Siapa Namamu

312 18 7
                                    

***

Semburat matahari bersinar
Burung-burung berkicauan
Aurum terbangun dari bunga tidurnya
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba

"Hoaemmm!" seru Aurum terbangun.

"Aurum sudah bangun nak?" ujar Bunda spontan melihat ke arah kamar Aurum.

"Sudah, Bun! Aduh, kok bunda ga bangunin aku, sih?" gerutu Aurum.

"Kamu udah bunda bangunin tetep aja ngorok," ucap Bunda bersikukuh.

"Udahlah, Aurum mandi dulu!" bentak Aurum sambil berjalan gontai ke belakang.

***

Hari ini adalah awal kehidupan sekolah Aurum di tingkat atas. Hari yang paling ditakutkan oleh Aurum. Ia masih mengakui bahwa dia anak SMP, mengingat pesta kelulusannya dulu. Bisa dibilang dia belum bisa move on. Jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit. Bisa dibilang Aurum sudah telat. Pak Bani selaku supir pribadinya, menghampiri Aurum untuk mengajak bergegas berangkat ke sekolah. Di perjalanan Aurum terlihat pesimis.

"Aku takut ga bisa temenan sama temen baru, Pak," ujar Aurum kepada Pak Supir.

"Loh, temen-temenmu 'kan juga belum pada kenal. Gapapa dong," balas Pak Supir.

"Okedeh, Pak," gerutu Aurum.

***

Tak disadari gerbang sekolah sudah di depan mata. Mata Aurum terbelalak tak percaya. Ia pun pamit kepada Pak Supir dan berjalan gontai masuk ke dalam sekolah. Terlihat banyak anak yang sudah berkenalan. Mungkin ini hanya karena Aurum telat. Ia berpikiran pesimis karena juga Aurum adalah seorang yang introvert.

"Fix, aku bakal mojok di belakang kelas," batin Aurum pesimis.

Aurum pun masuk ke dalam kelas dan melihat hanya tersisa satu kursi kosong di pojok belakang kelas. Ternyata, ada satu laki-laki cukup tampan yang duduk di salah satu bangkunya. Aurum sejenak terdiam. Lantas memikirkan yang tidak-tidak.

"Rencana Tuhan emang bagus ya," batin Aurum setengah menyengir.

Setelah dirasa teman-teman sekelas mulai memusatkan perhatian kepada Aurum, ia pun tersadar dari lamunannya. Aurum pun melangkah maju ke kursi yang membuat hatinya berbunga-bunga. Ia pun terduduk dengan sopan dan bisa dibilang pencitraan.

"Halo, namamu siapa?" sapa laki-laki semeja Aurum.

"Hai, na-namaku Aurum," balas Aurum dengan sedikit terkejut.

"Salken yaa, namaku Rizky," ujar Rizky dengan ramah.

"Omg! Parah sih ini," batin Aurum dengan sedikit meleleh.

Hentakan penggaris guru MTK membuat mereka mengalihkan perhatian sejenak. Mereka berdua pun mengikuti pelajaran dengan tegang walaupun tadi sudah berkenalan. Ternyata, mereka menjadi sorot perhatian teman-teman sekelasnya.

"Bruukk!" suara tas Aurum terjatuh.

"Eh, tasku!" seru Aurum setengah terkejut sambil meraih tasnya.

Rizky pun terkejut dan langsung menoleh ke arah tas Aurum. Ia pun sontak meraih tas Aurum tersebut. Terjadilah adu tatap seperti pada di sinetron.

"Eh maaf, Riz. Ngerepotin jadinya," ucap Aurum dengan tersipu.

"Oh? Ya, gapapa kok," balas Rizky dengan cool.

"Aduh, kok aku jadi deg-degan gini ya?" batin Aurum.

***

Teman-teman sekelas Aurum membuat ia mengalihkan perhatian. Aurum tersipu malu. Sebenarnya, Aurum punya paras yang lumayan. Ia takut image nya akan turun. Lambat laun, ia tersentak karena mendengar suara bel istirahat.

"Huh, udah ga dapet temen, ditinggal di kelas sendirian lagi," gerutu Aurum.

Aurum pun dengan berat hati melangkahkan kakinya ke koridor sekolah. Ia pun berjalan kesana kemari tak tentu arah. Teman-teman sekelasnya tidak menghiraukan Aurum. Dan akhirnya ia menemukannya setelah memutar sekolah 7 keliling. Ia tidak tahu bahwa Rizky mengikutinya dari belakang.

"Dor!" seru Rizky mengagetkan Aurum.

"Aduuh, siapa sih?—" seru Aurum setengah kaget.

"Masa kamu lupa?" balas Rizky dengan polos.

"Oh, Rizky! Kamu kenapa di sini? Temenmu mana?" ucap Aurum dengan 'sok' cool.

"Aku mau ke kantin nih, tapi ga ada temen," balas Rizky sedikit berbohong.

"Lah, kok nasib kita sama?" batin Aurum setengah curiga.

"Yuk, ngantri! Jangan ngelamun dong," ucap Rizky setengah melawak.

"Oiya! Maafkan," ujar Aurum tersentak kaget.

***

Mereka berdua pun perlahan mulai saling dekat satu sama lain. Canda tawa mulai menghiasi kehidupan mereka di SMA Cahaya ini. Tak lama kemudian, ada satu geng perempuan yang terdiri dari Siena (ketua geng), Reina, dan Sita yang sebenarnya adalah teman SMP nya Rizky. Sebenarnya, Rizky menjauhi mereka karena sifat aslinya. Mereka mulai membicarakan Aurum dan Rizky.

"Eh, psst. Itu si Aurum kan?" bisik Siena, ketua geng tersebut.

"Ah, kok dia beruntung sekali, sih?" gerutu Sita.

"Oh, gimana kalau kita gertak saja mereka?" ujar Reina.

"Baiklah!" seru Siena dan Sita bersamaan.

Geng perempuan itu pun mendekati Aurum dan Rizky. Sedangkan Aurum sedang asyik menyantap nasi kuning kesukaannya dan mengobrol dengan Rizky. Siena pun langsung meluncurkan aksinya.

"Braak!" tangan Siena menghantam meja mereka.

"Apa yang—" seru Aurum terkejut.

"Hey, kamu Aurum, kan? Ngapain deket-deket sama Rizky?" bentak Siena.

"Dia cuma temen sekelasku, kok!" ujar Aurum dengan sedikit keras.

"Pokoknya kamu ga boleh deketin dia lagi!" bentak satu geng tersebut.

"Baiklah." balas Aurum dengan dingin.

***

Aurum segera beranjak dari duduknya. Keluar dari tempat penuh kenangan tersebut. Merenung sepanjang koridor sekolah. Tidak memedulikan orang-orang di sekitarnya. Terdengar sayup-sayup bel masuk dari kejauhan. Ia pun bergegas memasuki kelasnya. Akan tetapi, ada gengnya Siena yang sudah sigap menunggu Aurum dari kejauhan. Aurum pun gundah dan mulai berpikir yang tidak-tidak.

"Duh, kok ada mereka sih?"

"Aku harus gimana?"

"Mati dong aku!"

Aurum mencoba berpikir keras untuk membuat mereka luluh. Aurum ingin mereka berteman dengannya. Tapi apalah dosa si Aurum?

"Hey! Apa-apaan kamu kesini?" bentak Siena.

Aurum - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang