SEBELUM dan SETELAH

33 1 0
                                    


Sebelum kamu datang, aku adalah seseorang yang periang. Setelah kamu datang aku menjadi seorang penyayang. Dan setelah kamu menghilang, aku menjadi seseorang yang selalu bimbang.

Begitulah, apa yang terjadi kepada diriku dan melibatkanmu, kalau kamu merasa masih tak berpengaruh apa-apa dalam duniaku, mungkin karena memang kamu bukan seseorang yang bisa menyadari tentang kekeliruan.

Kami berdua berbicara banyak hal tentang masa-masa ketika aku ditinggalkan, dengan hisapan rokok-rokok yang semakin memenuhi asbak keramik berwarna putih. Cokelat dalam cangkirpun hampir tandas masuk ke dalam lambung.

Bersamaan dengan kisahku yang juga tak pernah bertemu ujung.

"Jadi, wanitamu pergi karena harus menuruti perintah orang tuanya?"

Harus ku akui bahwa perempuan dihadapanku ini adalah seorang pendengar yang baik. Kita baru saja berkenalan akan tetapi aku sudah bisa menerka bahwa dia adalah seseorang dengan sifat yang menyenangkan.

Neva tidak memotong kecuali aku yang memberinya tanda agar menanggapi.

AKu tersenyum sejenak sebelum menanggapi pertanyaannya, "Dia bilang begitu. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah karena memang dia benar-benar jatuh cinta kepada pria pilihan orang tuanya itu."

"Darimana kamu tahu?"

"Dari matanya ketika dia berbicara denganku. Aku bisa melihatnya bahwa tatapannya saat itu sudah tidak lagi tertuju padaku. Terlihat sangat jelas. Andai saja waktu itu kamu ada disana dan melihatnya, aku yakin kamupun akan membenarkan ucapanku."

"Begini," aku menjeda kalimatku untuk menyalakan rokok kesekian yang menemani obrolan kami.

"Ketika kami berbicara berdua untuk terakhir kalinya waktu itu, dia selalu menatap ke arah lain. Itu adalah hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya, bahwa dia selalu berbinar-binar ketika bertemu dan menghabiskan waktu denganku. Ketika itu aku yakin bahwa perasaannya masih ada."

"Mungkin saja itu karena dia merasa bersalah kepadamu,"

"Yaa, merasa bersalah karena perasaanya sudah berpindah."

Jawabku, kemudian aku menghisap lagi rokok dan menghembuskan asapnya memenuhi udara. Belakangan aku menjadi lebih banyak merokok dari sebelumnya.

Nyatanya, aku pernah menjadikanmu pegangan kuat untuk hidup sepenuh-penuhnya kepercayaan. Ketika kamu memutuskan untuk pergi, ketika itu aku seperti kehilangan salah satu kaki.

Kalau orang-orang menganggap apa yang aku ungkapkan terlalu berlebihan, nyatanya memang sejak awal aku sudah berlebihan dalam memberi perasaan. Jadi saat aku ditinggalkan, ya memang hancur berantakan.

Pasti setiap manusia yang memiliki cinta akan merasa seperti itu ketika ditinggal dengan tiba-tiba.

"Yang jelas sekarang aku berubah dari yang sebelumnya periang menjadi manusia yang sering bimbang."

Neva menghela napas singkat, "Sebenarnya semua tentang kesedihan hanya sekedar masalah waktu yang tidak perlu buru-buru untuk kita paksa segera mengering. Karena menurutku, setiap ada luka yang tercipta pasti juga akan ada pelajaran yang membalutnya. Dan aku yakin ketika nanti kamu sudah bisa mengerti kenapa Tuhan mengharuskan kamu melewati cerita ini, kamu akan menjadi manusia yang lebih periang dari sebelumnya."

Suara tembakau yang terbakar meningkahi obrolan kami dikala semakin sepinya suasana malam. Entah mengapa aku merasa enggan untuk mengakhiri pembicaraan, hatiku merasa bahwa orang yang ada dihadapanku saat ini adalah orang yang diutus Tuhan untuk meringankan beban.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUARA-SUARA SETELAH KAMU PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang