***
"Ngapain? Kamu sadar ga, sih?" bentak Siena selaku ketua geng.
"Apa, sih? Aku cuma pulang bareng Aurum. Tadi bareng cuma gegara sejalan jalurnya." jawab Rizky sok cool.
"Pokoknya kamu ga boleh deketin dia lagi! Titik!" bentak Siena dengan nada menukik.
Akhirnya Rizky menepis mereka bertiga seakan-akan terdapat dendam yang mendalam di lubuk hatinya. Ia mulai berpikir, apa yang akan terjadi pada Aurum nantinya? Pertama, Aurum sudah dibuat sedih di hari pertama sekolah karena satu geng cerewet itu. Aurum tidak memiliki teman kemudian Rizky mendekatinya, mengenalinya, bergurau dengannya. Kedua, Siena melihat Aurum dekat dengan teman SMP nya, Rizky. Dengan rasa tidak suka, Siena pun akhirnya dengan keras kepala berani membentak Aurum dan berhasil menghasut Aurum sampai masuk ke ruang BK. Tapi alam berkata lain, Rizky dengan sigap datang dan membantu membela Aurum. Ketiga, Rizky dibuat marah Siena karena terciduk pulang bersama naik bus. Siena menyuruh Rizky agar tidak mendekati si Aurum tersebut.
"Apa yang harus kulakukan?"
"Aku salah,"
"Aku hina,"
"Aku bodoh," batin Rizky.
Rizky tidak habis pikir apa yang akan terjadi selanjutnya. Derap demi derap akhirnya ia pun sudah sampai di rumah tercintanya. Dengan berjalan gontai, ia membuka pintu dengan pelan.
"Krrrk," suara Rizky membuka pintu depan rumah.
"Loh, sudah pulang, Nak?" jawab Bunda menoleh ke Rizky.
"Iya, bun. Tadi cuma dikit pelajarannya," jawab Rizky singkat.
"Oh, begitu. Ini bunda bikinin sup kesukaanmu," ucap bunda dengan lembut.
Rizky pun berjalan gontai masuk ke dalam kamarnya. Merebahkan diri ke kasur lamanya. Merenungi, yang di pikirannya hanyalah Aurum. Setelah sekian lama memikirkan Aurum, akhirnya ia tertidur pulas. Sampai-sampai ia bermimpi tentangnya.
"Riz, aku tahu kamu lagi mikirin aku. Udah, gausah berlarut-larut. Aku datang ke sini untukmu." ucap Aurum berbisik yang sudah datang ke kamar Rizky sedari tadi.
"Hah? Aurum?" teriak Rizky setengah kaget.
"Iya, ini aku. Aku ke sini soalnya buku tulis MTK mu kebawa sama aku," ucap Aurum sambil menyodorkan buku Rizky tersebut."
"Loh, kok diem aja, Riz?" tanya Aurum khawatir.
"Oh? Gapapa kok," balas Rizky tersentak dari lamunannya.
"Riz, kok Siena jadi marah sama aku, ya? Aku salah apa coba," celetuk Aurum curhat.
"Siena? Itu salah—emm, itu salah aku, kok. Kamu tenang saja," balas Rizky untuk menenangkan hati Aurum.
"Iya, kah? Tapi, kayaknya aku yang salah, deh," ucap Aurum dengan rasa bersalah.
"Enggak, kamu enggak salah, Rum,"
"Mereka salah pengertian,"
"Mereka udah cem, —ups," ucap Rizky dengan salah tingkah.
"Apa, katamu?" tanya Aurum setengah terkejut.
"Emm, gapapa kok. Gajadi," balas Rizky singkat.
Sebagai gantinya, Rizky pun akhirnya mengantarkan pulang Aurum. Di tengah perjalanan, Rizky tidak mengucapkan sepatah kata apapun. Ia takut salah kata seperti tadi. Gandengan tangan mereka nyaris tak bisa lepas. Tak terasa, rumah Aurum sudah di depan mata. Aurum lantas berterimakasih kepada Rizky. Rizky pun membalasnya dengan ramah. Mentari sudah mulai meredup, waktunya Rizky pulang ke rumah tercintanya.
"Duh, aku salah, ya?" batin Rizky dengan rasa bersalah."
"Triingg!" suara ponsel Rizky berdering.
"Hey, Riz! Apa apaan kamu jalan sama Aurum tadi?!" bentak Siena melalui ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurum - [COMPLETED]
Teen FictionMengisahkan tentang pertemuan Aurum dan sesosok lelaki yang tidak disengaja. Mereka hidup berdampingan memang, tetapi akankah mereka bersatu atau berpisah? Ah entahlah. Hanya semesta yang tahu.