Welcome

83 59 21
                                    

Selain benci dengan yang namanya sekolah dan pelajaran matematika, Nicholea Jovanka yang akrab disapa Nic juga sangat benci saat dirinya harus diomeli oleh Karin yang sekarang telah menjadi ibu tirinya. Bukan dia benci dengan Karin tapi ia benci dengan nasehat-nasehat dan peraturan Karin yang selalu saja berbeda dengan prinsip hidupnya.

"Nic, ini udah sekolah ke lima selama kamu di Indonesia kamu tau itu kan?" Karin memulai percakapan setelah hampir setengah perjalanan tidak ada suara yang menggema di mobil tersebut.

"Ingat ya Nic kamu nggak boleh lagi berbuat yang macem-macem, ibu capek ngurus surat pindah kamu terus."

"Tapi kenapa ibu nggak mindahin aku ke sekolah biasa kenapa harus sekolah terkenal kaya gini?"

"Biar lu famous, bodoh." Rean yang sedari tadi diam sambil memainkan ponselnya ikut bicara dan tentunya memancing emosi Nic.

"Nic inget pesen ibu, kamu di sekolah harus jadi anak yang baik, ramah, nggak mudah emosian,ceria, nggak dingin, jangan sering bolos sama Rean dan yang pasti kamu harus bergaul sama teman-teman kamu yang lain bukan hanya sama Rean saja." Nic yang sedang memainkan kuku jari tangannya mendadak membulatkan mata akibat penuturan panjang kali lebar oleh ibunya. Dia sangat keberatan dengan semua perkataan ibunya tadi sebab semuanya itu sangat bertolak belakang dengan apa yang ada pada dirinya.

"Maaf ya tante,aku yakin Nic nggak bakal bisa ngelakuin semua itu. Nic yang tempramen, dingin, jutek, ansos terlalu impossible buat kaya gitu percaya deh sama aku tante." Rean tertawa terbahak-bahak setelah berhasil menjatuhkan Nic hanya dengan kata-katanya namun terhenti saat Karin membuka suara.

"Kamu juga Rean, jangan macem-macem di sekolah, kamu juga sama kayak Nic udah 3 kali pindah sekolah. Kalau kamu macem-macem lagi tante bakal pulangin kamu sama orang tua kamu jangan harap tante kasih ampun.

"Iya tante maaf, tapi jangan pulangin aku ke singapore lagi". Rean memohon-mohon sambil mengeluarkan puppy eyesnya.

"Kalian berdua itu ada- ada aja kerjaannya bikin kepala ibu pusing setiap hari." Karin memijit pelipisnya sambil melepas seat beltnya.

"Ayo, cepet turun, sebentar lagi kalian mau masuk kelas emangnya kalian mau dihukum hari pertama sekolah?" Karin kembali memulai acara ceramah menceramahi anak-anaknya yang sangat tidak tahu aturan ini.

"Santai tante, aku sih biasa aja kalau kena hukum kan dulu juga sering gitu apalagi Nic bahhhh udah kelewatan sering kena hukumnya."

"Ehhh lo alien, nggak usah sok bawa-bawa gue yaa, kan gue kena hukum juga gara-gara lo semua, mana ada gue yang kena hukum gara-gara kesalahan gue sendiri lo kadang suka gak tau diri ya."

"Ehhh nyantai dong Nic, nggak semuanya juga salah gue dong, kan itu juga sesuai keinginan lo sendiri, gue mah nggak pernah maksa kan gue menghormati cewek layaknya perempuan yang ada di muka bumi ini." Rean membuat gerakan tangannya seolah mengucapkan terimakasih kepada langit. Nic sangat frustrasi dan meratapi nasibnya  kenapa ia harus terjebak menjadi sahabat seper-goblokan dengan Rean, satu-satunya cowok di muka bumi yang alay nya melebihi cewek-cewek.

"Ya kan yang nyuruh gue ngikut-ngikut terus siapa? Lo kan?"

"Tapi kan gue nggak ngehasut lo, lo aja yang mau nempel sama gue terus."

"Ehhh Rean gue lempar ya lo pakai sepatu gue." Nic sudah membungkuk untuk melepas tali sepatunya andai saja tidak ada jeweran tangan nenek sihir di telinga cantiknya.

"KALIAN BERDUA EMANG BENER-BENER MAU BIKIN IBU CEPET MATI YA, KERJAANNYA BERANTEM MULU. NGGAK SADAR KALIAN ITU UDAH BESAR NGGAK PERLU DI MARAH- MARAHIN LAGI."

Karin yang sedari tadi menonton drama yang disuguhkan anak-anaknya tersebut tidak tahan lagi melihatnya. Bagaimana tidak, ini di sekolah tempat umum yang selalu banyak orang-orang berkeliaran, apakah anak-anaknya tidak mempunyai rasa malu untuk bertengkar di tempat ramai seperti ini? Ia sungguh tidak habis fikir kenapa mempunyai dua anak super ajaib yang tentunya sangat ia sayangi.

"Sekarang dalam hitungan 3 kalian harus lari ke ruang kepala sekolah untuk mengetahui dimana kelas kalian, jika tidak Ibu akan kasih tau Ayah apa yang bikin anjing peliharaannya mati dan kalian juga sangat paham apa yang akan Ayah lakukan terhadap kalian". 

Sepertinya ancaman yang diberikan Karin sangat membantu buktinya saja kedua anak tersebut sudah melesat pergi dari hadapannya.

"Baik Bu." Rean dan Nic segera berlari memasuki gerbang sekolah,  mencari dimana ruang kepala sekolah agar Ibunya tidak memberi tahu semua yang akan membuat Ayah mereka  murka.

Haiiiiii readers💕

Ada yang sering ngalamin kayak Nic dan Rean nggak? Yang suka berantem gitu sama saudara kalau lagi di rumah atau dimana saja nggak pernah akur-akurnya deh hehe:)

BTW JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT NYA YA BIAR AKU SEMANGAT TERUS NGEBUAT CERITA INI UNTUK MENEMANI KALIAN💞

udah sekian aja mbacot dari masdep jaemin bye byeee /ciom satu-satu/

Emellertid (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang