S K I T
Pukul setengah enam sore, sinar matahari terasa hangat, suara-suara anak sekolah mulai terdengar, bersahut-sahutan di antara kebisingan dunia, menambah pencemaran suara.
Namun Minho menyukainya. Matahari yang bersinar dengan lembut, kicauan burung-burung yang sibuk mencari makan, teriakan anak-anak yang bermain di sekitar rumahnya, dan kehadiran sang kekasih di hadapannya membuat Minho berdoa pada Tuhan agar waktu berhenti. Minho tidak ingin momen beharga ini luntur begitu saja.
"Ho."
Minho tersenyum. Kedua matanya menatap lurus sepasang mata hitam pekat di hadapannya dengan lembut.
"Ya?" sahut Minho.
"Kenapa diem aja? Bikin takut tau," suara menenangkan itu menyahut. Si pemilik suara menggerakkan jemarinya mengusap peluh pada pelipis Minho.
"Gapapa," Minho bersuara. Ia mengalihkan pandangannya pada dada telanjang kekasihnya dengan pipi yang memerah.
"Kamu nyesel udah ngelakuin hal itu sama aku?" Sang kekasih bertanya dengan hati-hati.
Minho mendongakkan kepalanya, menatap sang kekasih tepat di matanya, kemudian menggelengkan kepalanya. "Enggak, enggak sama sekali."
Sang kekasih mendekap erat tubuh Minho. "Kamu yakin?"
Minho kembali mengangguk. "Yakin, Bin, sangat yakin."
Sang kekasih tersenyum. Ia mencuri satu kecupan pada bibir Minho, membuatnya menunduk malu.
"Changbin!" Minho mendesis, yang disebut-sebut sebagai Changbin tertawa.
Minho menggerutu, bibirnya mengerucut, matanya menatap jemarinya yang sibuk membuat pola abstrak pada dada telanjang kekasihnya. Changbin terkekeh pelan.
"Aku sayang kamu, Ho. Ah, bukan, aku cinta kamu, sangat," Changbin bersuara. Ia tersenyum hangat, jemarinya mengusap peluh pada dahi Minho kemudian menciumnya penuh cinta.
"A-aku juga," cicit Minho.
Changbin tersenyum. Ia memeluk erat pinggang Minho, memaksa Minho untuk menurunkan badannya. Minho ikut tersenyum. Ia membenamkan wajahnya pada dada Changbin kemudian memeluk badan pria itu. Badan Changbin yang berkeringat membuat wajah Minho memerah mengingat kegiatan penuh gairah yang baru saja mereka selesaikan beberapa menit yang lalu.
Keheningan melanda. Minho sibuk menikmati debaran jantung Changbin yang tidak beraturan sementara Changbin sibuk menikmati aroma rambut Minho. Keduanya sangat menikmati momen indah itu.
Selama beberapa saat, yang dapat Changbin dengar hanya detak jantungnya, helaan napas Minho, dan suara jarum jam. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuat seorang Seo Changbin bahagia.
"Mbin," celetukan Minho membuat Changbin tersenyum semakin lebar.
"Ya?" Changbin menyahut, jemarinya masih sibuk menjalar di antara rambut Minho.
"Aku benci kamu," cicit Minho.
Changbin tertawa gemas. Jemarinya mengacak rambut Minho dengan suara tawa yang memabukkan.
"Aku juga cinta kamu, Seo Minho."
"Berisik!"
• • • • •
I'm so fucking soft...

KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Paws ft. Changho
FanfictionChangbin cinta mati sama Minho, Minho juga cinta Changbin kok, tapi kucingnya itu lho-. #4 spearb #3 spearb