.
.
.
Tersenyum mengerti, dia menatap Sehun.
Tidak ada kehangatan yang sama yang diberikan Sehun pada Suzy, untuknya. Tapi, apa dia bisa berbuat sesuatu? Pria itu tidak memiliki perasaan padanya, dia tidak akan pernah memaksa.
Sebelum pergi, Luhan pamit dengan membungkuk rendah.
"Kita harus pergi Suzy, perutku sudah sangat lapar." ajaknya, Suzy mengangguk canggung, namun dia menyempatkan menatap pada Sehun meski sekilas.
Sehun tersenyum, dan untuk hatinya yang kembali?
.
.
.
Luhan membaca majalah di ruang keluarga. Tiba-tiba terganggu dengan kedatangan seseorang yang baru memasuki ruang tamu.
Sehun baru pulang dari kampus.
Melipat majalahnya dan menyimpannya di meja. Luhan bergegas bangun. Ada yang ingin dia konfirmasi pada Sehun. Memang ini bukanlah urusannya, tapi dia tidak mengerti mengapa harus melibatkan dirinya seberani ini kembali.
Luhan mencegah Sehun, dia selalu diabaikan walaupun Oh Sehun tahu keberadaannya di sana.
"Kau menyukainya-kan?" Luhan bertanya. Dia berdiri di belakang punggungnya, dan mengapa dia merasa gugup hanya melihat punggungnya?
Sehun berhenti, "Apa urusanmu?" sahutnya, dia akan pergi. Luhan menahannya kembali.
"Suzy sangat baik dan dia gadis yang menyenangkan. Aku rasa dia juga menyukaimu."
Sehun berbalik, dan ekspresinya seperti tidak hidup saat mereka saling berhadapan.
"Aku bisa membantumu." Luhan berkata yakin, sementara senyumnya tulus.
Sehun tidak tertarik. Dia kembali berjalan ke kamarnya, menaiki tangga satu demi satu ke lantai dua.
"Aku hanya ingin membantumu memilikinya, lalu kenapa kau menolak?" tatap Luhan, hanya inilah yang dia dapatkan selama mengenal pria itu.
"Kenapa begitu sulit bahkan jadi temanmu saja."
Sudah lama berlalu, bahkan sampai sekarang Sehun belum menerima keberadaannya. Tidak mengapa hanya sebagai teman, dan dia bisa nyaman tinggal di rumah ini.
Luhan tidak tahu caranya.
Bagaimana mengambil hatinya?
Luhan mengejek dirinya dengan senyum. Dan di antara doa-doanya, dia tidak pernah meminta itu pada Tuhan, dia tidak pernah menginginkan itu menjadi miliknya. Dia menyadari, pria itu tidak akan pernah menjadi bagian dari dirinya di masa depan.
Luhan akan tetap berdiri pada batasannya.
Tahu diri dengan latar belakangnya.
Tahu diri, dia bisa tinggal di rumah megah ini atas kemurahan hati dan kasih sayang, Nyonya Oh. Tapi, Luhan tidak pernah meminta.
Mereka yang datang padanya, mengulur kedua tangannya, membantu kesulitannya, menemani hidupnya yang tidak memiliki keluarga lagi.
Luhan menunduk, tapi dia masih bersyukur karena memiliki Nyonya Oh mencintanya.
Dia tidak pernah dianggap, waktu demi waktu mungkin dia akan semakin tidak berdaya. Berdasarkan kepribadian Oh Sehun, dia hanya membutuhkan satu alasan untuk membuatnya bertahan di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
N.E.V.E.R || HunHanGs || TAMAT
Fanfiction🔼🔞🔼 Xi Luhan, memiliki ketulusan, dan bahagia menjadi ibu pengganti untuk putri kecil, Oh Sehun. Oh Sehun, duda yang bertahan pada keegoisannya. Dia menolak memperisterikan, Luhan. "Ketakutanmu justru membuat gairahku tidak sadar menginginkanmu."...