It's Just

97 16 4
                                    

Kedekatan yang mereka jalin semakin hari semakin tidak bisa mereka definisikan. Kedekatan yang ketika orang lain melihat akan seperti kedekatan sepasang kekasih tapi bagi Jihoon dan Jinyoung, kedekatan mereka hanyalah sebatas teman.

Ya setidaknya itu yang ada dipikiran Jihoon sampai saat ini.

Tetapi semakin lama ia bersama Jinyoung, ia merasakan sesuatu itu kembali hadir diantara kedekatan mereka.

Cinta.

Ya, Jihoon sudah sering kali mengelak bahwa perasaan cinta itu tumbuh diantara dirinya dan Jinyoung. Trauma akan kejadian itu, masih menghantuinya setiap kali ia melihat Jinyoung. Meskipun ia sendiri masih tidak paham dengan apa yang terjadi sekarang, ia melihat Jinyoungnya kembali di dunia ini padahal sebelumnya ia telah melihat Jinyoungnya .. ah sudahlah Jihoon tak ingin mengingat kejadian itu lagi.

Yang terpenting sekarang adalah Jinyoungnya berada disini, disampingnya dan selalu ada untuknya seperti dulu dan Jihoon berjanji akan menjaga malaikatnya apapun yang terjadi.

Tetapi tidak dengan status yang lebih dari sekedar teman. Di dalam pikiran Jihoon, penyebab kejadian itu adalah dirinya karena ia berpacaran dengan Jinyoung dan ia telah bersumpah untuk tidak lagi berpacaran dengan Jinyoung meski mungkin nanti hatinya akan sakit bila ia harus melihat Jinyoung bersama dengan yang lain.

"Jadilah kekasihku Jihoon-ah."

Jihoon terdiam, tak memberikan balasan apapun karena ia mencoba untuk mengontrol detak jantungnya yang kembali berdetak lebih cepat.

"Aku tahu, ini terlalu cepat tapi aku yakin akan perasaan ini."

Jihoon menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. "Maafkan aku Jinyoung, aku tidak bisa."

"Kenapa ? apa aku mempunyai kesalahan ? jika iya, aku minta maaf."

"Tidak bukan itu."

"Lalu kenapa ? --

Apa-- apa kau sudah memiliki kekasih ?" tanya Jinyoung lagi.

"Tidak, aku-- aku tidak memiliki kekasih."

"Lalu?"

Jihoon kembali terdiam lalu ia menundukkan kepalanya dan tanpa ia sadari air matanya telah jatuh lagi.

Ada rasa senang sekaligus takut yang menyerangnya saat ini dan itu sama seperti yang ia rasakan waktu itu.

Jinyoung menyentuh dagu lalu mengangkatnya perlahan dan dapat ia lihat jelas lelehan air mata yang jatuh dari mata indah Jihoon. Jinyoung mengusapnya dengan ibu jari secara perlahan.

"Kenapa kau menangis ? maafkan aku jika pengakuan dan permintaanku ini membuatmu sampai menangis seperti ini. Aku akan-"

"Tidak, kau tidak salah. aku hanya terlalu .. takut."

Jinyoung menangkup kedua pipi Jihoon dan mengusapnya lembut serta menatap lembut manik indah milik Jihoon.

"Kau tidak perlu takut, ada aku disini. aku tidak akan pergi kemana-kemana tanpa seizinmu. kau percaya padaku kan ?"

Jihoon menatap kedua manik tajam milik Jinyoung dan ia menemukan kesungguhan disana, sama seperti saat ia menatap Jinyoung dulu.

Tuhan, jika ini sungguh kesempatan kedua ku yang kau berikan. aku berjanji tidak   menyia-nyiakannya. terima kasih.

Jihoon mengangguk dan senyuman manis muncul di kedua belah bibir manis.

Begitu pula dengan Jinyoung yang langsung tersenyum tampan dan merengkuh tubuh Jihoon.

Sequel : Time spent walking through memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang