Ketegangan terjadi saat para tamu yang hadir di Mocchacinove Cafe mencicipi hidangan yang disajikan. Keringat dingin mengalir deras seperti air sungai. Namun, ketegangan berangsur-angsur hilang ketika melihat garis lengkung tercipta di bibir mereka.
Ada yang memuji bahwa masakanku luar biasa enak disertai dengan acungan jempol. Ada pula yang mengusulkan kalau aku diangkat jadi kepala koki di cafe itu. Sontak, hal itu membuat hati berdetak lebih cepat dan wajah pun mulai memanas karena malu dan bangga.
Aku hanya terdiam dan tersenyum. Akhirnya, jerih payahku untuk menjadi koki dadakan terbayar lunas. Usahaku tidak sia-sia. Dalam hati, aku sangat berterima kasih pada Pak Gatot yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaannya untuk menggantikannya memasak. Kini, bila ada yang menantang untuk jadi koki dadakan lagi, dengan lantang akan kukatakan, "Jadi koki dadakan? Siapa takut!"
Bilik Kangen, 2-1-2018 10:30 AM