Prolog

16 1 4
                                    

Langit sudah memakai jubah hitamnya, langit yang begitu teduh, angin memasuki pintu dan jendela kawasan kumuh perkotaan yang selalu saja enyah dari mata yang enggan manatap riuh rumah kami yang hampir rubuh.

Narto dan istrinya Munah yang sedang hamil besar yang selalu wasangka dan waswas kepada angin yang lalu lalang begitu keras, terkadang satu-persatu genting luruh dan pecah menjadi bite-bite kecil.

Pintu rumah yang mulai terlepas baut dari engselnya, mata-mata ketakutan selalu menyelimuti Narto yang hanya pemulung malam dan buruh proyek bangunan rumah panggilan, yang kalau ada membutuhkan jasanya.

"Ini adalah calon anak pertamaku, ya Tuhan... lindungilah kami" Ucap Narto menadahkan tangannya.

Mulut Munah seperti komat-kamit dalam berdoa dengan penuh harap semoga si jabang bayi tidak ikut khawatir sepertinya.

"Mas, mas, mas... Perutku kok sakit sekali ya mas" Ujar Munah dengan dahinya yang kerut. "Aduh mas ini nyeri sekali mas, aku udah ndak kuat mas..." Munah sambil memegan perutnya.

Munah menarik tangan Narto, ia terlihat kebingungan. Melihat ke luar pintu mencari orang di luar rumahnya. "Mun, sabar ya aku keluar dulu" Narto bergegas dengan cepat keluar ke rumahnya.

"Cepat ya mas, jangan lama-lama aku iseng sendiri" Dari jauh Narto menjawab sambil teriak kecil "Iya Mun".

Di luar, malam yang kelam dan sepi, orang-orang lelah tertidur menanti pagi. Narto masih berdiri disana menuju ke arah jalan raya yang masih banyak kendaraan yang berlalu lalang.

Narto terlihat begitu gelisah dan resah, iya bingung mencari orang yang bisa membantunya. Dia tidak menyalahkan oramg lain, tapi ini memang sudah sangat malam.

Di tepi jalan Narto berusaha memberhentikan kendaraan, namun belum ada satu pun yang berhenti, hanya klakson-klakson panjang yang menyambutnya. Kekhawatirannya semakin bertambah, ketika ia ingat akan Munah.

***

Note:
Semoga sahabat-sahabat tidak puas hanya membaca prolognya saja, masih ada cerita selanjutnya, dengan dukungan sahabat-sahabat semua, saya akan lebih semangat dan sering meng-update cerita ini. Berilah saya semangat!.

"Selamat Rindu Pada Diri Sendiri"

Rindu Diri SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang