Ch. 3

1.2K 140 8
                                    

"Wonwoo." sebuah suara yang tidak pernah Wonwoo dengar beberapa hari terakhir tapi tidak pernah terlupakan tiba-tiba muncul dari balik pintu kayu. Ada gerutuan dan ketokan membabi-buta pada pintu, dan tidak ada yang salah dengannya karena wanita di balik pintu itu sudah terlalu mabuk. Paling tidak itulah satu-satunya alasan yang Wonwoo tahu mengapa ibunya masih pulang ke rumah.

"Ibuku." Wonwoo tersentak pada gedoran pertama di pintu sementara ibunya masih terus memanggil Wonwoo dari balik pintu. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam, Mingyu sudah memasak makanan yang diklaim Wonwoo sebagai makanan yang paling lezat yang pernah ada, bahkan dia mengatakannya sepanjang waktu. Wonwoo menatap Mingyu dengan kekhawatiran di wajahnya dan Mingyu menatapnya balik. Mereka khawatir pada alasan yang berbeda.

"Ibuku." Wonwoo kembali berujar. "Dia tidak akan tahu kau ada disini. Dia mabuk, dan. . ." perkataan Wonwoo terpotong oleh teriakan ibunya. Dia sekarang memanggil Wonwoo dengan berbagai hujatan dan Mingyu menatap khawatir ke arah Wonwoo. Tentang keberadaan Mingyu disana tidak membuatnya khawatir, tapi bagaimana dia harus menyelesaikan masalah dengan ibunyalah yang malam ini membuatnya khawatir.

"Tidak apa-apa. Aku tidak berpikir-" perkataan Mingyu terpotong oleh teriakan lain dari ibu Wonwoo. Dia mendengar panggilan yang diteriakkan untuk Wonwoo dan itu bukanlah nama yang pantas.

"Aku harus mengurusnya." Wonwoo berkata dengan tenang tapi penuh ketegangan. Mingyu menggangguk sekali, melihat perubahan ekspresi Wonwoo. Matanya berkabut dan bibirnya terkatup sempurnya seakan menahan wajahnya tanpa ekspresi.

"Aku akan berada di kamar. Panggil aku jika butuh bantuan." Mingyu menggenggam lengannya sekali dan pergi ke kamar mereka untuk menjauh dari ibu temannya yang mabuk. Dia tahu bahwa malam ini tidakk akan tenang, tidak setelah dia mendengar seberapa putus asanya Wonwoo terhadap ibunya dalam mimpi pemuda itu. Tidak juga ketika dia tahu bahwa Wonwoo sangat-sangat menginginkan ibunya, dan dia yakin bahwa itu bukanlah dalam hal ini.

Wonwoo meraih gagang pintu dengan tergesa. Sedetik kemudian dia tiba-tiba merasa bahagia mendengar suara ibunya setelah sekian lamanya. Akan tetapi kebahagiaan itu hilang seketika setelah dia membuka pintu, selalu sama.

"Anak tak bertanggungjawab." ibunya berseru seketika setelah melihat Wonwoo. Dia menganggapnya sebagai bentuk sapaan dari ibunya.

"Eomma, kau mabuk lagi." dia mempersilakan ibunya masuk, membawa lengan ibunya pada bahunya. Ibunya bergoyang tidak terkontrol membawa Wonwoo berjalan tak tentu arah. "Kau harus tidur."

Dia membawa ibunya ke kamar, menenangkannya setelah sebelumnya ibunya meneriakinya dengan kasar. Wonwoo membawakan air, membersihkan wajah ibunya dengan handuk basah untuk membuatnya sedikit sadar. Wonwoo sudah terbiasa dengan cercaan dan tudingan ibunya yang tidak benar, dia sudah benar-benar terbiasa.

"Anak tak berguna." dia menyeringai dengan matanya yang tertutup, wajahnya terlihat terganggu. Wonwoo terus mengipasi ibunya hingga nafasnya teratur. Dia telah tertidur. Setelah semuanya ini, untuk beberapa hari, minggu, bahkan bulan kedepan, dia tidak akan melihat wajah ibunya lagi. Ketika dia terbangun keesokan harinya, ibunya selalu telah pergi dengan meninggalkan memo 'makan sarapanmu' yang berakhir dengan Wonwoo yang membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Diatas semuanya itu Wonwoo tetap mempercayai ibunya. Ibunya tetap akan mengirimi Wonwoo uang untuk memenuhi kebutuhannya. Dia sesekali akan meneleponnya juga, meskipun dia melakukannya dengan alasan mengingatkan Wonwoo untuk meneleponnya tiap ada urusan mendadak. Dalam lubuk hatinya yang terdalam Wonwoo percaya bahwa ibunya masih peduli dengannya. Bagaimanapun juga dia tetaplah anaknya. Tidak ada yang salah dengan mempercayai hal itu. Wonwoo menghela nafas panjang, meringkuk pada lantai disamping tempat tidur ibunya.

Dia selalu tidak diinginkan. Apa yang bisa dilakukannya? Dia ada bukan karena cinta. Dia ada karena nafsu, aib, kecelakaan, hasil dari kenangan ibunya yang lebih baik dikubur dalam-dalam dengan menenggelamkan dirinya pada alkohol setiap malam. Apa yang bisa dilakukannya? Ibunya mungkin sakit hati setiap melihanya, mengingatkannya pada lelaki itu. Barangkali mereka merasakan kesakitan yang sama, atau mungkin yang dirasakannya jauh lebih buruk dibanding dengan ibunya. Wonwoo memaksa dirinya untuk memahami hal itu, tapi setiap saat, setiap kali dia mencoba dia hanya merasakan depresi merasuki tiap ujung kulitnya, melahapnya habis, menenggelamkan seluruh tubuhnya dan apapun yang ada dalam kegelapan.

Overlapping Worlds 「meanie」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang