KETIKA DITINGGALKAN

94 6 3
                                    


Ternyata, menjadi seseorang yang baru saja kehilangan sebelah hati bukan hal yang mudah untuk dijalani, apalagi ketika yang menjadi alasan kehilangan adalah ada hati lain yang datang kemudian merebut. Dan pada akhirnya aku sendirian yang harus kalang kabut.

Dan ini adalah suatu kebodohan, ketika aku sudah memberikan sedalam-dalamnya perasaan, menghadiahkan sebesar-besarnya kenyamanan, lalu dengan begitu mudah kamu berpindah hati, tanpa peduli bagaimana jika aku kamu tinggal sendiri.

Namaku Rara, dan aku adalah seorang Costumer Service di sebuah bank swasta berusia dua puluh delapan tahun yang baru saja patah hati karena ditinggalkan oleh seseorang yang beberapa waktu lalu sempat melingkarkan cincin di jari manis tangan kiri ku.

Dia lebih memilih pergi dengan seseorang yang lain daripada duduk bersanding denganku di pelaminan. Hanya berjarak beberapa bulan dari rencana pernikahan yang sudah dipersiapkan sedemikian matang, kemudian membuat rencana pernikahan lain yang benar-benar tak pernah aku sangka.

Terbiasa tanpamu mungkin hanya perkara waktu, dan akan lebih cepat jika aku berusaha untuk tak mengingat. Dan akan lebih mudah jika aku menjauhkan diri dari kata menyerah.

Begitu saja, bukan?

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?"

Seperti biasa, hari ini aku sudah duduk selama hampir tiga jam di kursi kerja ku. Lebih tepatnya, kursi di belakang meja berwarna abu-abu dengan sebuah komputer diatasnya. Melayani orang-orang yang tak pernah berhenti datang untuk berbagai keperluan.

"Siang, Mbak. Saya mau buka rekening." Jawabnya, seorang wanita yang mungkin berusia jauh lebih muda dariku.

"Baik. Bisa minta fotokopi KTP nya, biar saya masukan data-datanya dulu. Sambil menunggu silahkan isi formulir ini,"

Aku menyerahkan blanko yang mengharuskan nasabah mengisinya dengan data-data pribadi semisal nama lengkap, tempat tanggal lahir, nama ibu kandung dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Bagaimanapun hancurnya duniaku sekarang, atasan jelas tidak ingin itu menjadi sebuah alasan. Mereka tentu tidak ingin pekerjaanku terganggu karena masalah pribadi, yang nantinya akan membawa kerugian pada perusahaan.

Dalam dunia professional, tidak ada toleransi bagi sebuah patah hati.

Ketika kamu memutuskan untuk tidak lagi menjalin hubungan denganku, berarti yang harus aku lakukan adalah tak perlu menangisimu dengan berlebihan. Bukan karena aku tak mencintaimu, bukan. Tapi karena aku tahu menangisimu hanya akan menambah luka saja.

Ya, jangan pikir aku tidak terluka setelah kamu pergi begitu saja.

Luka ada, bahkan dimana-mana dan cukup perih juga. Tetapi aku memutuskan tetap tersenyum ketika kamu mulai melangkah berdua.

Bukan denganku, tetapi dengannya.

Sambil menunggu nasabah itu selesai mengisi blanko, jari-jariku sibuk memencet huruf-huruf di atas keyboard. Mengisi data lain yang tidak boleh terlewatkan satupun, syarat wajib untuk setiap pembuatan nomor rekening yang baru.

"Ini, Mbak. Sudah selesai,"

Aku menerima kembali blanko yang disodorkan oleh orang itu.

"Saya cek sebentar ya,"

Kulihat calon nasabah baru itu mengangguk, lalu kemudian mengedarkan pandangannya ke beberapa sudut ruangan tempat kerjaku. Membiarkanku meneliti apa-apa yang baru saja dia isi.

Ada beberapa yang ternyata dia biarkan kosong, mungkin karena tidak tahu harus di isi dengan apa. Selama empat tahun menekuni pekerjaanku ini, aku bertemu dengan banyak tipe calon nasabah yang memiliki karakter berbeda-beda.

SUARA-SUARA SETELAH KAMU PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang