| Feb mop |

23 4 3
                                    

-Scene #1

"Tunggu,"

Suara laki-laki dan pegangan di pergelangan tangan membuat Acha menghentikan langkahnya. Ia mengernyit memperhatikan orang yang sedang berdiri disampingnya saat ini seraya menilai penampilannya.

"Acha ya?" laki-laki itu kembali membuka suara. Sontak Acha langsung menghentikan acara nilai-menilainya itu.

"E-eh, iya. Kenapa ya?"

"Aku Dilan. Aku ramal hari ini kita akan bertemu,"

"Dimana?"

"Dimana-mana hatiku senang, tangan di lambai-lambai, pinggul di goyang-goyang kaki di hentak-hentak, puter badan"

"Somplak! mimpi apa gue semalem"

-Scene #2

"Tunggu,"

Suara laki-laki dan pegangan di pergelangan tangan membuat Acha menghentikan langkahnya. Ia mengernyit memperhatikan orang yang sedang berdiri disampingnya saat ini seraya menilai penampilannya. Ganteng. Rapih. Kayaknya tajir.

"Acha ya?" laki-laki itu kembali membuka suara. Sontak Acha langsung menghentikan acara nilai-menilainya itu.

"E-eh, iya. Kenapa ya?"

"Jadi beneran ini Acha?" tanya laki-laki itu lagi, memastikan agar ia tak salah orang.

"Iya, bener. Kenapa?" pikiran Acha sudah melayang jauh.

Pasti ini orang mau ngajak gua kenalan deh, pikirnya.

"Anu,"

"Anu?"

"Itu, utang ketoprak kemarin belum dibayar. Bayar atuh, buat saya balik modal."

-Scene #3

"Tunggu,"

Suara laki-laki dan pegangan di pergelangan tangan membuat Acha menghentikan langkahnya. Ia mengernyit memperhatikan orang yang sedang berdiri disampingnya saat ini seraya menilai penampilannya.

"E-eh, iya. Kenapa ya?"

"Itu, ada.."

"Ada apa?"

"Ada pelangi, dibola matamu~"

"Lah malah nyanyi. Diem woy, cucunya Saipul Jamil."

END

An : maafkan part kegabutan yang garing ini, netijen.

PS [1] ; PhantasiaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang