Aaron, My Future Friend

49 9 3
                                    

"Kamu tahu kenapa persahabatan kita awet seperti ini?"

"..."

"Karena ada Cinta di dalamnya."

***

Nana menatap kosong ke arah balkon rumah sebelah. Ia merasa kehilangan. Sosok yang biasanya bermain biola disana, kini tak lagi terlihat.

Ada yang hilang. Padahal sosok itu baru saja keluar rumah setengah jam yang lalu. Tapi kenapa ia merindukannya sedalam ini?

Tidak, tidak boleh. Nana menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. Ia tidak boleh memikirkan tentang rasa cintanya pada Aaron, sahabat karibnya.

Nana sendiri yang mengirim Alin pada Aaron. Ia membantu  Alin agar gadis itu bisa dekat dengan Aaron. Tapi kenapa ia segelisah ini?

Nana masuk ke dalam kamarnya. Ia merebahkan badannya dengan gerakan lemah. Ini keputusannya, Alin lebih cocok jika bersanding dengan Aaron. Cintanya pada Aaron hanyalah sementara, mungkin. Hanya karena Aaron-lah yang sering bersamanya bukan berarti Aaron adalah seseorang untuk masa depannya. Perasaan Aaron juga pasti hanya menganggap dirinya sebagai teman. Harus ia sebut apa ini? Jebakan batman? Tidak, ini yang mereka sebut dengan _friendzone_.

Semakin Nana menyangkal perasaannya, semakin kalut pula dirinya. Ia merasa takut, takut benar-benar kehilangan Aaron. Dengan begitu, Aaron akan jarang menghabiskan waktu bersamanya. Sudah cukup kejadian setahun yang lalu, saat Aaron memutuskan berpacaran dengan Winda, sepupu Nana.

"Arggghhh..!! Aku tidak tahan lagi!" Kesal Nana.

Gadis itu beranjak dari kasusnya dan buru-buru keluar dari kamarnya.

"Na, mau kemana? Beli in abang bakso, ya?" Tanya abangnya, Nino yang sedang menonton serial azab.

"Nana mau ngejar cinta, bang!" Seru Nana sekaligus bermaksud menolak permintaan abangnya.

"Na, jangan lupa minta beli in bakso sama adik ipar gue, ya?" Nino tak mau kehilangan kesempatan untuk menikmati bakso sore ini. Dia tahu, tentang Nana dan Aaron yang terlihat seperti sahabat, tapi dimatanya mereka seperti orang yang sedang jatuh cinta.

Nana tidak peduli dengan teriakan abangnya. Saat ini ia hanya ingin bertemu dengan Aaron.

Nana tiba di depan restoran "Haneul Resto". Ia masuk dengan tergesa-gesa. Tapi, sayangnya tak ada sosok yang ia cari. Kemana Aaron dan Alin?

Nana tak menyerah. Ia mencari ke taman kota. Tempat yang paling strategis untuk mengucapkan perasaan, bukan? Mencari ke sudut- sudut taman bukanlah hal yang mudah. Nana benar-benar berniat dengan besar.

Nana akhirnya bertemu dengan Aaron. Seorang diri. Kemana Alin?

"Aaron?" Panggil Nana ragu.

Pria yang sedang menunduk itu akhirnya menegakkan wajahnya begitu mendengar suara Nana. Ia beranjak dari bangku taman.

"Lho, Na? Ngapain kesini?" Tanya Aaron heran.

"Kamu kenapa sendirian? Alin mana?" Nana malah balik bertanya.

Aaron menghela napas panjang.

"Dia pulang," sahutnya singkat.

Nana menunduk sedih. Sepertinya ia sudah terlambat. Aaron pasti sudah menerima cinta Alin.

"Oh gitu, aku pulang, ya" entah kenapa justru kata-kata itu yang keluar dari mulut Nana.

Gadis itu buru-buru membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari Aaron.

FRIENDZONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang