2 | Rok

23 6 9
                                    

"Tunggu,"

Suara laki-laki dan pegangan di pergelangan tangan membuat Acha menghentikan langkahnya. Ia mengernyit memperhatikan orang yang sedang berdiri disampingnya saat ini seraya menilai penampilannya.

"Ini punya lo?" laki-laki itu kembali membuka suara. Sontak Acha langsung menghentikan acara nilai-menilainya itu, melihat kalung kesayangannya.

"Kok ada di lo?" Acha memberikan pertanyaan balik untuk laki-laki itu.

"Oh ini tadi gue liat jatuh disana." laki-laki itu menjulurkan tangannya seraya memberikan kalung itu kepada Acha.

"Oh gitu, makasih ya." Acha mengambil kalung tersebut, hampir saja ia kehilangan kalung kesayangannya itu jika laki-laki di hadapannya ini tidak menemukannya.

"Iya sama-sama." laki-laki itu tersenyum manis. Manis sekali, sampai Acha ikut tersenyum melihatnya.

Tiba-tiba segerombolan anak laki-laki datang, menghentikan senyum Acha.

"Van, ngapain disini? lagi pdkt ya?" ujar laki-laki berambut ikal seraya menggoda laki-laki yang ia panggil Van itu.

"Gak, lagi eek gue, pake nanya. Balik manjat pohon pisang lagi sana." laki-laki bernama 'Van' itu memutar bola matanya malas seraya meninggalkan lapangan dan teman-teman yang sedang menggodanya.

"Lo kira gue monyet!" teriak temannya kesal.

✏◻◻◻

Suasana kelas XI IPS-2 sangat sunyi lantaran siswa-siswi sedang fokus mengerjakan tugas dari pak Kanim guru Agama di SMA Bradiwijaya.

"OW EM JI FALLAAAW!!!"

Sontak siswa-siswi yang tadinya diam seketika menjadi berisik karena terkejut mendengar teriakan mendadak dari perempuan berkuncir kuda, siapa lagi kalo bukan Anasya.

"Hellaw, Sya. Hellaw." Acha malas menanggapi tingkah sahabatnya itu, entah apa yang terjadi padanya hari ini. Yang jelas, ia sedang kehilangan mood untuk bercanda.

"Hehe, maaf-maaf" Anasnya yang melihat Acha sedang tidak mood itu langsung cengegesan tidak jelas.

"Lo kenapa, Cha? gak mood amat keliatannya" tanya Azalea serius namun ia tetap memakan telur gulung kesukannya.

"Sakit banget perut gue, Le"

"Pantesan, biasanya juga cerewetnya sama kayak si Anasya sekarang diem. Kayaknya mau didatengin bulan deh lo hari ini." sahut Alen yang sedang fokus membaca cerita wattpad.

"Eh, by the way, anyway, busway. lo kenapa tadi teriak-teriak gak jelas gitu, Sya?" Aurel yang tadinya sedang memandangi foto oppa-oppa koreanya itu langsung menatap Anasya lantaran kepo.

"Itu, gue barusan dapet informasi tentang yang tadi ngasih kalung ke si Acha. Gue tau namanya siapa." jawab Anasya menggebu-gebu.

"Siapa emang?" selak Acha cepat.

"Tadi katanya sakit, Cha, kok tiba-tiba jadi semangat gitu aduh." ejek Alen

"Ya, pengen tau aja." Acha pura-pura cuek dan tidak perduli, padahal di dalam hatinya, ia sangat ingin tau, siapa orang yang telah menemukan kalungnya tadi.

"Kenapa, Cha? ganteng ya yang tadi?" goda Reina menaik turunkan alisnya.

"Gak. Gantengan juga bapak gue."

"Ih kok jadi bahas bapak-bapak sih. Tadi kan gue mau ngasih tau siapa orangnya malah dipeanutin, bete ah." Anasya mencebikkan bibirnya kebawah lantaran kesal omongannya tidak didengarkan.

"Iya, Sya. Siapa sih namanya?" tanya Azalea.

"Namanya Jovan, kelas dua belas IPA."

"Ooh." jawab Azalea, Reina, Acha, dan Aurel serempak. Alen? dia masih fokus baca wattpad seakan tidak tertarik dengan apa yang sahabatnya itu bicarakan.

"Kok lo tau, Sya?" tanya Aurel kepo.

"Yaelah, Rel. Apasih yang dia gak tau, masalah beginian mah dia yang paling jagonya." Acha terkekeh geli melihat wajah Anasya yang terlihat cemberut tidak suka, karena perkataannya tadi.

KRING...KRING...KRING

Teriakan bahagia terdengar dari para murid, kenapa lagi kalo bukan karena mendengar bel pulang berbunyi.

Setelah memasukan alat tulis ke tas, Acha mengajak sahabatnya untuk ke depan gerbang bersama. Maklum saja, mereka ini pelanggan setia ojek online, kalau kata Reina sih "Tiada hari tanpa abang ojol ."

"Cha!" Teriakan Alen mengagetkan Acha, Azalea, Reina, dan Anasya membuat Acha menghentikan langkahnya yang baru saja ingin keluar dari gerbang sekolah.

"Kenapa?"

"Itu--"

"Kenapa sih, Len?"

"Itu, lo lagi dapet ya?" tunjuk Alen ke arah belakang rok Acha.

Acha yang panik langsung melihat roknya. "Aduh gimana ini gais, gue bocor" ucap Acha agak pelan.

"Nah loh, ada yang bawa jaket gak?" tanya Reina.

"Nggak, gue lagi gak bawa" jawab Aurel.

"Gue juga gak bawa." sahut Alen, Azalea, dan Anasya bersamaan.

"Aduh gimana dong, mana banyak banget." Acha tambah panik melihat keadaan rok abu-abunya yang sangat mengenaskan, ditambah lagi banyak orang yang melihat ke arahnya.

Mama, gimana ini. Acha malu. batinnya.

"Jangan panik, Cha. Tarik napas, buang. Tarik napas, buang." ucap Anasya sambil mempraktekan.

"Lo kira si Acha mau lahiran." sahut Reina.

"Ada apa ini, dek?" Suara laki-laki membuat acara debat dadakan antara Reina dan Anasya terhenti.

✉✉✉

To be continue...

An : Hayo itu siapa wkwk. gais gimana chapter kali ini? kalian suka gak? atau malah tambah gaje? komen ya😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PS [1] ; PhantasiaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang