Kalo di ibaratin sama cuaca, suasana hati Dara pagi ini tuh kaya musim semi. Disekitarnya bunga-bunga mekar, awannya bagus, matahari aja senyum buat Dara. Pokoknya cerah aja gitu, berbanding terbalik sama cuaca asli yang lagi mendung.
"Senyam senyum kek orang waras aja, kenapa lo?" suara Soobin bagaikan petir yang datang tiba-tiba di musim semi yang Dara buat. Dara yang sedang berjalan ke lantai bawah rumahnya, melirik Soobin disampingnya sinis.
"Mikirin kapan lo mati" sadisnya.
"Alah, gue mati juga lo nangis-nangis"
Dara mendengus "Idih pede, nggak sudi gue ngeluarin air mata suci gue buat lo"
"Masa? Dulu aja lo nangis kejer padahal gue cuma jatoh doang" Soobin memberikan tatapan mengejeknya ke arah Dara.
"Ya gimana gue nggak nangis. Lo jatoh, jatoh sendiri malah gue yang dimarahin mama"
"Derita lo itu mah" oke, emosi Dara mulai naik. Berbeda dengan Soobin yang malah semakin gencar mengusili kakaknya.
"Kok lo ngeselin sih bin! Kampret banget jadi orang" Soobin sembari berlari menuruni tangga menghindari Dara yang hampir melemparkan ranselnya ke kepala Soobin.
Dan jadilah mereka yang malah melakukan aksi kejar-kejaran didalam rumah.
"EKHEM" Dara dan Soobin sontak menghentikan acara kejar-kejarannya. Mereka menelan ludah dengan susah payah.
Awas keselek weh.
"Berantem aja terus, mau papa potong lagi uang jajannya?" ujar papa Choi galak, membuat Dara dan Soobin melotot.
Iya, bulan lalu uang jajan mereka-tepatnya Dara, Soobin mah cuma dikit, dipotong gara-gara Dara ngamuk dan bikin Soobin nangis-nangis buaya ngadu ke mamanya. Padahal Dara ngamuk gara-gara Soobin matahin kacamata kesayangan Dara.
Emang ya, serba salah jadi kakak tuh.
"Enggak kok pa enggak, tadi kita cuma bercanda kok ya kan dar eh kak?" Soobin merangkul-agak menyekik-Dara disebelahnya. Dara sebenernya udah mau emosi aja, udah ngumpat Soobin dibalik senyum pura-puranya.
"Iya kok pa hehe" Dara mencubit pinggang Soobin dari belakang membuat Soobin sedikit terlonjak dan makin ngeratin rangkulan tangannya dileher Dara. Pas papa Choi jalan ke meja makan dan nggak ngeliatin mereka, mulai lagi deh sibling Choi itu.
"Lepas nggak!" bisik Dara pelan supaya nggak kedengeran orang tua mereka.
"Lo dulu!" sahut Soobin.
"Elo!"
"Elo!"
"Dara, Soobin, mau sampe kapan disitu?" suara papa mereka terdengar lagi, Dara dan Soobin refleks melepaskan cubitan dan rangkulan mautnya masing-masing. Mereka berjalan menuju meja makan walaupun masih dengan gerutuan-gerutuannya.
**
*Sekolah*
"Kenapa tu bocah?" Yuuki ngeliatin Dara yang lagi ngadep ke jendela sambil senyam senyum.
"Gatau, abis obat kali" kata Raon sambil nyemilin chitato Yuuki.
"ASSALAMUALAIKUM, AWAS AWAS ORANG GANTENG MAU LEWAT!" teriakan itu berasal dari sesosok cowok item dekil yang dateng entah darimana dan dihadiahi sorakan sama seisi kelas.
"Eh mie burung dara enaknya nyambung terusss, liat pr mtk dong" ujar Haechan pas lewat disamping bangku Dara. Dara senyum, dan tanpa kata menyodorkan buku latihan matematika yang sejak tadi berada di laci mejanya.
"Makasih Daraaa~" Haechan tersenyum sumringah menerima buku Dara, Haechan baru ingin berjalan ke bangkunya yang letaknya dibelakang bangku Dara jika tidak menemukan suatu keanehan.