chapter one

230 34 9
                                        

Seoul, 20XX

03.48 pm


Langit biru cerah yang tadinya menghiasi cakrawala ibu kota mulai gelap. Awan - awan kelabu menyusul dengan cepat, beriringan dengan bunyi petir menyambar - nyambar yang membangunkan Han Jisung dari lamunannya sore ini. Pemuda yang sedang duduk di meja kedua paling pojok di kelas melirik ke jendela yang terletak tidak jauh di kirinya. Ia menghembuskan nafas kasar, sambil mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan pada seseorang. Setelah berhati - hati agar tidak tertangkap basah Guru Seo yang sedang mengoceh panjang lebar tentang entah-apa-ia-tidak-tahu, ia kembali melakukan hal yang biasa ia lakukan di kelas.

Melamun.

Berpikir.

Memikirkan banyak hal.

Tidak ada yang tahu persis apa isi kepala seorang Han Jisung. Mungkin ia sedang berpikir tentang mengapa Guru Seo sangat bau sehingga saat pria paruh baya itu memasuki kelas, baunya tengik bukan main. Mungkin ia sedang mengingat - ingat apa nama judul lagu (baginya lagu itu cukup keren) yang ia dengar di minimarket tadi pagi saat membeli roti dan susu untuk sarapan. Mungkin ia sedang membuat teori tentang bagaimana bisa seseorang menciptakan (atau menemukan?) sebuah rumus matematika dan segala sesuatu yang rumit yang bersangkutan dengan itu. Mungkin ia memikirkan dan mengingat kembali video lucu yang minggu lalu ia tonton saat recess bersama Kim Seungmin, biasanya dia akan tesenyum kecil mengingatnya. Mungkin ia memikirkan bagaimana nasib penjaga warehouse yang kemarin malam ia tembak dengan alat pengejut. Oke, pikiran Han Jisung mulai melantur.

Ting.

Kriiing.

Ponsel Jisung dan bel sekolah tanda selesainya pembelajaran hari ini bunyi hampir bersamaan. Ia memasukan buku geografi— yang sama sekali tidak ia sentuh selama pelajaran—ke dalam tas, kemudian menunggu Guru Seo yang sedang menutup pembelajaran dengan basa basi dan tambahan pekerjaan rumah lagi. Tetapi, Han Jisung tidak peduli. Toh, dia tidak akan mengerjakan tugas itu. Ia mempunyai banyak pekerjaan yang jauh lebih penting. Jisung melirik jam dinding yang ada didepan ruang kelas. Waktu menunjukan sudah pukul 4 sore lebih 1 menit. Setelah teman - teman sekelasnya menjawab salam Guru Seo, Jisung langsung melengos pergi melangkahkan kakinya keluar dari ruang kelas geografi.

Ting

Ponselnya berbunyi sekali lagi. Jisung melihat notifikasi pesan yang baru saja muncul lalu bergegas memasukan kata sandi ponselnya untuk membalas pesan itu.

jemput aku sekarang

read 3.50 pm

why do i have to

whatever im omw

be there 5 mins top

3.55 pm

jisung, aku di lobby.

4.00 pm

cepat kesini

4.05 pm

ok. aku lagi jalan

read 4.06 pm

Jisung mempercepat langkahnya ke lobby sekolahnya, matanya mencari mobil sedan hitam yang ia duga akan menjemputnya. Tidak butuh waktu lama untuk menemukannya, ia mendekati mobil yang sangat familiar dan masuk lewat pintu belakang. Jisung melepas blazer hitam sekolahnya dan melempar tas sekolahnya kesamping.

jackpot (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang