Epilogue

1.5K 158 16
                                    

Wonwoo terbangun, tubuh atasnya dipenuhi keringat. Dia baru saja mendapat mimpi buruk. Dia memimpikan kecelakaan mobil dimana dia bertabrakan dengan sebuah mobil di jalan yang gelap. Mereka berdua terlempar akibat benturan yang cukup keras. Wonwoo memukul kepalanya, dia hanya beberapa meter dari mobilnya yang rusak. Dia mencoba tetap tersadar dan membuka matanya. Pandangannya buram, tapi yang dilihatnya dari kejauhan adalah seorang lelaki yang berdiri di sisi lain jalan. Ada jarak yang cukup jauh antara dirinya dengan mobilnya. Tubuhnya bermandikan darah. Wonwoo menyebutkan namanya. Mingyu.

Dan dia terbangun. Dia meremas dadanya dari rasa sakit yang disebabkannya. Rasanya benar-benar nyata, dia butuh beberapa saat untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanyalah mimpi.

Hari ini adalah hari pertama Mingyu pergi darinya. Dia baru tahu bahwa Mingyu meninggalkan foto-foto dirinya yang dulu diambilnya. Mungkin ada ratusan. Semuanya berisi wajah Wonwoo. Ketika dia tertidur, tertawa, marah, makan, bahkan menguap. Dia tidak tahu bagaimana Mingyu mengambil keseluruhan foto itu tanpa sepengetahuannya. Dia dibuat tertawa karenanya.

"Kenapa dia mengambil semua foto-foto ini?" dia berujar pada dirinya sendiri mengingat-ingat waktunya bersama Mingyu. Dia percaya padanya. Dia percaya bahwa mereka akan bertemu lagi.

Dia berhenti ketika dia tidak melihat satupun foto Mingyu diantara foto-foto yang ada.

"Apa kau menghapus semua yang kau lalui bersamaku?" dia bertanya pada sebuah foto di tangannya. "Mingyu bodoh." Wonwoo mendesis.

Dia melihat lagi ke foto yang sama dan dia tiba-tiba teringat bahwa foto itu diambilnya bersama Mingyu. Dia benar-benar mengingatnya. Wonwoo kembali memperhatikannya. Mengapa yang muncul hanya dia? Mengapa Mingyu tidak ada dalam foto itu? Dia sangat yakin dia bersama Mingyu saat itu.

Dia mengamati sisa-sisa foto yang ada dan hal itu memperkuat kecurigaannya bahwa Mingyu tidak pernah ada di dalam foto-foto mereka. Dia tidak ada di dalam satu fotopun seolah dia tidak berada disana, seolah dia hanya. . . hantu.

Hari selanjutnya juga tidak mudah bagi Wonwoo. Dia mengalami mimpi yang sama. Dia terpental dari mobilnya, jatuh pada sisi jalan. Ada kilasan munculnya pemuda lain di jalan. Dia terlihat buruk. Penggambarannya itu membuat perutnya melilit. Dia dipenuhi darah. Dan Wonwoo melihat sepintas pada wajahnya. Dia tidak bernafas. Namanya meluncur begitu saja di bibir Wonwoo. Mingyu.

Wonwoo terbangun dengan air mata yang manganak sungai. Yang mana yang benar? Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Mingyu itu nyata?

Hari ketiga juga sama. Gambaran tentang kecelakaan itu menjadi semakin dan semakin jelas. Dia tidak tahu apa artinya, tapi itu berarti sesuatu.

Di hari yang sama, dia menemukan lukisannya tentang Mingyu. Dia tidak yakin bagaimana lukisan itu kembali berada dalam lacinya. Dia merindukan wajahnya. Dia tidak pernah punya kesempatan untuk menunjukkan hasil karyanya kepada Mingyu. Dia membuang nafas. Sebuah memo jatuh ketika dia mengambil lukisannya. Dia mengambil memo itu, memo yang sama dengan yang dia tempel sebelumnya. Dia membacanya lagi.

Aku merindukan wajahmu. Aku merindukanmu. Kembalilah padaku, Mingyu.

Tapi bukan itu yang membuatnya menahan nafasnya. Ada tulisan kecil yang berada dibawahnya: Aku kembali, itulah janjiku. Tidak diragukan lagi itu adalah Mingyu. Pada akhirnya dia sudah melihat lukisan itu, tapi. . . apakah dia benar-benar kembali?

Hari keempat, kelima, dan keenam tiba, membuat kekhawatirannya semakin besar karena mimpinya perlahan semakin terlihat nyata. Wonwoo kesakitan, tapi tidak bisa dibandingkan dengan janji yang Mingyu tawarkan. Dia kini sekarat, jika dia masih belum mati.

Hari ketujuh, Wonwoo memutuskan untuk mencari jawaban. Dia mencari peramal, yang paling terkenal di kota itu. Dia tidak percaya pada ramalan dan penglihatan masa depan, tapi kepercayaannya tidak memiliki dasar, tidak ketika dia mengalami perubahan takdir bersama Mingyu.

Setelah satu jam, dia masuk ke rumah seorang peramal. Suara perempuan itu terngiang di kepalanya.

"Jiwanya yang kembali ke masa lalu. Dia berada pada kondisi sekarat tapi dia tidak tahu. Keberadaanmu juga sama, tapi dia melihat foto-fotonya. Itulah mengapa dia melupakan dirinya sendiri."

"Lalu bagaimana aku bisa merasakannya?"

"Ada banyak kekuatan yang tidak bisa dikendalikan di dunia ini. Pasti ada satu kekuatan yang membuatnya menjadi terasa manusiawi. Sebuah kekuatan yang membuatnya menyeberangi dunianya. Kadang lebih kuat dibanding dengan kekuatan intelektual dan bisa memanipulasi. Kadang tidak terkontrol. Kadang kau mungkin tahu. Kekuatan yang sama yang membuatmu mencari kebenaran itu."

Wonwoo meninggalkan ruangan itu dengan pikiran bingung, penuh pertanyaan yang menurutnya dia mungkin tahu jawabannya.

"Sesuatu yang lebih kuat dari kontrol pikiran." dia mengulanginya. Mungkinkah. . .

"Cinta." Wonwoo berhenti. Satu-satunya yang tidak dapat dia jelaskan adalah penjelasan tentang hal itu. Mingyu dibawa kepadanya dengan cinta. Dan dia dibawa kepada Mingyu dengan cinta yang sama. Begitu ambigu, tapi menjadi satu-satunya alasan yang cocok. Bagi Mingyu, itu bukan hanya cinta. Kekuatan itu adalah Wonwoo sendiri. Bagi Wonwoo, dia menyadarinya, itu bukan hanya cinta. Itu adalah Mingyu sendiri.

Di hari kedelapan, dia tetap tinggal di dalam rumah. Dia tidur sepanjang hari. Jika Mingyu melakukan hal yang sama, mereka memang ditakdirkan bersama. Wonwoo menggeretakkan buku jarinya di keesokan harinya. Dia ada di sebuah kafe. Dia hidup. Dia selamat. Dia akhirnya paham.

***

Mingyu secara harafiah menyeberangi dua dunia untuk menyelamatkannya, dan sekarang adalah waktunya untuk mengembalikan semuanya. Wonwoo mencari Mingyu, kali ini, dengan cara yang benar. Di dunia yang sama.

Dia menyesap kopinya dengan tenang. Pagi ini indah. Sinar matahari favoritnya mewarnai semuanya dengan indah.

"Apa aku terlambat?" sebuah suara muncul dari belakangnya.

Wonwoo tersenyum lebar sebelum berbalik. Minyu berdiri tepat dibelakangnya, melihatnya dengan senyum terindah yang dia punya.

Wonwoo mengambil nafas dengan tajam.

Mingyu melebarkan lengannya.

"Senang bertemu denganmu. Ngomong-ngomong aku Mingyu."

Wonwoo terkikik dan memukul lengannya.

END


[J's corner]
Thank you for reading my translation everyone~
Terima kasih atas apresiasi kalian dengan votes dan comments in this story, it means a lot for me
Aku akan mulai menggarap cerita terjemahan lainnya mulai besok, semoga bisa publish secepatnya!!!
Feel free to leave a comment.
Until next time,
뿅~

Overlapping Worlds 「meanie」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang