03

4 0 0
                                    


Sudah 3 tahun setengah berlalu, kini aku sudah lulus SMA dan berkuliah di Unifersitas Indonesia. Sudah 3 semester aku lewati dan kini aku masuk ke semester 4. Hari ini hari pembagian hasil nilai semester 3, aku baru saja mengambilnya. Aku cukup puas dengan apa yang aku hasilkan dan setidaknya tidak ada predikat B- di lembar kertas itu.

Aku berlari diantara siswa siswi UI menuju Halte tempat biasa aku dan dia bertemu dan saling menunggu. Aku tidak sabar ingin melihatkan hasil jerih payahku belajar semalaman saat ujian. Aku dan dia beda Unifersitas, dia di ITB dan aku di UI. Aku sangan merindukan masa masa disaat dia satu sekolah denganku dulu. Btw, tentang Irene dia kuliah di luar negeri. Dengan kecerdasannya yang amat amat itu, dia mendapatkan beasiswa di Harvard University di USA jurusan medis (Harvard Medical School).

Dia disana, menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri layaknya sedang mencari seseorang. Dia Mario, Mario Ardana Wijaya. Seorang laki laki yang berhasil menerobos kedalam kerasnya hatiku. Walau aku tidak tahu kapan dia berada disini. Dia seperti malaikat yang diutus tuhan untukku. Dia menyelamatkanku dari hitamnya kehidupan.

Aku terus menatapnya dari kejauhan. Kami dibatasi jalan raya yang padat kendaraan, sehingga kami saling besebrangan. Aku terus menatapnya sambil menahan tertawaku melihat wajahnya yang kebingungan dan dicampur rasa khawatir. Hingga saat pandangannya tertuju padaku, dia tersenyum dan mengayunkan jari telunjuknya keatas dan kebawah. haha itu biasa dia lakukan saat aku mengerjainya.

"Lo sengaja ya buat gua khawatir" kesal Mario kemudian menyebrang dan menghampiriku.
"hehehe abis lo lucu sih kalo lagi kebingungan" jawabku seadanya.
"ih! lo ini, yauda ayo tar kita terlambat" katanya seraya menarik menggandeng tanganku.

Kami sudah janjian sebelumnya, setelah pembakian hasin nilai semester aku dan Mario akan pergi Bali untuk berlibur. Pesawat kami berangkat pukul 12.35 dan sekarang sudah pukul 10.00 dimana kami masih ada waktu 2 jam untuk pulang dan mengambil berang barang yang akan kami bawa.

"santai aja kali io, masih 2 jam lagi. masih lama" sambil berjalan santai.
"lo fikir dari rumah lo ke bandara kaya dari rumah lo ke rumah bi iem?!" Bi iem itu ibu tukang nasi uduk tempat biasa aku beli bareng Mario. Setiap beli nasi uduk disana kami selalu dapat tambahan perkedel dari bi iem heheh.
"Ioo! tungguin dong" aku berlari menyusul Mario yang jauh didepan
"buruan makanyaa" jawab mario teriak dan menambah kecepatan jalannya. "ii ioo" aku berhenti dan merengek, aku kesal kalo Mario sudah seperti itu. Aku gabisa jalan cepat apa lagi dengan kakiku yang pendek ini. 

Mario berbalik dan melihatku yang berhenti ditengah jalan sambil cemberut. Dia menghembuskan nafasnya kencang kemudian berjalan cepat ke arahku. "ayo" katanya sambil menarik tanganku. "kalo ga ikhlas gausah gua bisa pulang sendiri" kataku yang mulai bete karena sikap Mario yang seperti tidak ikhas untuk berbalik mengahampiriku. "ko gitu si De, ehh denger Dea, gua bukannya gaikhlas tapi kita emang harus cepet kebandara. lu gamau kan rencana kita kebali gagal?" katanya berusaha meyakinkanku. sebenarnya aku sudah tidak bete lagi saat Mario dengan lembut bicara seperti itu hehehe. Aku hanya berlaga masih so bete padanya.
"yah Dea jangan ngambek dong... Janji deh kalo udah sampe Bali gua beliin apa aja yang lo mau" kata Mario yang membuatku tak sanggup untuk tersenyum. "yey gitu aja baru lo senyum! hmm.. Dea Dea" katanya seraya mengusap kepalaku.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju rumahku, setelah itu langsung berangkat menuju bandara.

°°°°°

udara sejuk, langin malam, wangi laut.. itu semua membuat Dea dan Mario merasa tenang. Pantai di Bali memang selalu dinikmati setiap orang.

"yo, berenang yu.. ayooo" kata Dea seraya menarik narik tangan Mario
"Udah malem Dae, tar masuk angin" tolak Mario lalu merik Dea agar duduk kembali disebelahnya.
"Dea yo bukan Dae" koreksi Dea yang tak suka jika dipanggil dengan Dae, entah dapat darimana ide Mario memanggilnya Dae. "biarin lah suka suka yee, inikan panggilan sayang gua" kata Mario sambil menyenggol pelan bahu Dea bermaksud menggodanya. "sabodoamat! ayo dong yo berenang" ajak Dea kembali yang membuat Mario bangun dari duduknya. Namun bukannya pergi untuk berenang Mario malah menarik tangan Dea menuju penginapan mereka berdua. "Udag malem, dingin mending masuk gua mau masak buat makan malem" kata Mario. Dea yang ditolak pun kesal dan memajukan bibirnya tanda kalau ia sedang merajuk di sepanjang jalan.

sesampai dirumah Dea langsung pergi ke kamarnya, ia sedang malas dengan Mario. sedangkan Mario seperti apa yang dia katakan tadi, dia pergi ke dapur untuk memasak makan malamnya.

AngelBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang