Well, setelah kejadian kemarin, ternyata dugaan Amycia salah.
Para murid-murid disana malah memilih untuk meninggalkan kantin. Sialnya, teman-temannya juga terdiam. Sebenarnya ada apa dengan mereka?
Amycia menghela napas. "Baiklah, sepertinya kalian memang sangat menyukai bobot 45kg itu, ya?"
Mereka tetap terdiam.
"Hei, dengarkan aku. Tubuh ideal itu, saat berat badanmu setara dengan tinggi badanmu. Tapi jika salah satu dari mereka berselisih jauh, maka itu tidak ideal." Amycia meniup poninya.
"Percayalah padaku, kau akan kehilangan keseimbangan saat bertarung jika mempertahankan 45kg dengan tinggi badan lebih dari setaranya. Mereka membuat aturan itu supaya kalian lebih tersiksa lagi saat latihan. Dan hal itu memang melatih kedisiplinan kalian, tapi kalian tidak akan merasa nyaman dengan itu, apa aku salah?"
"Hei, Cass. Tinggimu 175 sentimeter, tapi bobotmu 46 kilogram? Maka sebutanmu adalah kurang gizi. Bukan ideal." ucap Amycia pada Cassandra yang terdiam, lalu pergi meninggalkan teman-temannya.
"Hei, Amycia!" Davin mengejarnya, namun Amycia tetap berjalan.
Eiy, ada apa dengan semua ini? Kenapa juga Amycia berdebat hanya karena 'berat badan' ? Hah! Astaga... Amycia bahkan ingin tertawa.
"Amycia, tunggu sebentar!" Davin akhirnya berhasil menahan Amycia.
Amycia akhirnya berhenti. Melemparkan tatapan jengah pada Davin. "Apa lagi?"
"Kau mau kemana? Kita ada jadwal latihan bersama yang lain." ucap Davin.
"Aku ingin menemui Hugo." Amycia menjawabnya dengan malas.
"Untuk apa?"
"Untuk meminta maaf dan mempertahankan statusku."
Lalu, setelah itu Amycia benar-benar tidak mendengarkan panggilan dari Davin.
***
"Yang Mulia, Hugo De Lornne." Amycia bersimpuh, padahal ia sangat tidak menginginkannya.
Saat ini Amycia sedang ada di aula, hanya seorang diri dan Hugo yang bersama pengawal-pengawalnya.
"Amycia, jangan seperti ini." ucap Hugo.
"Aku minta maaf atas perbuatanku di kantin, aku sangat menyesal." Ah... jujur saja Amycia sangat tidak tulus mengucapkannya.
"Kau sangat pandai berdebat, sama seperti Demosthen. Klan Derrine selalu mewarisi sifat Demosthen seperti ini, aku bahkan sangat ingat bahwa Derrine kuno menganut kepercayaan pada Athena." Hugo memainkan pedangnya. Lalu tertawa ringan. "Bukankah mereka terhubung?"
Amycia diam saja. Jujur, Amycia sudah mengantuk. Hugo berbicara seperti guru sejarah, itu alasan Amycia mengantuk. Ah, sangat tidak menghargai sama sekali. Dasar Amycia.
"Kau cocok untuk menjadi pemimpin, dan kakak yang baik untukku, tapi, kenapa kau selalu menolak?"
Pertanyaan Hugo membuat kantuk Amycia jadi hilang. Ia langsung menatap Hugo dengan yakin.
"Apa kau sedang menyatakan bahwa kau tidak mampu untuk menjadi Raja selanjutnya, Hugo?" Amycia berdiri, dengan yakin. "Dan... Apa aku harus mengatakan alasanku yang sebenarnya?"
"Untuk pertanyaan yang kedua... Ya. Kau harus memberikan alasanmu dengan sebenar-benarnya, agar aku percaya padamu."
Amycia terkekeh. "Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku yang pertama?"
"Oh, Hugo... Aku kemari hanya untuk permintaan maaf dan mempertahankan statusku lalu pergi, tapi kau malah membuatnya menjadi panjang."
"Aku senang kau meresponnya dengan baik." Hugo maju selangkah pada Amycia.
Tatapan Amycia menajam. "Alasanku selalu menolak untuk menjadi bagian dari De Lornne adalah karena mereka semua licik. Mereka mengambil ibuku dariku! Mereka melakukannya agar Ayahmu tidak perlu repot-repot menutup aibnya, kan?"
"Ayahmu tidak perlu repot-repot berbohong bahwa ia telah mengotori ibuku dan menghadirkan aku disini." Amycia tersenyum getir. "Kau pikir, aku tidak tahu siapa yang menyerang kerajaan secara tiba-tiba dihari itu?"
"Hei, Amycia... Aku--"
"Aku tidak peduli kau tahu atau tidak. Maka jadikanlah pembicaraanku ini sebagai informasimu." Potong Amycia sebelum ia menghela napas dan menatap Hugo dengan tajam. "Dengar, Hugo... Ayahmu lah yang telah mengirim mereka untuk menjadi pemberontak palsu, dan mengalihkan perhatian ibuku saat lengah lalu menyerangnya. Ayahmu yang memerintahkan mereka, supaya aibnya tidak menyebar. Bahkan, aku juga hampir dibunuh saat itu, jika saja aku tidak lari ke hutan. Aku terselamatkan, karena aku menyandang nama klan-ku, dan aku mempunyai hak untuk hidup karena memang hanya aku keturunan Derrine satu-satunya."
"Andai saja saat itu aku mengaku sebagai De Lornne, maka aku tidak akan hidup hari ini. Kenyataan bahwa kerajaan sangat membutuhkan klan Derrine... Itu yang menyelamatkanku. Karena mereka tak bisa melindungi kerajaan jika Guardian hilang satu anggota."
Hugo tetap terdiam, ia tetap menatap dalam mata elang Amycia.
"Itulah alasanku, kenapa aku tidak ingin menjadi De Lornne. Karena itu akan membunuhku. Aku akan mati jika aku menjadi De Lornne, karena aku anak haram ayahmu." Amycia mengepalkan tangannya semakin erat. "Jika saja kau tetap memaksaku tapi aku tetap menolak, maka jangan mengacau pada Guardian. Mereka pelindung kerajaan. Jika kau mengacau sedikit saja, maka kami bisa menjadi penyerang. Kuharap kau paham, kami cukup kuat untuk menggulingkan De Lornne."
Amycia lalu melangkahkan kaki setelahnya. Sementara Hugo menyeringai seraya menggertakkan giginya.
"Jadi, kau sudah tahu kebenarannya, ya?" gumam Hugo, lalu ia menghela napas dan tersenyum pedih. "Dasar Amycia bodoh."
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Guardian
FantasiaUsaha demi menyembunyikan identitas aslinya harus berakhir ketika ia tertangkap basah oleh seorang anggota Guardian saat sedang berburu seekor rusa. Selama lima tahun terakhir ia berusaha melawan takdir dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seo...