Makanannya tidak ia habiskan, susunya juga ia sisakan setengah. Cia tak nafsu makan, perasaan juga tak karuan. Lukas yang duduk di sampingnya jadi memerhatikan, tapi tak ingin bertanya karena ada mama dan papanya juga di sana.
Setelah menunggu Lukas selesai, keduanya beranjak untuk berangkat bersama. Ini memang bukan kali pertama, namun rasanya ada yang aneh mengingat sikap Jeje kemarin dan postingannya tadi malam.
Ada rasa kecewa tentu saja, mereka berteman cukup lama tapi sepertinya hubungannya tak sedekat itu untuk sekedar berbagi.
Buktinya Cia tidak tahu siapa orang yang disukai Jeje.
Cia memang setidak peka itu untuk menyadari hal-hal yang terlalu jelas di depan matanya.
Baru saja ingin naik ke atas motor Lukas, suara klakson dari arah belakang membuat keduanya menoleh.
Cia kaget, begitu pula Lukas yang kembali melepas helmetnya. Jeje muncul secara tiba-tiba setelah memberi tahu Lukas bahwa ia akan menjemput calon pacarnya hari ini. Pemuda berseragam SMA itu turun bersama kakaknya yang masih bingung harus bereaksi seperti apa, sedang Jeje menghampiri keduanya dengan wajah biasa.
"bukannya bang Jeje mau jemput pacarnya ya, nggak jadi?" tanya Lukas membuka suara.
Jeje diam, menatap Cia yang kelihatan bingung. "iya nggak jadi" sahutnya masih menatap Cia mengabaikan ekspresi heran Lukas.
"yaudah, kalo gitu gue berangkat deh. Titip kak Cia ya, duluan!" serunya beranjak meninggalkan mereka berdua di sana.
Jam menunjukkan pukul 10.10 pagi. Lisa keluar kelas setelah menyelesaikan 2 sks mata kuliah umum. Ia lapar, maka tujuannya adalah kantin. Saat berjalan sendiri, tiba-tiba sesorang mengejutkannya dengan menutup mata Cia dari arah belakang. Gadis itu sudah ingin berteriak saat Kim berbisik ketelinganya.
"Ih! Ngangetin" serunya kesal, membuat Kim hanya terkekeh di sana.
"keajaiban dunia" ucap Kim singkat.
"apanya?" tanya Cia tak paham.
"lihat lo nggak bareng sama Jeje"
"kita beda kelas pagi ini" sahut Cia jadi murung. Tidak, bukan karena mereka di kelas yang berbeda, hanya saja sejak pagi tadi keduanya jadi canggung bahkan hanya untuk memulai obrolan. Mengingat hal itu membuat Cia jadi tak enak hati.
Melihat hal itu membuat Kim paham dan tak ingin membahasnya lagi. Pemuda itu hanya mengajak Cia ke kantin untuk makan bersama, karena memang lapar jadi Cia menyetujuinya saja.
Keduanya berjalan beriringan. Kim dan Cia tak sadar bahwa sedari tadi mereka diperhatikan. Jeje yang sudah ingin menghampiri Cia dengan membawakan burger di tangannya jadi urung, dan membiarkan saja keduanya berlalu.
"Nih, buat lo aja!" seru Jeje saat Rio lewat di hadapannya. Mendapatkan dua burger gratis tentu saja tak di sia-siakannya, jadi Rio dengan senang hati menerimanya dan pergi dari sana.
Jeje menghela nafas. Harusnya ia bisa bersikap biasa saja, tapi setelah sadar akan perasaannya sendiri. Segalanya jadi terasa rumit, apa persahabatannya akan berujung perpisahan setelah ini?
Jeje tak tahu.
.
.
.
.
.
[Jecia Relationship-TBC]
Tiga chapter sekaligus setelah hiatus beberapa waktu. Dan cerita ini pun akan berakhir cepat, mungkin beberapa chapter lagi. Bukan karena aku udah nggak suka Jaelis. Suka, perasaannya akan tetap sama. Hanya saja, aku nggak sadar bikin karakter mereka berdua terlalu cheesy. It's not my style, tbh wkwkwk...
Nggak sanggup kalo harus melanjutkan ini lebih panjang lagi.
YOU ARE READING
Jecia Relationship (JJH x LM) | [Completed]
Fiksi PenggemarApa jadinya jika dua insan berbeda jenis itu menjalin hubungan manis dan romantis hanya dengan ikatan persahabatan? "Aku mau sama kamu terus, boleh?" "Kamu memang harus sama aku terus!" Jeje + Cia = Jecia