Penuh Rasa-3

34 18 11
                                    

Gilsha menunggu Reina dengan khawatir.
Dia bingung harus berbuat apa. Jika nanti dia menyusul bisa-bisa dimarahin sama Arga. Tapi kalo dia nggak nyusul ntar Reina diapa-apain lagi sama Arga.

"Dimana sih Reina kok sampek sekarang belom balik juga, dihukum apa ya dia sama kak Arga?" Gilsha bertanya-tanya dalam hatinya.

Sekarang jam pelajaran pak Harto. Jika Gilsha izin keluar pasti akan dimarahi. Karena pak Harto memang orang yang disiplin dia tidak ingin ada siswa yang tidak hadir atau tidak mengikuti pelajaran nya.

Reina dibawa Arga ke belakang sekolah. Entah apa yang akan dilakukan Arga pada Reina. Reina hanya bisa terdiam tanpa dapat protes.

"Sini Lo! Sekarang gue mau Lo kumpulin daun kering ini sampai 1000 lembar!" Suruh Arga menunjuk ke arah tumpukan dedaunan.

"Harus seribu?"

"Ya dan gue nggak mau tau Lo kumpulin dengan cara apapun terserah Lo. Pokoknya harus seribu. Nggak boleh kurang!." Arga menjelaskan dengan detail apa yang harus dilakukan Reina sebagai hukuman karena kejadian pagi tadi.

"Iya deh." Reina tak bisa mengelak lagi dia hanya dapat pasrah.

Reina mulai mengumpulkan dedaunan kering satu persatu. Arga mengawasi Reina dengan ketat seperti pengawas saat ujian.

Saat hendak mengambil beberapa lembar daun Reina melihat seekor ulat bulu dengan bulu yang menggelikan. Secara spontan Reina berteriak dan tanpa sengaja Reina memeluk tubuh Arga dengan erat.

Seketika mereka berdua saling bertatap mata. Arga mengalihkan pandangan nya dari Reina. Reina segera melepaskan tangannya dari tubuh Arga.

"Ngapain Lo peluk-peluk gue? Lo naksir sama gue hah?"

"Eh maaf kak nggak sengaja, tadi ada ulet kak aku geli."  Reina sangat malu karena hal itu.

"Ngeles aja Lo, cepet kumpulin daunnya! Kalo belom kekumpul Lo gak boleh masuk kelas."Jelas Arga dengan sedikit kesal.

"Ngeselin banget sih ni anak, emang dia siapa nyuruh-nyuruh gue. Untung guenya sabar." Ucap Reina dalam hati.

Selesai menerima hukumannya Reina langsung masuk ke kelas. Dia takut ketinggalan pelajaran.

"Permisi pak, maaf saya terlambat mengikuti pembinaan dari bapak." Ternyata sekarang adalah jam pembinaan wali kelas pak Harto.

"Darimana saja kamu?"

"Da..dda..di lapangan pak. Ada urusan sama ketos." Reina menjawab dengan terbata-bata.

"Ya udah sana duduk!" Perintah pak Harto.

Selesai jam pembinaan dari pak Harto bel istirahat berbunyi. Gilsha mengajak Reina ke kantin untuk makan dan Gilsha ingin mendengar apa yang dilakukan Arga pada Reina.

Sesampainya di kantin "Rei tadi Lo ngapain aja sama ketos, Lo diapain? Di suruh apa? Lo disuruh yang aneh-aneh gak? Lo nggak papa kan Rei? Gilsha langsung to the points . Celotehan Gilsha membuat Reina tambah pusing.

"Sha, bisa nggak sih nanya nya tuh pelan-pelan? Lo nanya apa lagi lomba maraton sih? Cepet banget. Gue lagi pusing nih." Reina mengeluh kesal pada Gilsha. Sahabatnya itu memang suka kemal alias kepo maksimal deh apalagi kalo tentang cowok.

"Lo tau nggak sih si ketos itu tu ya nyebelin...nn.. banget. Masak gue disuruh ngumpulin seribu lembar daun kering dan disana banyak uletnya lagi. Dan tadi gue.."
Reina mulai menjelaskan kejadian yang terjadi antara dia dengan Arga.

"Lo kenapa hah Lo pingsan? Atau Lo alergi? Atau apa sih buruan deh.. gue kepo ni.." Gilsha semakin penasaran dengan cerita yang disampaikan Reina.

"Tau nggak sih gue tuh tadi Sampek meluk Arga tau nggak? Itu spontan gue lakuin. Soalnya tadi pas gue ngumpulin daun gue ngeliat ulet dan itu bikin gue geli." Jelas Reina panjang kali lebar kali tinggi.

"Wah hebat banget Lo Rei. Lo bisa pelukan sama cogan, ya ampun kenapa nggak gue aja sih yang ada di posisi Lo? Respon Gilsha kagum.

"Hebat? Hebat pala Lo peyang. Kalo bukan karena gue takut  gue mah ogah  meluk dia. Dasar cowok belagu!" Tegas Reina pada Gilsha.

"Bener ngga mau? Nanti sayang loh. Soalnya biasanya kalo benci nanti bakal jadi cinta." Goda Gilsha sambil tertawa. Dia sangat senang menjadi sahabatnya itu.

Selesai makan di kantin Reina disuruh pak Harto ke perpustakaan mengambil beberapa buku. Gilsha masuk ke kelas lebih dahulu dan meninggalkan Reina di perpustakaan.

Setelah mengambil buku Reina langsung berjalan menuju ruang guru untuk memberikan buku itu ke pak Harto. Reina melewati koridor yang cukup sepi. Cukup banyak buku yang dia bawa jadi dia pikir jika lewat tempat sepi itu akan mempermudahnya.

Namun ketika baru beberapa langkah Reina berjalan.. brakk.. buku-buku itu terjatuh karena seseorang menabraknya.

"Lo gimana sih jalanya! Jalan tu pakek mata jangan pakek dengkul!" Cowok itu langsung marah-marah pada Reina.

" Maaf nggak sengaja" jawab Reina sambil membereskan buku-buku yang berserakan.

Reina menoleh dan berdiri.

"Hah? Lo lagi Lo lagi kenapa sih di sekolah lain tu gue selalu ketemu sama Lo! Bosen gue! Emang nggak ada apa cewek lain di sekolah ini selain Lo!" Emosi Arga meluap saat Reina menoleh

Sudah cukup sabar selama ini Reina mengalah pada Arga. Namun kali ini kesabarannya sudah habis. Dia tak bisa menahannya lagi.

"Heloo.. Lo pikir gue nggak bosen apa tiap hari harus ketemu Lo! Eh lagian ni ya tadi tu yang salah elo bukan gue!, Udah tau gue lagi bawa banyak buku masih aja Lo tabrak. Dan untuk itu seharusnya yang marah-marah gue bukan Lo. Emang ya kalo cowok tuh menang otot doang tapi ngga pernah punya perasaan!" Kemarahan Reina semakin menjadi.

Setelah Reina marah-marah dengan Arga Reina langsung pergi meninggalkan Arga tanpa berpikir apa  yang terjadi selanjutnya.

Sesampainya Reina di kelas
"Reina bego banget sih lo! Kenapa cobak Lo marah-marah sama Arga tadi. Dia kan ketua OSIS besok kalo lho dihukum lagi gimana? Dan kalo Sampek Lo dikeluarin gimana? Reina.. Reina ni mulut kenapa nggak bisa diajak kompromi sih, bisa berabe ni" Reina bergumam sendiri tentang kelakuannya yang sangat memalukan itu. Dia merasa takut jika Arga akan melaporkannya pada kepsek dan ia akan dikeluarkan.

******

Sekarang saat Reina sudah di kelas gantian Gilsha yang menghilang. Sepertinya Gilsha mencari Reina tadi karena Gilsha khawatir mengapa Reina lama sekali.

"Duh si Reina kemana sih dari tadi kok nggak balik-balik. Apa jangan-jangan dia diapa-apain sama Arga? Ah jangan Sampek itu terjadi." Gilsha bimbang mencari Reina. Dari tadi dia keliling sekolah namun tak kunjung menemukan Reina.

Sampai di depan perpustakaan. dagg..  Gilsha menabrak seseorang di depannya dan menumpuhkan minuman yang di bawa.

"Lo gimana sih? Jalan tuh pake mata!" Sentak cowok tersebut. Itu Reno Ardian. Dia adalah anak kelas XII-IPA-1, sekelas dengan Arga.

"Ya maaf gue kan nggak se.." belum selesai bicara Gilsha terdiam. Saat dia mengarahkan pandangannya ke Reno.

"Ganteng banget. Baru kali ini gue liat cowok se-keren dia." Ujar Gilsha dalam hatinya.

"Kok malah bengong sih, bukanya minta maaf!"

"Tadi kan gue udah minta maaf, Lo aja yang nggak denger. Ganteng tapi nyebelin." Gilsha berkata dengan penuh kekesalan dalam hatinya.

"Apa Lo bilang?!"

"Apa? Gue nggak bilang apa-apa. Udah ah bye!" Gilsha pergi dari hadapan Reno.
"Dasar cowok nyebelin!" Batin Gilsha dalam hatinya.






Penuh RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang