02. morning call

838 123 5
                                        

Ketika fajar menyapa, pagi Sehun tidak jauh-jauh dari rutinitas bangun pukul lima, menyiapkan sarapan, membereskan rumah, lalu membangunkan Sara yang masih terlelap di balik selimut menunggu Sehun membangunkan wanita itu.

"Pagi sayang," Sapaan hangat menyambut Sehun yang baru selesai mandi, menemukan Sara sudah duduk manis di kursi meja makan.

Sehun mengecup puncak kepala Sara, lalu mengusapnya pelan. "Hm, pagi." Balas Sehun kalem, kemudian mendudukkan dirinya di sisi Sara.

Iris Sehun memicing, meneliti penampilan Sara yang sungguh jauh dari kata rapi. Rambut di kuncir asal, baju tidur masih melekat di tubuhnya, juga jangan lupakan leher putihnya yang penuh oleh tanda Sehun semalam. "Kau tidak mandi dulu?" tanya Sehun tidak habis pikir.

Sara menoleh pada Sehun, dengan cengiran khasnya lalu berkata. "Nanti saja." Lalu kembali melanjutkan menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Sehun sendiri tidak ambil pusing, hanya bisa menggeleng kecil dengan seulas senyum tipis, ikut memakan sarapannya tanpa ada niatan mendebat Sara yang selalu serampangan ketika berada di rumah. Berbeda dengan ketika wanita itu berada di luar rumah, anggun, penuh pesona dan dewasa.

Selang beberapa saat, Sehun kembali memulai percakapan bosan dengan kesunyian yang tercipta. "Bagaimana dengan tempat kerja?"

Sara yang tengah mengunyah terdiam sejenak, lalu mengambil beberapa lauk. "Tidak buruk, kemarin kami baru saja membuat kontrak dengan salah satu penulis ternama." Terangnya pada Sehun, terselip rasa bangga dari nada bicara Sara. Sehun sendiri menyadari hal tersebut.

"Kedengarannya itu cukup sukses, bisa menggaet penulis ternama merupakan sebuah keberhasilan." Tutur Sehun, satu tangannya mengusap lembut puncak kepala Sara. Ah, itu sungguh kebiasaan Sehun paling favorit.

Namun sejurus kemudian, ekspresi Sehun berubah mengernyit samar. "Ah, karena itu kemarin kau terburu-buru." tembak Sehun, yang sontak membuat Sara menoleh ke arahnya.

Sara menunjuk Sehun menggunakan sumpit di tangannya, "Bingo!" Senyum merekah di bibir Sara, "Benar, kemarin aku bergegas untuk menemuinya. Aku terlalu antusias." tambahnya lagi, mengakhiri acara makannya.

Sarapan pagi itu berakhir dengan Sehun yang menyarankan untuk merayakan keberhasilan Sara, yang telah menggaet penulis ternama. Obrolan ringan di sela-sela mencuci piring, keduanya yang berdiri berdampingan di dapur.

...

Suara yang berasa dari televisi, mengisi kesunyian ruang tamu di mana Sehun kini tengah duduk manis di atas sofa yang menghadap langsung dengan televisi. Kedua tangannya sibuk memainkan ponsel, mengabaikan televisi yang menyala, menayangkan sebuah acara komedi.

Namun, suara langkah kaki yang berderap menuruni tangga membuat Sehun dengan cepat menyimpan ponselnya di atas meja. Bahaya jika Sara memergokinya sedang membalas beberapa e-mail dari beberapa rekan bisnisnya. Khusus untuk hari ini Sehun sudah berjanji pada Sara untuk berlibur, mengingat kemarin keduanya gagal berkencan. Tentu kencan dalam artian seorang Han Sara adalah menonton TV, bersandar pada dada Sehun seharian, atau melakukan kegiatan di atas ranjang tentunya. Bukan jenis kencan yang sebenarnya.

Aroma tubuh Sara menguar memenuhi rongga dada Sehun menggelitik perutnya, menimbulkan sensasi yang begitu luar biasa ketika Sara mendudukkan dirinya di sebelah Sehun. Penampilannya yang terlihat lebih baik daripada sebelumnya, dengan kaos putih polos kebesaran milik Sehun, dan celana di atas lutut yang membalut tubuh Sara, dan jangan lupakan rambutnya yang setengah basah itu, sukses mencuri perhatian Sehun.

Kapan Sara tidak pernah terlihat memesona, dalam keadaan apa pun Sara-nya jelas selalu memesona meski tanpa sehelai pakaian pun di tubuhnya. Batin Sehun.

Sehun terlalu sibuk terpesona oleh eksistensi seorang Han Sara, sampai-sampai tidak menyadari jika Sara sudah mengambil ponselnya dari atas meja.

"Aku menyitanya, kau pikir aku tidak tahu kelakuanmu?" tutur Sara, memicingkan matanya dengan jarak pandang yang sangat dekat, sampai-sampai Sehun merasakan embusan napas Sara di wajahnya. "Tidak ada yang namanya pekerjaan kantor untuk hari ini, mengerti?"

Merotasikan matanya, Sehun lantas mengangguk mengerti. Jika sudah seperti ini, Sehun bisa apa lagi. Jelas Sehun tidak bisa menolak perintah dari Sara.

"Anak baik." Tambah Sara, mengabaikan Sehun yang tidak membalas ucapannya sama sekali. Mengusap lembut surai Sehun, persis seperti seorang Ibu yang tengah menenangkan anaknya.

Tidak terima atas perlakuan Sara, Sehun pun menarik tangan Sara yang berada di puncak kepalanya. Membawa pada bibirnya, mengecup punggung tangan Sara. Lalu menarik Sara untuk menyandar pada bahunya.

"Sudah, sekarang ayo kita menonton film. Atau aku akan membawamu kembali ke atas ranjang." Tutur Sehun, kembali fokus pada tontonannya.

"Mungkin, pilihan di atas ranjang terdengar tidak buruk juga."

Tetapi, gumaman pelan Sara memutus perhatian Sehun dari televisi. Dengan kening berkerut, menoleh pada Sara yang bersandar nyaman di bahunya.

Lalu, seulas senyum tipis tersungging di bibir Sehun. "Kau yakin?"

Berbeda dengan ucapannya beberapa saat lalu, Sara dengan cepat menjauhkan kepalanya dari bahu Sehun. Menatap Sehun dengan sorot tidak habis pikir.

"Bercanda, bercanda." Kata Sara kelabakan, lalu berdecak pelan. Irisnya kembali fokus pada film yang tengah berputar di dalam layar kontak depan sana, mengabaikan tatapan mata Sehun yang memancarkan kekesalan luas biasa.

Lalu kembali mengomel, "Jiwa humormu sungguh jelek."

Seharian itu, Sara juga Sehun menghabiskan waktu di sofa dengan camilan penuh di atas meja dan beberapa film yang berputar di televisi.

Sampai ketika senja mulai turun, dan matahari yang mulai sekarat kehilangan cahayanya. Derai tawa Sara memenuhi ruang TV, mengantarkan Sehun pada segala keegoisan yang selama ini selalu melekat pada dirinya jika sudah menyangkut seorang Han Sara.

Sehun hanya ingin, seperti ini selamanya. Hari ini, esok, dan selamanya. Sehun merasa baik-baik saja jika harus terpaku hanya pada satu titik selama hidupnya. Sehun hanya ingin menjadi lebih bahagia, itu saja.








It Ain't Me

Jangan lupa dukungannya, vote+komennya yaa 😊😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It Ain't MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang