one

7.9K 610 10
                                    

Lisa terbangun pada tidurnya, melirik jam pada nakas samping tempat tidur pukul dua malam lewat tujuh menit, yang artinya Lisa baru saja tidur satu jam. Ia menghela nafas, mengusap wajah dengan kedua tangannya.

Tok tok tok!

Lisa berjengit, kemudian dengan teeburu-buru menyibak selimutnya dan bangun dari atas kasur nyamannya itu. Ketukan dan suara bel dari pintu, adalah alasannya terjaga.

Lengannya memutar kenop pada pintu yang sudah di buka kuncinya terlebih dahulu. Pintu terbuka, menampilkan seorang pemuda yang sudah di penuhi lebam pada wajah tampannya itu.

Lisa menjadi panik, buru-buru gadis itu menarik lengan pemuda itu. Yang di tarik hanya menyengir dan memperlihatkan wajah tidak berdosanya. Lisa mendudukannya di atas sofa, lalu bergegas mencari sesuatu.

Mata berwarna coklat pemuda itu ikut bergerak searah dengan Lisa yang mondar mandir mencari sesuatu dengan panik. Lalu, ia terkekeh setelah sempat melirik ke bawah meja.

"Lis,"

Lisa menggerutu, tidak menjawab panggilan dari pemuda itu, "Aduh, di mana sih, kotaknya."

"Lisa,"

"Sebentar, Jungkook, belum ketemu."

Pemuda itu, Jungkook, terkekeh lagi sesaat sebelum meringis karena luka robek pada ujung bibirnya. Dengan hati-hati, ia berbicara lagi, "Lisa, kotak obatnya di bawah meja."

Barulah Lisa menengok, "Meja mana?" Jungkook menunjuk meja yang berada di depannya. Lisa menghela nafas lalu mengusap wajahnya seraya berjalan ke arah Jungkook.

Di letakannya kotak itu di atas meja kemudian mulai membersihkan dan mengobati luka pada wajah tampan di depannya ini.

Lisa ikut meringis saat dirinya mulai menekankan kapas beralkohol tersebut di wajah Jungkook, "Ini kenapa lagi?" Lirihnya. "Di hajar sama geng nya Kak Taeyong." Jawab Jungkook datar.

Lisa berdecak, sengaja di tekankan lebih kuat kapas itu di kulit Jungkook, membuat Jungkook meringis dan menjauhkan kepalanya, "Sakit, tau." Ucap Jungkook. "Karena lo ganjen ke Kak Jennie, kan?" Tebak Lisa.

Lisa kembali mengobati luka itu walau dirinya sebal dengan Jungkook. "Kak Jennie cakep, sih." Ucapnya. Lisa tidak membalas lagi, gadis itu sibuk dengan kapas dan wajahnya. Dengan telaten gadis itu mengobati luka-luka di sana, seperti sudah terbiasa. Bahkan kotak obat pun berada di bawah meja ruang tamu nya, seperti sering di pakai oleh gadis itu.

"Ini terakhir ya, lo dateng ke sini babak belur kaya gini," Ujar Lisa sambil menempelkan plaster di hidung mancung milik Jungkook, "Gue bosen ngobatin lo terus."

Jungkook tersenyum mengejek, membuat Lisa mendelik, "Apa?" Tanya nya galak. Akhirnya tawa Jungkook pun pecah, "Lo udah bilang kaya gitu seratus kali, Lis." Ia menunjukkan sepuluh jarinya kepada Lisa.

"Ya, pokoknya ini terakhir."

"Iya, iya."

Tidak ada lagi percakapan, keduanya diam.

Hanya terdengar suara jangkrik dan hujan rintik yang turun subuh ini. Cuaca sangat dingin saat ini, berbanding terbalik dengan kedua mata Lisa yang terasa panas sekarang.
"Kook," Panggil nya dengan suara bergetar, Jungkook diam tak merespon, hanya menunduk dan sibuk memandangi jari-jari kakinya.

"Kook, bisa nggak sih jangan kaya gini lagi? Stop ikut tawuran, berantem nggak jelas, gangguin cewe orang. Stop buat diri lo dalam bahaya." Air mata Lisa keluar begitu saja dan perlahan mengalir dengan deras.

Tanpa berbicara apapun, Jungkook bergerak untuk memeluk sahabatnya itu. Dia tidak bisa berbicara apapun saat ini, yang ia bisa lakukan untuk menenangkan gadis itu hanyalah memeluknya.

Namun, tangis Lisa semakin kencang saat berada di pelukan Jungkook. Lisa menenggelamkan kepalanya di dada bidang berlapis kaos hitam Jungkook, kedua tangan Lisa melingkar di tubuh Jungkook.

Di peluknya erat-erat pemuda Jeon itu, seakan tak ada hari esok. Memang begitu, Lisa selalu takut kehilangan Jungkook.

"Gue khawatir, ngerti nggak sih lo, bodoh?" Ucapnya di sela isakan. Jungkook tetap diam, satu tangannya di pakai untuk mengusap lembut kepala Lisa.

"Berhenti ngelakuin hal bodoh yang buat lo bahaya. Udah cukup kejadian yang buat lo koma waktu itu, gue nggak mau ada kejadian lagi."

"Iya, maaf." Hanya itu yang bisa Jungkook ucapkan.

Lama Lisa menangis di pelukan Jungkook sambil mengoceh betapa pentingnya keselamatan untuk diri sendiri kepada Jungkook. Yang Jungkook lakukan hanya mengangguk, lalu berakata, "Iya." lalu, "Oke." atau, "Maaf."

Hingga Lisa pun lelah dan tertidur di pangkuan Jungkook.

Jungkook mengulas senyum pada wajah tampannya itu, menatap lembut Lisa dan mengelus kepalanya penuh sayang.

"Maaf selalu ngerepotin, makasih udah mau ngobatin gue yang babak belur mulu," Jungkook tertawa sebentar, "Gue nggak tau lagi mau ke siapa, cuma lo yang selalu sedia dan selalu siap bantu gue."

"Geli sebenernya ngucapin ini, but thank you udah jadi sahabat, kakak, dan sekaligus Mama buat gue, Lis. Beruntung banget gue yang brengsek ini dapet sahabat yang punya hati malaikat kaya lo." Kemudian ia terkekeh lagi karena merasa geli dengan ucapannya sendiri, lalu menyenderkan punggungnya di sofa dan menyusul Lisa ke alam mimpi.

Yang sebenarnya Lisa belum benar-benar terlelap, merasa tersentuh dan sakit di saat yang bersamaan pada hatinya.

H O M E

Hi, guys. Story baru nih, hehe, semoga suka♡

Next?

home | jeon jungkook ft lalisa manobanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang