Sepatu

39 6 2
                                    

Kau tau, rasanya mencintai dia yang hanya menganggapmu sebagai sahabat? Apa serumit itu memiliki rasa pada sahabat sendiri? Selalu bersama sedari kecil hingga sekarang. lalu tiba tiba, kau mencintai dia?
Kedengaran konyol bukan? Dan sekarang aku terjebak dalam posisi itu, posisi mencintai sahabatku sendiri.

Dan di sinilah aku sekarang, di depan rumah lelaki yang aku cintai dalam diam agar kita tetap menjadi sahabat.

"Eh, ra. ngelamun aja lo. mikirin apaan sih?!" tanya Reza yang melihat sahabatnya melamun sedari tadi.

"Gue ngelamun? Ahhh masa sih? Engga deh kayaknya hahaha," jawab Rara mencoba menutupi rasa gugupnya.

"Lah si ogeb, lo tuh dari tadi gue ngomong ini itu lo diem aja nggak ngerespon. itu apa kalo bukan ngelamun," sanggah Reza kekeuh.

"Ya sorry kalo guenya ngelamun, emang lo tadi ngomong apaan, Za?" Tanya Rara yang penasaran dengan apa yang Reza bicarakan lagi.

"Emm anu itu--"

"Apaan si anu itu gak jelas lo mah," jawab Rara malas karena kebiasaan sahabatnya kalo mau ngomong penting selalu begitu.

"Eh, anjir. jangan di potong dulu dong ah," sewot Reza.

"Ya lo apaan sih, kalau ngomong emm, itu, anu. Bikin males dengerinnya, bege," jawab Rara sambil minirukan gaya Reza

"Gini, gue penasaran sama ketua kelas lo yang manis itu loh, kayanya gue suka deh sama dia," ucap Reza to the point dan itu membuat Rara terkejut.

Sabar Ra sabar, lo nggak boleh gitu.

"Eh, Ra. anjir diem mulu lo. lagi mikirin apaan sih?!" jawab Reza yang kesal karena Rara tak kunjung menjawab pertanyaannya.

Gue lagi mikirin lo bego. Kenapa gue bisa suka sama lo, Batin Rara.

"Ehh engga kok gak mikirin apa apa," alibi Rara.

Reza memicingkan matanya tak yakin. "Gue tahu lo dekat sama ketua kelas lo itu jadi sebagai sahabat yang baik, lo wajib bantu gue dapatin si manis Clara."

Dalam hati Rara mengutuk. Tak tahukah kalau perhatian Rara selama ini melebihi dari kata sahabat? "Lo usaha sendiri lah masa minta bantuan gue, gak gentle amat lo jadi cowok," tantang Rara dan dia berharap Reza menolak idenya itu.

Reza tampak terdiam sesaat. "Oke, gue akan usaha duluan dan kalau gue jadian dengan Clara, gue janji bakalan traktir lo pizza porsi doble," ucap Reza sambil menatap Rara.

"Serah lo aja," sahut Rara malas. Tak tahukah Reza kalau Rara kini tengah menangis dalam hati?

***

Rara menggigit bibir bawahnya saat Reza memberitahu kalau dirinya telah resmi berpacaran dengan Clara. Usaha pendekatan Reza yang sangat gencar hingga berhasil meluluhkan hati Clara.

Rara hanya bisa tersenyum pedih mendengar hal itu. Bibirnya boleh berkata 'selamat' pada Reza tapi hatinya patah dan terluka sangat parah.

"Muka lo lecek banget kayak kertas ulangan sejarah gue," ucap Reza saat main ke rumah Rara.

Rara mencebikkan bibirnya kesal. "Makanya lo belajar yang bener," ejek Rara pada Reza yang malah tergelak.

"Haha susah ya becanda sama orang pintar kayak lo," ucap Reza.

Sepatu tak selamanya bersama.

"Lo mikirin apaan sih?" tanya Reza penasaran.

Rara tersenyum tipis. "Bentar lagi UN dan gue udah netapin kampus mana yang mau gue tuju," ucap Rara tiba-tiba.

"Lo milih UI kan atau ITB? setahu gue cuma dua kampus itu yang jadi incaran lo," ucap Reza yakin.

Rara hanya tersenyum melihat ekspresi Reza. "Kalau gue bilang jawaban lo salah gimana?"

Reza menatap Rara. Sepertinya ada hal tak beres di sini. "Btw gue ngerasa kok lo menjauh ya dari gue! Gak kayak lo yang biasa gue kenal."

Rara hanya terkekeh menyamarkan rasa sakitnya.

"Tapi sumpah Ra, lo tuh aneh banget. Biasanya gue becanda kayak tadi reaksi lo pasti heboh. Ini melempem kayak kerupuk," jelas Reza.

"Maksud lo apaan sih," Rara nyengir konyol menanggapi tanggapan Reza yang memang benar adanya.

"Atau karena Clara?" Tebak Reza dengan tepat.

"Lebih baik kita fokus ke UN dulu dan mari bicarakan hal ini setelah UN. Okey," ucap Rara penuh harap pada Reza.

Please, untuk kali ini biarin gue egois. Gue pengen bahagia meski sekejap.

Rara pun memeluk Reza singkat lalu menepuk pundak Reza pelan.

***

Tak terasa UN telah usai dan Rara ternyata benar-benar menghindar dari Reza. Janji yang diucapkan oleh Rara telah diingkari oleh Rara sendiri.

Rara hanya bisa memandang sedih ke arah Reza dan Clara yang tertawa bahagia merayakan kelulusan mereka. Padahal Rara ingin sekali ke sana dan ikut mencoret-coret baju Reza seperti yang mereka lakukan saat SMP dulu.

Maaf, Za. Terserah kalau lo mau bilang gue egois, batin Rara.

Akhirnya Rara beranjak dari sana dan mencoba menguatkan hatinya. Karena besok dia akan terbang jauh menuju Jepang. Meninggalkan sahabatnya yang telah bahagia dengan Clara.

Keesokan harinya, Rara telah siap. Seluruh persiapan untuk kuliah di Jepang telah ia siapkan sejak jauh-jauh hari. Rara juga membawa fotonya dengan Reza beberapa bulan sebelum Reza resmi pacaran dengan Clara. Rasa sedih itu kembali menyeruak lagi.

"Selamat tinggal, za," pamit Rara dalam hati.

Mobil yang membawa Rara telah tiba di bandara dan hanya menunggu jadwal penerbangannya. Ketika suara pengumuman yang mengatakan pesawatnya akan take off. Rara pun segera menuju gate . Sebelum Rara tiba, ternyata Reza mengejar dirinya.

"Lo kenapa pergi ke Jepang gak kasi tau gue sih," Reza merasa kesal kepada Rara.

"Lo udah bahagia sama Clara dan gue gak mau merusak hubungan lo," ucap Rara. Rara tersenyum tipis sebelum masuk. "Gue sayang sama lo melebihi sayang sebagai sahabat. Gue cinta sama lo, Za." Akhirnya Rara mengatakan rahasia terbesarnya pada Reza. "Bye, semoga hari-hari lo menyenangkan."

Rara pun segera masuk karena pesawatnya akan segera take off. Dia tak tahu bagaimana ekspresi Reza. Yang Rara sekarang tahu adalah bebannya sedikit berkurang.

Semua berakhir. Akhir dari segalanya. Bahkan sepatu dengan legenda selalu bersama, Tak berlaku untuk mereka. Semua telah berakhir. Tanpa belas kasih saling menjauh. Mencoba menjauh dari luka yang semakin dalam.

Dengan langkah pasti, Rara pergi menjauh. Menjauh dari semua rasa sakit, menjauh dari segala rasa yang seakan membunuh apapun.

Selamat tinggal, Reza.

***

Penulis:

• Alviana Ayu salsabila
• Maya Sylvia mizuharareya

FRIENDZONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang