***
"Apanya, sih? Aku cuma nganter dia doang cuy," balas Rizky setengah bercanda.
"Pokoknya kamu ga boleh deketin dia lagi!" bentak Siena dengan nada menukik.
"Apa lagi, sih?" balas Rizky dengan sebal.
"Kamu memang pengkhianat! Pokoknya kamu ga boleh sama dia lagi!" bentak Siena.
Rizky langsung menutup sambungan teleponnya dengan Siena. Titik fokusnya sekarang ialah pada Siena. Apa yang salah dari Aurum? Kenapa Siena tiba-tiba marah ke aku? Sudah tak bisa dibiarkan ini. Hati Rizky sudah termakan omongan Siena dan gengnya tadi. Hati nuraninya sudah entah di mana.
"Mulai sekarang, aku bakal ngejauhin Aurum!"
"Dia cuma bisanya bikin orang ribet aja," batin Rizky dengan tegas.
—Keesokan harinya."Hai, Riz! Masuk kelas, yuk!" ujar Aurum dengan semangat.
—Rizky terdiam seribu kata.
"Riz? Kamu kenapa?" tanya Aurum dengan khawatir.
—Rizky tetap terdiam.
"Lagi ngambek, ya? Yauda aku duluan yaa," jawab Aurum meninggalkan Rizky.
"Kenapa akhir-akhir ini dia bersikap dingin?"
"Dia sudah dipengaruhi Siena, kah?"
"Ah entahlah,"batin Aurum.
Bel masuk sekolah SMA Cahaya pun berdering. Siswa-siswa berhamburan masuk ke kelas karena takut dimarahi guru BK. Di sini guru BK nya tergolong galak. Di saat Aurum memasuki kelasnya, terjadi sesuatu yang tak terduga. Ia langsung dikelilingi oleh Siena dan gengnya. Aurum hampir tak bisa menghindar. Tapi karena guru MTK mereka memasuki kelas, Siena langsung melepas eratan tangan antara mereka bertiga. Aurum pun lantas mencari tempat duduk yang kosong dan ternyata hanya ada satu kursi kosong di meja pojok kiri belakang. Ia lantas duduk di situ.
"Apa yang mereka lakukan tadi?"
"Sebegitu jahatnya padaku,"
"Aku salah apa?" batin Aurum.
Tak sadar, air mata Aurum pun mengalir begitu saja ke pipinya. Ia tak habis pikir. Sebegitu dendamkah Siena terhadap Aurum?
"Aurum Khawla Qanita!" bentak Bu Anisa selaku guru MTK.
"Eh, iya, Bu?" balas Aurum setengah terkejut.
"Kok kamu akhir-akhir ini sering telat mengumpulkan PR, sih?" tanya Bu Anisa sedikit menggurui.
"Maaf, Bu. Saya salah," balas Aurum dengan rasa bersalah.
"Sebagai gantinya, kamu harus mengerjakan LKS MTK satu bab!" tegas Bu Anisa.
"Baik, Bu. Akan saya kerjakan," balas Aurum dengan sedikit bersedih.
Bel istirahat pun berbunyi, para siswa berhamburan keluar kelas. Tidak terkecuali Aurum, ia masih merenungi nasibnya sekarang. Beberapa menit kemudian ada yang memasuki kelas Aurum. Ia kemudian menyapa Aurum.
"Hai, namamu Aurum, ya?" tanya Arya, teman sekelas Aurum.
"Eh, iya. Namamu Arya, ya?" balas Aurum sedikit terkejut.
"Iya, btw, kenapa kamu ga jajan?" celetuk Arya penasaran.
"Aku lagi dilanda masalah, nih," ujar Aurum sedikit curhat.
"Oh? Cerita aja ke aku, 100% ga bakal bocor kok, hehe," balas Arya dengan senang hati.
Kemudian Aurum pun menceritakan keluh kesahnya kepada Arya. Setelah merasa cukup puas melampiaskan, akhirnya Aurum bersahabat dengan Arya. Tak terasa, bel masuk sudah berbunyi. Saatnya pelajaran yang ditunggu-tunggu Aurum. Apalagi kalau bukan fisika.
"Anak-anak, mari ke lab fisika sekarang," ujar Bu Heny selaku guru fisika.
"Baik, Bu!" balas anak-anak serempak.
Mereka pun lantas berhamburan keluar kelas karena ingin merebut kursi yang memiliki sandaran terbaik di dunia, katanya. Sekarang Aurum tak lagi sendirian. Ia sudah menemukan teman baru, yaitu si Arya. Tak heran, mereka sekarang sering dijodohkan bersama. Tapi, itu tak menjadi hambatan bagi mereka.
"Rum, duduk di sini, yuk!" ajak Arya menunjuk kursi di pojok lab fisika.
"Kuylah!" balas Aurum dengan semangat.
Pelajaran fisika pun dimulai. Ternyata, ada ujian dadakan. Untung saja Aurum ahli dalam pelajaran ini, jadi ia dapat mengerjakan soal di luar kepala. Semua siswa terlihat kesulitan karena soal yang disodorkan oleh Bu Heny tergolong menengah ke atas. Setelah 30 menit lamanya, saatnya soal dan jawaban dikumpul. Para siswa mulai rebut karena masalah soal yang membuat mereka frustasi. Tapi, dari keributan tersebut, ada kejadian terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurum - [COMPLETED]
Teen FictionMengisahkan tentang pertemuan Aurum dan sesosok lelaki yang tidak disengaja. Mereka hidup berdampingan memang, tetapi akankah mereka bersatu atau berpisah? Ah entahlah. Hanya semesta yang tahu.