3. taming the Deimos

250 38 30
                                    


(Bae Jinyoung: 2nd year, Park Jihoon: 3rd year)

.

.

Setelah memperkenalkan dirinya pada Park Jihoon, kini Bae Jinyoung tak pernah sembunyi-sembunyi lagi dalam mengamati lelaki ber pipi gembil itu. Apabila mereka bertemu di koridor, Jinyoung akan menyapa. Begitupula di perpustakaan, atau di aula besar, di lapangan Quidditch, pokoknya di segala sisi Hogwarts tempat mereka pernah berjumpa. Jihoon menyukai atensi dari Jinyoung, meskipun kerap kali pipinya merona saat lelaki berwajah mungil itu berada di dekatnya.

Park Woojin? Dia tidak begitu menyukai Bae Jinyoung.

Siapa lelaki itu? Mau apa dengan Jihoon? Ini lah berbagai macam pertanyaan yang ada di benak Woojin mengenai Jinyoung.

Suatu hari, Bae Jinyoung menghampiri seorang Park Jihoon yang tengah duduk di tengah taman - sendirian di tengah keramaian seperti biasa, dengan sebuah buku berhalaman cukup tebal di pangkuannya. Sebuah kacamata ber-frame bulat bertengger di hidung mancungnya. Tanpa mengatakan apa-apa, Jinyoung duduk di sebelah Jihoon, tidak memperhatikan ada buku-buku dan perlengkapan lain yang diletakkan di sebelah Jihoon.

"O-oh? Jinyoung?" Jihoon sedikit terkesiap saat mendapati sesosok lelaki Gryffindor itu telah duduk di sebelahnya. Jinyoung hanya tersenyum.

"Kaget? Ekspresi kakak lucu, kayak habis liat hantu." Jinyoung terkekeh pelan, sebelum menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku yang mereka duduki.

Jihoon ikut terkekeh.

"Iya, habis lu tiba-tiba udah di sebelah gue aja." kemudian, pandangannya terpusat pada sang adik kelas. "Eh, ga apa kan kalau gue baca buku? Tapi lu kalau mau di sini ya di sini aja."

Jinyoung hanya menganggukkan kepalanya. Paling tidak, dia bisa berada di dekat Jihoon. Memastikan lelaki itu jauh dari bahaya, atau anak-anak yang kerap kali bertingkah usil.

Langit di hari itu begitu cerah. Tatapan Jinyoung tertuju pada awan-awan tebal yang melayang di atas mereka, bergerak pelan dan begitu tenang. Jinyoung membayangkan hari-hari indah dan menyenangkan yang dia harap dapat terus terjadi, terutama pada Jihoon. Atau pada dirinya dan Jihoon. Dan dia mengharapkan kebersamaan yang semakin indah antara dirinya dan Jihoon.

"Oy. Minggir. Itu tempat duduk gue."

Sebuah suara yang tidak asing menyapa indera pendengaran Jinyoung dan Jihoon, seketika lamunan Jinyoung akan langit dan kebersamaannya dengan Jihoon buyar seketika.

"O-oh, ya."

Jinyoung baru akan beranjak, namun lengannya tiba-tiba ditahan oleh Jihoon.

"Apaan sih, Woojin. Kamu pikir ini bangku punya kamu?" Jihoon menarik Jinyoung untuk duduk kembali.

Lelaki berpipi gembil kemerahan itu mengambil barang-barang serta buku milik Woojin yang terletak di sebelah kirinya, lalu memberikannya pada Woojin. "Sini ah, orang kamu masih bisa duduk di kiri aku."

Ekspresi wajah Woojin begitu keras saat dia mendudukkan dirinya di sebelah sang kakak kembar. Sementara Jinyoung? Jangan ditanya betapa gugupnya lelaki itu. Ini adalah pertama kalinya dia berada se dekat ini dengan seorang Park Woojin.

Kemudian, ketiganya hening. Jihoon yang kembali fokus dengan bukunya, lalu ada Woojin dan Jinyoung di sisi kiri dan kanannya yang tengah saling memikirkan satu sama lain. Keduanya dalam konten negatif - Woojin yang merasa panas, dan Jinyoung yang 'sedikit' ketakutan.

"Lu ada kelas jam berapa?" suara lembut Jihoon memecah keheningan. Bukunya telah ditutup, dan dia memusatkan perhatiannya pada Jinyoung.

Saat itu pukul 11, dan Jinyoung ada kelas pukul setengah satu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Slytherin Angel - deepwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang