"Hai, Renjun. Selamat datang, terima kasih sudah lahir."
Yuta mengecup keningnya.
"Aku sangat mencintai kalian."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
la vie de famille
Фанфикini tentang beberapa keluarga dan masalahnya masing-masing. focus on: family genre, slice of life and friendship. NCT (c) SMTOWN