Siang itu begitu membakar kulit ketika Arjun pulang dari sekolah dengan langkah setengah berlari. Dia berharap dengan melakukan hal itu dia akan cepat sampai di rumah. Mengingat perutnya sudah keroncongan. Tanpa disadarinya, saat berada di tikungan, dia menyenggol dan menabrak seorang lelaki yang sedang bermuram durja.
Arjun tersentak, karena dia merasa mengenali wajah orang itu. Dia lalu bertanya pada orang itu, "Kang Anwar? Kang Anwar teh kenapa? Kok wajahnya ditekuk gitu?" Sambil menelungkupkan kedua tangan ke wajahnya, dia menjelaskan bahwa gerobaknya rusak dan hancur akibat terserempet motor yang melaju kencang. Arjun tergugu. Tak lama kemudian, wajahnya bersinar dan mengatakan pada Kang Anwar agar tak usah risau dan cemas akan nasibnya. Dihiburnya Kang Anwar yang sedah sedih itu dengan berkata, "Kang, aye akan bantu akang. Tunggu saja di rumah." Kang Anwar terbelalak. Tak percaya apa yang telah didengarnya. Seolah tahu apa yang dipikirkan Kang Anwar, Arjun kembali menegaskanny dan Kang Anwar pun mengiyakan perkataannya itu. Setelah itu, mereka berpisah.
Beberapa jam berlalu ketika Kang Anwar tiba di gang menuju rumahnya. Sampai pintu gerbang, Kang Anwar terkesima. Dia mengerjap-erjapkan matanya. Lalu, dia menghampiri sebuah gerobak yang sudah ada di teras rumahnya. Ini teh beneran? Arjun gak bohong. Gumamnya. "Tentu saja aye gak bohong, Kang Anwar. Ini adalah tanda cinta kasih dari kami, yang telah Akang bantu melalui bubur ayam yang kami nikmati." Tiba-tiba, Arjun sudah ada di hadapannya. Refleks, Kang Anwar melompat dan memeluknya. Dia sangat berterima kasih pada Arjun. Rona kebahagiaan pun menghiasi angkasa malam itu.
Bilik Kangen, 2-1-2018 08:30 AM